Semua Bab Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta : Bab 11 - Bab 20

43 Bab

Bab 11

Lalu, keduanya menuju ke gedung bioskop untuk menonton film. Sampai di sana, tiba-tiba Dina menarik Alma untuk bersembunyi di balik pot besar yang ditumbuhi oleh bunga yang rimbun."Ada apa, Din?" tanya Alma dengan heran saat mereka bersembunyi di belakang pot besar.Dina tidak menjawab pertanyaan Alma. Dia merenung dan menatap ke arah depan dari balik rimbunan bunga, wajahnya terlihat sedih."Dina, ada apa?" tanya Alma penasaran, karena melihat kegelisahan dari ekspresi Dina yang terlihat sedih.Alma menggoncang tubuh Dina sambil berkata, "Dina, ada apa? Katakan." Alma mencoba membuat Dina merespon pertanyaannya."Mas, mas, Mas Danang," kata Dina dengan suara yang lirih dan bergetar, mencoba mengungkapkan sesuatu yang membuatnya sedih."Mas Danang, Mas Danang, suamimu," tanya Alma. Dina menganggukkan kepalanya sambil tetap melihat ke arah di mana Danang terlihat."Mana, mana, yang mana, Din?" tanya Alma dengan penasaran."Tuh," kata Dina."Yang mana ? Banyak manusia di situ," kata Al
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-20
Baca selengkapnya

Bab 12

Hati Dina semakin sakit ketika melihat tangan Danang merapikan rambut panjang wanita yang berdiri di sampingnya sambil tersenyum. "Alma, ayo kita pergi," kata Dina, suaranya penuh dengan keputusan yang tegas."Kenapa? Kita tidak nonton?" Tanya Alma."Tidak, aku tidak minat untuk nonton lagi," balas Dina dengan mantap pada Alma. "Kita harus melabrak suamimu. Jangan diam-diam saja," kata Alma."Biar perempuan itu tahu, Danang itu suamimu ," kata Alma.Dina tidak merespons apa yang dikatakan oleh Alma, dia menundukkan kepalanya."Dina, ayolah," pinta Alma lagi, berharap agar Dina menghampiri Danang.Namun, Dina tidak merespons ajakan Alma. "Aku tidak mau, ayo kita pulang," kata Dina dengan suara penuh ketegasan.Tanpa ragu, Dina bergegas turun dari gedung bioskop, meninggalkan kebingungan dan rasa sakit yang memenuhi hatinya. "Din!" seru Alma sambil mengejar sang sahabat yang sudah lebih dahulu pergi dari gedung bioskop."Harusnya, kau jangan pergi. Temui suamimu, tanyakan apa hubungan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-21
Baca selengkapnya

Bab 13

"Bunda," ucapnya sambil terdengar sedikit gemetar. "Kenapa bunda meneleponku malam begini?" Kata Dina dalam hati, Dina kemudian mengusap air matanya dan mengangkat teleponnya. "Assalamualaikum, Bunda. Apa kabar, Bunda?" kata Dina dengan suara yang pura-pura ceria."Din, Bunda ingin memberitahukan, Ayah sakit," ujar Bunda dengan nada cemas."Ayah sakit? Kenapa, Bun? Ayah sakit apa, Bun?" kata Dina yang tidak bisa mengontrol apa yang ingin dikatakannya, karena panik mendengar ayahnya sakit."Tiba-tiba Ayah pingsan di kamar mandi tadi," kata Bundanya dengan suara yang khawatir. "Ayah berada di rumah sakit sekarang, belum sadarkan diri," lanjutnya.Dina terkejut dan terpaku sejenak, lalu dengan cepat berkata, "Dina akan pulang, Dina akan pulang sekarang, Bun." Tidak lama setelah itu, Dina memutuskan sambungan telepon dan bergegas untuk mempersiapkan apa yang akan dibawanya untuk pulang. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia langsung menyambar tasnya dan memasukkan pakaiannya dengan serampangan d
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-23
Baca selengkapnya

