Share

Bab 59

Author: Lin shi
last update Last Updated: 2025-03-11 20:00:00

"Aku harus mencari cara untuk menyelidiki gambar itu. Jika benar Mas Danang berselingkuh, aku tidak akan membiarkan kakakku di sakiti !" Kata Deni dengan suara tegas.

"Aku juga harus menyelidiki siapa sih pengirim gambar tersebut? Nomornya tidak aktif lagi, siapa orang ini ? pasti orang jahat. Apakah warga desa sini? Pasti warga desa ini, karena dia tahu nomor ponsel ayah. Tapi siapa ?" gumam Deni. Ia mencoba mencari petunjuk tentang siapa yang mengirim gambar itu. Keningnya berkerut, menunjukkan keseriusannya dalam memecahkan misteri gambar yang diterima oleh ayahnya.

Deni mencoba mengingat orang-orang yang dekat dengan ayahnya. Ia mencoba mengingat orang-orang yang memiliki niat jahat dengan keluarganya.

"Siapa ? Ayah tidak ada musuh ."

"Nomor siapa ini ?" Deni menatap tajam nomor orang yang telah mengirim gambar Danang.

"Apa Johnny tahu ? Aku coba tanya saja."

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 60

    Danang membawa Sinta untuk makan malam di tempat yang sangat romantis. Yaitu berada Rooftop hotel."Terimakasih telah membawaku ke sini, mas," kata Sinta.Danang menatap Sinta dengan tatapan mata lembut. "Aku senang kau suka.""Siapa yang tidak senang di bawa ketempat yang begitu indah ini. Hanya wanita bodo yang tidak menyukainya, mas. Dan aku bukan wanita itu," kata Sinta dengan bibir tersenyum manis menatap Danang."Dina tidak menyukainya, karena menghamburkan uang katanya," kata Danang dalam hati. Ia ingat saat membawa Dina makan malam romantis, saat mereka masih berpacaran dan Dina tidak menyukai apa yang dilakukan oleh Danang. Dina selalu berkata, uangnya bisa di 'tabung' daripada dipergunakan untuk hal-hal yang tidak perlu sekali."Mas...! Ihh...koq melamun," kata Sinta yang melihat Danang termenung melihat lilin yang ada di meja mereka. Sinta merasa penasaran

    Last Updated : 2025-03-12
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 61

    Di tengah hingar bingar kota yang tak henti-hentinya, Dina duduk sendirian di ruang tamu rumahnya. Matanya menerawang, pikirannya melayang ke tempat yang jauh, memperhatikan setiap detik yang berlalu. Ia menunggu kepulangan Danang. Hari ini ia berencana untuk menanyakan perihal wanita yang dilihatnya dan yang dilihat oleh Alma."Aku harus menanyakan, siapa wanita itu?" gumam Dina. Ia merasa terbebani dengan rasa penasaran yang membuncah."Sudah jam sebelas malam, apa dia tidak pulang?"Dina bangkit dan berjalan menuju jendela, ia menyibakkan tirai jendela untuk melihat keluar dan baru menyadari, ternyata hujan gerimis sedang membasahi tanah."Hujan," gumam Dina.Dina kemudian meninggalkan jendela dan mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Danang. Namun, ponsel Danang tidak aktif."Kemana lagi dia?" gumam Dina. Ia merasa

    Last Updated : 2025-03-13
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 62

    "Sayang, ahhh... Sayang !" Seru Danang yang menikmati apa yang dilakukan oleh Sinta, begitu juga Sinta yang menikmati apa yang dilakukan oleh Danang pada tubuhnya.Danang mengangkat kepalanya dan melihat Sinta yang bergerak seperti cacing kepanasan, membuat Danang senang. Lalu ia menurunkan pandangannya pada bawah Sinta dan kemudian menggesek bibirnya pada segitiga milik Sinta yang masih terlindungi."Mas ! Mas !!" Seru Sinta seraya menekan kepala Danang ke area sensitifnya.Ketika tangan Danang ingin menurunkan celana pendek Sinta, tiba-tiba suara menggelegar disertai kilatan cahaya membuat keduanya tersentak dan Sinta berteriak keras."Aaargh !!" Pekik Sinta ketakutan. Dan membuat apa yang sedang mereka lakukan terhenti tiba-tiba.Danang berdiri dan membawa Sinta dalam pelukan, karena merasakan rumah bergetar hebat karena sambaran petir."Apa itu mas ? Apa

    Last Updated : 2025-03-14
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 63

