All Chapters of Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta : Chapter 41 - Chapter 50

77 Chapters

Bab 41

Di sekolah, saat jam istirahat tiba, Deni bertanya kepada sahabatnya, Johnny, "Bagaimana cara saya mengembalikan file yang hilang, John?" Deni menunjukkan ponsel ayahnya yang dibawanya kepada Johnny.Johnny mengambil ponsel tersebut dan bertanya, "Ponsel siapa ini, Den?""Ini ponsel ayahku," jawab Deni. "File apa yang hilang?" tanya Johnny, sambil memandang ponsel ayah Deni yang dipegangnya."Aku tidak tahu file mana secara spesifik, tetapi aku ingin menemukan file tersembunyi di ponsel ini," ungkap Deni."Izinkan aku mencoba," kata Johnny. Selama 15 menit, Johnny mencoba mengutak-atik ponsel ayah Deni dengan keringat bercucuran dari dahinya. Akhirnya, Johnny menyerah, "Maaf, aku mencoba tapi aku tidak bisa menemukannya. Lebih baik dibawa ke tempat service ponsel daripada mencari sendiri dan berisiko kehilangan file lainnya," sarannya Johnny.Deni mengangguk mengerti, "Baiklah, aku akan mengikuti saranmu, Johnny. Terima kasih sudah mencoba." Deni merasa lega karena mendapatkan saran
last updateLast Updated : 2025-02-21
Read more

Bab 42

Setelah Danang selesai mandi, ia segera meluncur untuk menjemput Sinta di alamat yang telah diberikan oleh Sinta. Mobil Danang melambat saat mendekati lokasi, dan ia nampak Sinta berdiri di pinggir jalan menunggu dengan sabar.  Danang langsung menghentikan mobilnya. Ia membuka kaca mobil dan memanggil Sinta, "Sinta!" Sinta, yang tidak menyadari keberadaan Danang dalam mobil yang berhenti di depannya, segera menoleh. Awalnya ingin menggeser tubuhnya menjauhi mobil tersebut, namun panggilan Danang baru ia tahu, yang mengemudikan mobil tersebut adalah Danang.  "Mas Danang !" Sinta tersenyum cerah saat melihat Danang. "Masuk ," kata Danang. Dengan langkah ringan, dia masuk ke dalam mobil dan senyum lembut Danang menyambutnya. "Tenyata, kamu mas, aku kira orang iseng yang berhenti depanku. Senang sekali bisa bertemu denganmu, Mas," kata Sinta dengan gembira. 
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

Bab 43

 "Al, kamu lihat apa?" tanya Ayumi, yang melihat keanehan perilaku Alma. "Lihat itulah," jawab Alma sambil menunjuk ke arah layar besar di depan. "Kenapa kau tidak tertawa?" tanya Ayumi, heran dengan sikap Alma yang tampak serius. "Untuk apa tertawa? Film seram kok harus tertawa, aneh," jelas Alma dengan tegas. "Kau yang aneh. Semua orang tertawa dan berteriak, tapi kau malah diam saja," sindir Ayumi. Alma tidak menanggapi perkataan Ayumi, dia terus memperhatikan Danang, "Gila !" Alma kesal, saat melihat Sinta berteriak dan memeluk Danang. "Cewek genit ! Sepertinya mereka ada hubungan terlarang," gumam Alma dalam hati. Setelah film selesai, Danang dan Sinta berdiri untuk meninggalkan tempat duduk mereka. Alma ingin mengikuti mereka, tetapi Ayumi mencegahnya. "Tunggu sebentar, kita keluar nanti biar tidak
last updateLast Updated : 2025-02-23
Read more