Bab 14

Dina yang masih dalam perjalanan bus, masih memikirkan mimpinya yang membuatnya ingin cepat sampai di tempat tujuannya, yaitu rumah sakit tempat Ayahnya berada. Matanya Dina melihat keluar jendela dengan tatapan mata hampa.Sementara bus melaju memecah kegelapan malam, Dina terus memikirkan mimpi yang berkaitan dengan Ayahnya. Suaranya terdengar halus di antara penumpang yang lain, "Ayah..." gumamnya dengan hati yang penuh kerinduan.Sedangkan Danang dan teman-temannya, setelah keluar dari dalam bioskop, bingung tujuan mereka setelah menonton film."Kemana kita?" tanya Yoga, mencoba mencari arah yang ingin mereka tuju."Dan?" Yoga menoleh ke arah Danang, menanyakan pendapatnya."Kemana?" Danang juga merasa bingung dengan tujuan setelah menonton."Mau ke mana, Yul?" Yoga bertanya pada kekasihnya, Yuli."Ke mana? Makan?" Yuli berusaha memberikan saran."Boleh," ucap Shinta, setuju dengan ide untuk makan."Makan di mana ya?" tanya Danang, ingin memastikan tempat yang akan mereka kunjun
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-24
Baca selengkapnya

Bab 15

Dina bergegas melangkah, melewati segerombolan preman tersebut. Para pria tersebut makin gencar menggoda dan ada yang mengikuti Dina.Tiba-tiba "Apa yang kalian lakukan !!" Suara laki-laki menegur pria yang mengikuti Dina."Maaf, pak. Hanya iseng," ujar pria tersebut dan kemudian berbalik badan dengan terhuyung-huyung, karena efek minuman keras."Terimakasih, pak," kata Dina."Mbak mau kemana?" "Mau ke rumah sakit, pak. Apa ada ojek motor pak ?" tanya Dina."Saya tukang ojek mbak.""Bisa antar saya ke rumah sakit." Dina menyebut rumah sakit tempat ayahnya di rawat."Bisa Mbak, tidak jauh dari sini. Ayo mbak."Lalu Dina mengikuti bapak tukang ojek, motor kemudian berjalan perlahan-lahan, setelah Dina duduk di atas boncengan."Mbak dari mana?" tanya pengojek yang menjadi pengemudi ojek yang ditumpanginya, dengan rasa ingin tahu.Dina kemudian menyebutkan asal kotanya dan mengatakan bahwa tujuannya adalah ke rumah sakit, untuk menjenguk ayahnya yang sedang sakit."Begitulah, Mbak. Jika
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-25
Baca selengkapnya

Bab 16

Dina menatap Deni, merasa sedikit penasaran. "Ada apa, Den? Apa ini menyangkut perihal Ayah?" tanya Dina.Deni menggelengkan kepalanya. "Tidak, Kak. Ini mengenai lain, ini mengenai Kak Dina," kata Deni dengan serius."Mengenai Kakak? Ada apa dengan Kakak? Apa sakit ayah, karena kakak ?" tanya Dina, mulai merasa khawatir."Ayo kita duduk di situ, kak." Deni dan Dina melangkah menuju tempat duduk yang berada dekat toilet.Lalu, Deni segera membuka suaranya dengan bertanya pada kakaknya, "Kakak ada masalah dengan Mas Danang," tanya Deni dengan lugas, membuat keterkejutan pada Dina.Dina terkejut mendengar pernyataan Deni tentang adanya masalah antara dirinya dan Mas Danang. Hatinya berdebar cepat, mencoba untuk menenangkan diri sebelum menghadapi percakapan yang mungkin sulit ini."Masalah ? Kakak tidak ada masalah, Den ," kata Dina dengan suara yang mencoba tetap tenang meskipun rasa cemasnya mulai merayap. Dia takut adiknya tersebut tahu dan akan menjadi beban pikiran adiknya tersebut
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-26
Baca selengkapnya

Bab 17

Dina kemudian meminta penjelasan dari suster yang tengah berada di ruangan itu, "Ada apa, suster? Apa yang sudah suster katakan pada bunda saya?" Tanya Dina dengan suara yang sedikit keras."Saya hanya mengatakan..." sang suster belum sempat menyelesaikan ucapannya, Aini memotong, "A-ayah... ayah..." kata Aini dengan suara yang terbata-bata, dan ia tidak sanggup untuk berkata apa-apa."Ada apa dengan ayah, Bun? Suster, katakan !" Dina menatap wajah sang suster dengan tatapan khawatir, menunggu jawaban dari pertanyaannya."Kondisi Pak Abdi menurun," kata suster dengan hati-hati.Kedua saudara itu merasa terkejut dan khawatir mendengar kabar tentang kondisi ayah mereka yang memburuk. Mereka saling bertatapan, merasa tegang dan cemas atas apa yang akan terjadi selanjutnya."Ayah !! Mas Abdi !" Aini menangis histeris mendengar apa yang dikatakan oleh suster itu.Deni langsung memeluk bunda mereka yang menangis, turut merasakan kepedihan yang sama. Sementara itu, Dina terpaku, terdiam dal
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Bab 18

