All Chapters of Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta : Chapter 51 - Chapter 60

77 Chapters

Bab 51

Tapi persetujuan mamanya untuk memberikan modal kepada Danang mendapat pertentangan dari Dinda. "Mama, jangan begitu saja memberikan modal kepada Mas Danang. Mama harus bertanya apa usaha Mas Danang yang akan didirikannya. Jangan sampai modal Mama nanti terbuang dengan sia-sia ya," kata Dinda dengan nada khawatir. Danang dan mamanya memandang Dinda. "Usaha yang akan Mas dirikan sudah Mas pikirkan dengan matang-matang, Dinda. Mas tidak akan pernah gagal," kata Danang dengan suara yang keras, berusaha meyakinkan adiknya. "Oh ya? Sudah Mas memikirkan matang-matang usaha apa yang Mas ingin dirikan?" tanya Dinda dengan nada penasaran, berusaha untuk menggali lebih dalam tentang rencana kakaknya. "Restoran. Mas ingin membuka usaha restoran, bekerjasama dengan seorang teman," jawab Danang dengan penuh keyakinan. "Restoran? Apa yang tahu Mas mengenai restoran? Mengenai masak-memasak, menu yang disukai orang?
last updateLast Updated : 2025-03-03
Read more

Bab 52

Setelah selesai bicara dengan Dina, Deni keluar dan berhenti depan pintu kamar bundanya. Ia mendengar suara bundanya yang seperti berbicara, nada suaranya terdengar sedikit sedih. Deni kemudian membuka pintu kamar bundanya sedikit dan melihat sang bunda duduk dengan memegang pigura foto. Deni tahu, pasti gambar ayahnya yang bundanya pegang.Deni menutup pintu kamar bundanya dengan lembut. Ia merasa sedih melihat bundanya yang berusaha untuk tegar di depannya, padahal bundanya pura-pura kuat."Apa yang dikatakan Kak Dina benar, Bunda pura-pura tegar?" gumam Deni dalam hati, matanya berkaca-kaca.Deni merasakan kesedihan yang mendalam. Ia kehilangan sosok ayahnya yang sangat ia cintai. Ia merasa bahwa hanya dirinya dan Kakaknya yang benar-benar merasakan kehilangan yang mendalam, sedangkan sang bunda sudah iklas, karena ia tidak melihat raut wajah sedih sang bunda. Ternyata, bundanya berusaha untuk tegar di depan mereka, dengan menunjukkan raut wajah biasa-biasa saja dihadapan mereka.D
last updateLast Updated : 2025-03-04
Read more

Bab 53

 Dina terdiam, hatinya terasa  hancur mendengar ucapan ayahnya. Ia merasa kehilangan arah, tidak tahu harus berbuat apa. Ia mencintai Danang dengan sepenuh hati, namun ia  merasa takut kehilangan Danang. "Ayah, aku takut kehilangan Danang,"  kata Dina, suaranya  bergetar menahan tangis. "Tidak ada yang harus ditakutkan, Nak. Kamu harus berani  menghadapi kenyataan. Jika dia tidak lagi mencintaimu,  maka lepaskanlah dia. Carilah kebahagiaanmu sendiri,"  kata ayahnya. "Ayah, aku tidak mau kehilangan Danang," kata Dina,  suaranya  bergetar menahan tangis. "Kamu harus berani menentukan pilihanmu sendiri, Nak,"  kata ayahnya dengan suara yang lembut, namun terdengar tegas. "Ayah, aku takut,"  kata Dina, suaranya bergetar menahan tangis. "Janga
last updateLast Updated : 2025-03-05
Read more

Bab 54

"Kenapa dia pulang tidak bilang-bilang? Apa aku pulang sekarang?" Danang melirik jam."Sudah jam setengah satu malam." "Biarlah, sudah malam." Danang meletakkan ponselnya dan  kemudian mengambil guling untuk dipeluknya. Ia  mengabaikan pesan Dina, ia tidak ada niat membalas atau  menghubungi Dina. Ternyata masih ada rasa kesal dalam  hati Danang, karena Dina yang tidak mau meminta bagian  tanah. Pagi harinya, suara mesin mobil dan motor yang berlalu lalang mulai terdengar membuat Dina membuka matanya. "Mas Danang tidak pulang juga," gumam Dina, begitu terbangun ia menyadari bahwa hanya ada dia dalam rumah.  Kecewa dan sedih menyergapnya.  "Apa Mas Danang tidak membaca pesanku ?" Dina mengambil ponselnya dan melihat pesan yang dikirimnya pada Danang sudah centang dua yang menandakan pesannya sudah di baca Danang. "Sudah di baca, tapi tidak dibalas
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

Bab 55 Pertengkaran

Dina terdiam sejenak, ia masih merasa sedih dan kecewa. Ia tidak percaya dengan alasan yang diberikan Danang."Kenapa Mas tidak menghubungi aku?" tanya Dina lagi."Aku sudah mengatakan bahwa aku lupa, Din ! Aku lupa ! Apa kau tidak percaya?" Kata Danang dengan nada suara yang sedikit keras."Mas berbohong," kata Dina."Aku tidak berbohong," jawab Danang lantang."Aku tidak percaya ! Mas berbohong, aku tahu," kata Dina."Din, percayalah, aku tidak berbohong," kata Danang dengan suara yang melembut."Mas berbohong," kata Dina."Din, aku..." Danang terdiam, ia merasa kesal dengan sikap Dina. Ia menarik napas dalam-dalam dan mencoba untuk menahan emosinya. "Aku tidak berbohong, Din. Aku memang lupa menghubungimu," kata Danang dengan nada yang sedikit meninggi."Pekerjaanku begitu banyak, Din. Kau tidak akan mengerti, kalau aku katakan pekerjaanku banyak. Karena kau hanya di rumah saja !"Dina terhenyak mendengar apa yang dikatakan oleh Danang."Mas menganggap aku tidak mengerti dunia kerj
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