    "Jangan nuduh sembarang, Din. Aku itu kerja ! Bukan main-main!" Kata Danang keras, raut wajahnya terlihat kesal. Ia mencoba menyangkal pertanyaan Dina."Sudahlah, mas. Jangan berkilah lagi," kata Dina. Ia merasa sangat kecewa dengan perbuatan Danang."Aku berkata yang sebenarnya. Aku tidak berbohong!" Kata Danang."Kau bohong mas, kau bohong, aku tahu kau bohong. Katakan siapa wanita yang bersamamu di bioskop? Dua minggu yang lalu aku melihatmu mas, aku melihatmu," tiba-tiba Dina berkata dengan keras. Danang terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Dina. Dia tidak menyangka Dina melihatnya saat menonton bersama Sinta."Kau... kau? Apa yang kau katakan?" ucap Danang dengan suara yang gugup karena dia tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut Dina."Kenapa mas ? kau gugup? Kau kira aku perempuan rumahan yang tidak tahu semua kelakuanmu di luar sana? Katakan m

    Last Updated : 2025-03-15
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 64

    Apa?" Danang terkejut mendengar apa yang dikatakan oleh Dina. Dia tidak menyangka Dina mengatakan itu semua."Tidak, tidak," kata Danang."Kenapa tidak mas? Aku membebaskanmu mas, aku membebaskanmu untuk mencari kebahagiaanmu sendiri. Carilah wanita yang mas anggap pantes untuk menjadi istri dan ibu dari anak-anakmu," kata Dina dengan tenang.Danang terdiam. Ia merasa sangat terkejut dengan ucapan Dina. Ia tidak menyangka Dina akan mengajukan permintaan untuk berpisah. Ia merasa sangat menyesal atas semua kebohongan yang telah ia lakukan."Dina, aku mohon, jangan seperti ini," kata Danang. Ia mencoba meraih tangan Dina, namun Dina menarik tangannya."Aku sudah tidak sanggup lagi, mas. Kau terlalu banyak menuntutku untuk selalu sempurna," kata Dina dengan suara yang lembut, namun penuh kesedihan.Dina kemudian melanjutkan mengeluarkan apa yang selamanya ini te

    Last Updated : 2025-03-16
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 65

    Sementara itu, di rumah Danang, Mama Danang merasa heran melihat motor Danang terparkir di garasi."Danang datang?" tanya Endang, Mama Danang, kepada Dinda.Dinda menggelengkan kepala sambil menjawab, "Nggak tahu, Ma.""Kenapa, Ma?" tanya Dinda."Ada motornya di garasi," jawab Mama."Ada motornya, pasti ada orangnya, Ma. Tidak mungkin motornya jalan sendiri ke sini," kata Dinda sambil bergurau."Jam berapa dia datang? Mama tidak dengar," kata Endang sambil menatap Dinda dengan wajah penuh rasa ingin tahu."Aku juga tidak dengar, Ma. Jam berapa Mas datang?" jawab Dinda, mencoba mengingat-ingat, namun tak menemukan jawabannya.Keduanya lalu mengalihkan pandangan ke arah pintu kamar Danang. Tidak lama kemudian, pintu kamar terbuka, dan Danang muncul dengan wajah yang masih mengantuk. Ia mengucek-ngucek matanya dengan mal

    Last Updated : 2025-03-17
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 66

    Alma memeluk Dina, "Tenang Din. Jangan keluarkan air mata untuk laki-laki seperti itu," kata Alma pada sahabatnya yang baru selesai menceritakan apa yang terjadi padanya."Aku ingin pisah! Aku sudah tidak sanggup lagi menjadi istrinya," kata Dina di sela-sela isakan."Kamu yakin dengan keputusanmu ini, Din?" tanya Alma. Ia tahu betapa Dina mencintai Danang."Aku sudah berusaha, Alma," kata Dina. "Aku sudah mencoba menyelamatkan pernikahan kami. Tapi Danang terlalu egois. Dia tidak peduli perasaanku. Lama-lama aku bisa gila menghadapinya.""Lakukan, Din," kata Alma. "Aku akan selalu ada untukmu.""Terima kasih, Alma," kata Dina. Ia merasa terhibur oleh kehadiran Alma."Sekarang kamu harus kuat, Din," kata Alma. "Kamu harus fokus pada dirimu sendiri.""Aku akan baik-baik saja, Alma," kata Dina. "Aku akan melakukan yang terbaik untuk diriku

    Last Updated : 2025-03-18
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 67