Bab 44

Hari ini, Dina akan pulang, rencananya Minggu terpaksa diundur menjadi hari Senin ia pulang. Dina telah menyiapkan apa yang ingin dibawa pulang."Din, singkongnya jadi di bawa?" tanya ibunya sambil menunjuk singkong yang terletak di dapur."Ya, Bu. Mau di kasih sebagai oleh-oleh untuk tetangga," jawab Dina dengan tersenyum."Oleh-oleh, kok singkong, Kak," seloroh Deni yang baru saja keluar dari kamarnya."Singkong ini sulit dicari di kota, dan harganya pun cukup mahal," jelas Dina sambil memperhatikan adiknya."Den, bajumu sudah lusuh dan celananya juga pendek, beli yang baru, Kakak akan memberikan uangnya," kata Dina."Tidak perlu, Kak. Sekolah tinggal beberapa bulan lagi, untuk apa beli baju seragam baru," tolak Deni dengan tegas."Baiklah, jika kau tidak mau beli baru," kata Dina.Dina mencoba memahami keputusan adiknya meskipun tetap merasa khawatir tentang penampilan Deni di sekolah. "Apa tidak naik travel saja, Kakak? Daripada naik bus," usul Deni."Naik travel berangkat malam,
last updateLast Updated : 2025-02-24
Read more

Bab 45

 Dina dan Bundanya tiba di terminal. Bus yang akan membawa Dina ke kota segera berangkat.  Hati Dina begitu berat untuk naik ke atas bus. Perpisahan dengan Ibunya dan adiknya, serta kenangan bersama sang Ayah, memenuhi pikirannya. "Begitu berat untuk meninggalkan bunda dan Deni." Dalam batin Dina. Bundanya melihat keraguan dari raut wajah Dina, "Naiklah, Din," kata Bundanya dengan suara lembut, mencoba menenangkan hati Dina. "Bun, jangan rahasiakan apa pun pada Dina. Jika ada apa-apa, hubungi Dina," pinta Dina dengan nada sedikit cemas, karena ia takut kondisi kesehatan ibunya yang tidak begitu baik juga, karena Aini ada riwayat penyakit asma. "Iya, jangan khawatirkan, kami di sini. Naik sana," kata Aini, Bundanya sambil memberikan semangat dan berusaha menyembunyikan kekhawatirannya. Dina pun perlahan melangkah menaiki bus. Ia menoleh ke belakang, melihat Bunda
last updateLast Updated : 2025-02-25
Read more

Bab 46

"Yang dihapus belum sebulan, kembali Mas. Tapi, yang lewat dari sebulan, tidak bisa," jawab pemilik service ponsel sambil memberikan ponsel yang dipegangnya.Deni merasa lega mendengar jawaban pemilik service ponsel. Ia langsung membayangkan pesan yang ingin ia ketahui ada di dalam ponsel ayahnya. Ia merasa tak sabar untuk melihat isi pesan tersebut.Deni senang, "Terimakasih, mas." Deni mengeluarkan uang dari saku celananya dan memberikan pada pria tersebut dan pria tersebut memberikan kembaliannya pada Deni."Terima kasih, Mas," ucap Deni dengan penuh syukur."Sama-sama, Mas," balas pemilik service ponsel sambil tersenyum.Deni menggenggam erat ponsel ayahnya tersebut."Semoga apa yang ku curigai tidak betul," gumam Deni dalam hati.Deni pun bergegas meninggalkan tempat service ponsel. Langkah kakinya dengan cepat melangkah menyusuri jalan menuju rumahnya, karena ia ingin cepat-cepat pulang untuk mengetahui rahasia yang ada dalam ponsel ayahnya.Setibanya di rumah, Deni langsung be
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

Bab 47

 "Semoga Deni tidak ada masalah. Mas, begitu berat yang harus aku hadapi. Kenapa mas begitu cepat meninggalkan kami." Aini merasa khawatir dengan perubahan sikap Deni.  Ia merasa bahwa ada sesuatu yang sedang disembunyikan oleh Deni. Namun, ia tidak ingin memaksa Deni untuk menceritakan masalahnya. Ia yakin bahwa Deni akan bercerita kepadanya jika ia sudah siap. Aini kemudian memutuskan untuk kembali ke dapur dan melanjutkan pekerjaannya. Ia mencoba untuk fokus pada kegiatan memasak, namun pikirannya terus tertuju pada Deni. Ia berharap Deni dapat segera menceritakan masalahnya kepadanya. Deni keluar dari kamar mandi setelah mandi, mencoba menenangkan diri setelah menemukan foto kontroversial di ponsel ayahnya. Ia berusaha tersenyum ketika melihat Ibunya di dapur. Deni melangkah menuju meja makan, "Bunda, harum sekali masakan Bund," ucap Deni mencoba memulai percakapan. 
last updateLast Updated : 2025-02-27
Read more