Bab 56 bangkit

Ia mencoba menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Ia mengambil ponselnya dan melihat siapa yang menghubungi. "Alma," gumam Dina,  suaranya masih bergetar karena sisa tangis. Ia menjawab telepon itu. "Halo, Al," kata Dina dengan suara yang parau, mencoba untuk terdengar tenang. "Din, kamu baik-baik saja kan?" tanya Alma dengan nada yang khawatir,  suaranya terdengar cemas. "Iya, Al. Kenapa?" jawab Dina, suaranya masih sedikit gemetar. "Kenapa aku teriak-teriak di depan rumahmu, kau tidak keluar? Kau sudah balik dari kampung, kan?" tanya Alma. "Kau sudah datang?" tanya Dina, suaranya terdengar terkejut. "Iyaa! Aku di depan rumahmu seperti seorang penagih hutang ini, Din... ! Cepat keluar, nyonya," Kata Alma, suaranya terdengar sedikit bercanda. Alma menambahkan, "Din, cepat buka pintu!
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

Bab 57

Danang yang berada di kantin pada jam makan siang, mendapatkan ledekan temannya Yoga yang heran melihat pakaian yang dikenakan oleh Danang begitu lusuh. "Tumben pakaianmu begitu lusuh, Dan? Sepertinya kau sudah seharusnya memiliki seorang istri, Dan, biar ada yang mengurus dirimu," kata Yoga. Ia mencoba bercanda, namun di balik candanya, ia merasa prihatin dengan keadaan  Danang. Danang melihat pakaiannya, "Aku tidur di rumah mama, ini pakaian lamaku," kata Danang. Ia berusaha menjelaskan  kondisi pakaian yang dikenakannya. "Menikah Dan, biar ada yang membelikan baju untukmu," kata Yoga. Ia masih menganggap Danang masih lajang dan memberikan saran agar Danang segera menikah. "Loh...! Bukannya kamu sudah menikah, Dan?" Toni yang datang, heran dengan apa yang dikatakan oleh Yoga. Ia merasa curiga dengan perkataan Yoga. "Sudah menikah?" Yoga juga terkejut dengan apa yang d
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

Bab 58

Deni yang sangat penasaran dengan orang yang mengirimkan gambar Danang dengan seorang wanita pada ayahnya, merasa curiga dengan orang yang mengirim gambar itu."Siapa yang mengirim gambar itu pada ayah? Orang itu pasti mengenal ayah," kata Deni seraya melihat gambar Danang yang tersimpan di ponsel ayahnya. Matanya mengerjap, berusaha menangkap detail wajah wanita di samping Danang. Ia mencoba mengingat detail wanita tersebut. Siapa gerangan wanita itu?Deni kemudian mencoba menebak-nebak siapa yang mengirim gambar itu. Ia mengingat orang-orang yang dekat dengan ayahnya. Ingatannya berputar, mencoba mengingat wajah-wajah yang sering terlihat di rumah. "Apakah itu tetangga? Atau teman ayah? Atau mungkin...?" Deni bingung."Orang yang mengirim ini pasti sering ke kota? Tapi siapa?" Deni berpikir dengan keras untuk menemukan orang yang telah mengirim gambar Danang, suami kakaknya tersebut kepada ayahnya. Kepalanya mendongak, matanya menatap langit-langit, seolah mencari jawaban di sana."
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

Bab 59

"Aku harus mencari cara untuk menyelidiki gambar itu. Jika benar Mas Danang berselingkuh, aku tidak akan membiarkan kakakku di sakiti !" Kata Deni dengan suara tegas. "Aku juga harus menyelidiki siapa sih pengirim gambar tersebut? Nomornya tidak aktif lagi, siapa orang ini ? pasti orang jahat. Apakah warga desa sini? Pasti warga desa ini, karena dia tahu nomor ponsel ayah. Tapi siapa ?" gumam Deni. Ia mencoba mencari petunjuk tentang siapa yang mengirim gambar itu. Keningnya berkerut, menunjukkan keseriusannya dalam memecahkan misteri gambar yang diterima oleh ayahnya. Deni mencoba mengingat orang-orang yang dekat dengan ayahnya. Ia mencoba mengingat orang-orang yang memiliki niat jahat dengan keluarganya. "Siapa ? Ayah tidak ada musuh ." "Nomor siapa ini ?" Deni menatap tajam nomor orang yang telah mengirim gambar Danang. "Apa Johnny tahu ? Aku coba tanya saja." 
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

Bab 60

Danang membawa Sinta untuk makan malam di tempat yang sangat romantis. Yaitu berada Rooftop hotel. "Terimakasih telah membawaku ke sini, mas," kata Sinta. Danang menatap Sinta dengan tatapan mata lembut. "Aku senang kau suka."  "Siapa yang tidak senang di bawa ketempat yang begitu indah ini. Hanya wanita bodo yang tidak menyukainya, mas. Dan aku bukan wanita itu," kata Sinta dengan bibir tersenyum manis menatap Danang. "Dina tidak menyukainya, karena menghamburkan uang katanya," kata Danang dalam hati. Ia ingat saat membawa Dina makan malam romantis, saat mereka masih berpacaran dan Dina tidak menyukai apa yang dilakukan oleh Danang. Dina selalu berkata, uangnya bisa di 'tabung' daripada dipergunakan untuk hal-hal yang tidak perlu sekali. "Mas...! Ihh...koq melamun," kata Sinta yang melihat Danang termenung melihat lilin yang ada di meja mereka. Sinta  merasa penasaran
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more
PREV
1
...
345678
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status