Di klub malam Danang melupakan segalanya, suasana semakin ramai ketika Sinta menarik tangan Danang untuk ikut menari bersamanya, dan Yuli juga mengajak Yoga untuk ikut berdansa."Ayo kita dansa, Mas," ucap Sinta dengan antusias."Berdansa?" Danang terkejut mendapat ajakan berdansa dari Sinta. Dia mendengar kata dansa adalah hal yang benar-benar tidak tepat untuk dirinya."Iya, mas, dansa," kata Sinta."Aku tidak bisa dansa," tolak Danang dengan sopan, menolak keinginan Sinta untuk menari."Tidak sulit, Mas!" kata Sinta, mencoba meyakinkan Danang untuk bergabung."Mas, yuk dansa," ajak Yuli Yoga untuk ikut berdansa."Apa? Aku? Oh... tidak! Aku tidak bisa dansa!" tolak Yoga dengan tegas."Ihh... Mas Yoga nggak asik!" gerutu Yuli, menatap Yoga dengan ekspresi kecewa."Ini bukan musik untuk berdansa," ucap Danang, mencoba menjelaskan ketidaknyamanannya."Musik apa saja bisa dipakai untuk berdansa, Mas. Ayolah! Lihat, mereka berdansa," kata Sinta, menunjuk ke arah sepasang muda-mudi yang t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Bab 19

Dokter yang memeriksa kondisi ayahnya, mengatakan bahwa kondisi Abdi belum stabil. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh dokter, Dina berusaha untuk menahan air matanya untuk turun, dia berdiri di samping ayahnya yang terbaring lemah di rumah sakit. Tangisannya hanya ada dalam hatinya saja, untuk mengeluarkannya, ia tidak bisa, karena tidak ingin membuat Ayahnya bersedih. Ayahnya, Abdi, melihat putrinya dengan tatapan lembut meskipun dirinya tengah berjuang dengan kondisi kesehatannya yang menurun.Abdi mengarahkan pandangan mata pada sang istri, "Buka," ucap Abdi pada sang istri, Aini."Buka apa mas?" tanya Aini.Abdi menunjuk alat bantu napas yang menempel di mulutnya."Jangan, Mas," sahut Aini dengan suara gemetar, mencoba melindungi suaminya dari kemungkinan yang lebih buruk."Ayah mau apa, minta buka itu?" tanya Deni, adik Dina, yang berdiri di samping mereka dengan raut wajah penuh kekhawatiran."Bicara," ucap sang ayah dengan lirih, menunjukkan keinginannya untuk berkomunik
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Bab 20

Lima belas menit menunggu dalam dalam ketidakpastian , ketiganya terus melantunkan doa-doa keselamatan untuk sang ayah. Saat suster memanggil mereka untuk masuk kembali, Dina, Aini, dan Deni dengan wajah penuh ketegangan memasuki ruangan yang kini terasa begitu hening. Mereka melihat dokter dan suster dengan tatapan tegang, menunggu apa yang akan disampaikan oleh keduanya.Dengan suara lembut dan hati-hati, dokter menyampaikan berita yang mengguncang hati mereka, "Maafkan saya, pasien telah pergi untuk selamanya. Semoga dia tenang di sisi-Nya."Aini, Dina dan Deni terdiam, tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Lalu, Tangis histeris pecah dari bibir mereka, memecah keheningan yang menyelimuti ruangan. Lalu suster menyibak kain putih dan terlihat sang kepala keluarga sudah terbujur ditutupi oleh kain putih."Ayah !!" Dina lari dengan berteriak histeris memanggil 'Ayah '.Sedangkan sang istri, Aini yang tidak kuat melihat sang suami sudah pergi untuk selamanya, luruh jatuh ke lantai
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-31
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status