Bab 48

 Saat Dina melihat keadaan kamar yang berantakan, ia memutuskan untuk mencari tahu lebih lanjut tentang apa yang sebenarnya terjadi. Dina merasa cemas dan khawatir. Dina kemudian keluar dari kamar, ia mencari tasnya dan mengambil ponselnya. Dina segera menghubungi Danang melalui telepon, namun panggilan tersebut tidak dijawab. Kegelisahan Dina semakin menjadi-jadi. "Angkat, mas !"  "Tidak diangkat." Dina kemudian menuju dapur dan melihat dapurnya penuh dengan sampah dan piring kotor. Melihat kondisi dapurnya, Dina berkacak pinggang melihat semuanya. "Tidak mungkin maling, pasti Mas Danang yang melakukannya." Dina berdiri dengan memijat keningnya yang tiba-tiba pusing melihat pemandangan di dapurnya. "Apa Mas Danang tidak pernah membersikan dapur ? Semua piring ini sudah berjamur," ucapnya dalam keheningan dapur.&
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

Bab 49

Hidup adalah anugerah, dan setiap langkah adalah kesempatan untuk bersyukur. Temukanlah kebahagiaan dalam hal-hal kecil, karena kesederhanaanlah yang membawa kebijaksanaan dan kedamaian.~~**~~Setelah hening sejenak, Dinda bicara dengan Danang. "Kak Dina kapan kembali, Mas?" tanya Dinda dengan rasa penasaran.Danang menjawab sembari menaikkan bahunya, "Tidak tahu, mungkin nunggu lewat tujuh hari. Biarlah dia di sana, di sini juga ia tidak kerja.""Loh... Mas tidak menghubungi Kak Dina?" tanya Dinda, merasa heran karena Danang tidak berusaha untuk menghubungi istrinya, dan terlihat cuek walaupun sang istri tidak pulang."Ada sekali aku menghubunginya dan Dina tidak bilang kapan mau kembali, biarlah dia di kampung. Mungkin masih berat meninggalkan Bunda dan Deni," kata Danang dengan nada tenang, seolah tidak ingin membahas lebih jauh tentang keberadaan Dina.Dinda merasakan ada yang janggal dengan jawaban kakaknya. "Mas ini aneh sekali, jujur saja. Mas tidak sedang ribut dengan kak Din
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

Bab 50

"Sedikit, ada. Tapi, tidak sampai berlarut-larut. Kita harus melanjutkan kehidupan. Yang sudah pergi, biarkan pergi," kata Endang dengan santainya.Dinda dan Danang saling berpandangan, tidak percaya dengan ucapan Endang. Mereka merasa bahwa sikap Endang terlalu berlebihan, seolah-olah kehilangan Papa tidak berarti apa-apa baginya."Tapi, Ma, kita kan harus bersedih. Itu wajar, kan?" ucap Dinda dengan nada yang sedikit kecewa."Oh, Dinda, kamu ini terlalu cengeng. Jangan terlalu memikirkan hal-hal yang sudah berlalu. Hidup itu harus terus berjalan," jawab Endang dengan nada yang sedikit meremehkan.Dinda merasa kesal dengan sikap ibunya. Ia merasa bahwa Endang tidak memahami kesedihan yang mereka rasakan."Mama, Kak Dina pasti sedih sekarang. Dia baru saja kehilangan ayahnya," kata Dinda dengan nada yang sedikit emosi."Oh, Dinda, kamu ini terlalu sentimental. Jangan ikut-ikutan sedih. Kamu kan masih muda, banyak hal yang bisa kamu lakukan," jawab Endang dengan nada yang cuek.Dinda t
last updateLast Updated : 2025-03-02
Read more
PREV
1
...
345678
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status