    Dina terdiam, merenungkan perkataan Alma. Ia mencoba memikirkan apa yang ingin ia lakukan di masa depan. Ia mengingat masa-masa ketika ia bekerja di pabrik sarung tangan. Ia merasa bosan dan lelah dengan pekerjaan itu. Ia ingin mencoba sesuatu yang baru."Kenapa kau tidak menerima jahitan saja. Kau kan bisa menjahit," kata Alma untuk membuka pikiran Dina mengenai apa yang akan dilakukannya setelah bercerai."Aku ada melihat ruko di dekat rumahku, bisa dijadikan tempat menjahit Dina," kata Alma dengan bersemangat."Aku melihat ada ruko di dekat rumahku. Ruko itu bisa dijadikan tempat menjahit, Dina," kata Alma dengan bersemangat."Menjahit? Apa aku mampu?" gumam Dina, ragu."Ini yang aku nggak suka darimu, Din. Kamu itu langsung mempertanyakan kemampuanmu. Jangan pesimis, Din. Harus optimis, biar bisa sukses," kata Alma dengan nada serius."Aku kan

    Last Updated : 2025-03-19

Latest chapter

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 108

    "Ada apa?" tanya Dina dengan nada yang lebih lembut, namun ada sedikit keraguan di suaranya. "Kenapa Kakak merasa seperti akan ada badai?" tambahnya dengan senyuman kecil yang masih menghiasi bibirnya, berusaha mencairkan suasana tegang yang perlahan mulai terasa.Namun, Deni tidak membalas senyuman itu. Wajahnya tetap tegang, rahangnya mengeras, dan matanya yang biasanya ceria kini tampak redup. Reaksinya itu membuat rasa penasaran Dina semakin besar. Senyuman kecil di wajahnya perlahan memudar, digantikan oleh ekspresi serius yang mencerminkan kekhawatiran."Deni, ada apa ini?" desak Dina dengan nada sedikit lebih serius, tatapannya berusaha mencari jawaban di wajah adiknya.Deni tetap terpaku, pandangannya tidak bergeming dari wajah kakaknya, seolah sedang mengumpulkan keberanian untuk berbicara. Johnny, yang berdiri di sampingnya, akhirnya menyentuh leng

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 107

    "Mas!"Sinta tersentak, matanya membulat saat melihat Danang tiba-tiba berlutut begitu mereka masuk ke dalam rumah. Tubuhnya kaku untuk sesaat, tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.Danang menundukkan kepala, suaranya pelan tetapi penuh keteguhan. "Maafkan aku, Sayang. Aku tahu aku sudah banyak salah."Sinta mendekatinya dengan langkah cepat, ekspresinya campuran antara terkejut dan khawatir. "Bangkit, Mas. Jangan begini. Aku nggak suka melihatmu seperti ini," katanya sambil berusaha menarik tangan Danang agar berdiri.Namun, Danang tidak mau bergerak, tangannya tetap berada di lantai, seolah-olah ingin menunjukkan kesungguhannya. Ia menatap Sinta dengan mata yang sedikit berair. "Aku nggak akan berdiri sebelum kamu memaafkanku. Aku nggak bisa terus seperti ini, hidup tanpa kamu, Sinta."

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 106

    °°Deni dan Johnny masih memantau dari kejauhan, bersembunyi di balik pohon besar yang tumbuh di sisi jalan. Motor mereka diparkir agak jauh, agar suara mesin tidak menarik perhatian. Mata Deni terus memperhatikan rumah di depannya, sementara Johnny duduk di tanah dengan pandangan resah."Deni, apa kita harus terus begini? Dari tadi Mas Danang nggak ngapa-ngapain," bisik Johnny sambil mengusap tengkuknya, mencoba menghilangkan rasa tidak nyaman.Deni tidak menjawab. Tatapannya tetap fokus pada Danang yang terlihat duduk di teras rumah Sinta, tubuhnya tegak tetapi ekspresinya jelas menunjukkan ada beban yang berat.Johnny akhirnya berdiri dan mendekatkan tubuhnya ke arah Deni. "Den, dia cuma duduk. Kelihatannya kayak orang lagi mikir berat. Apa yang sebenarnya kamu cari?"Deni menoleh seben

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 105

    "Waalaikumsalam," sahut Dina ramah sambil tersenyum, melangkah mendekati seorang ibu yang berdiri di depan tokonya bersama anak kecil yang menggandeng tangannya. Wajah Dina memancarkan keramahan yang langsung membuat ibu itu merasa nyaman. "Mbak, mau jahit baju anak-anak, bisa?" tanya ibu itu dengan nada sopan, sesekali melirik ke arah anaknya yang tampak sedikit malu-malu. "Bisa, Bu. Untuk adek ini, ya?" tanya Dina dengan nada lembut sambil menunduk sedikit agar sejajar dengan mata anak itu. Ia tersenyum hangat, mencoba membuat si anak merasa lebih tenang. "Iya, Mbak," jawab ibu tersebut sambil mengusap kepala anaknya dengan lembut. "Masuk, Bu," ajak Dina sambil membuka pintu tokonya lebih lebar. Tangannya mengisyaratkan agar ibu dan anak itu melangkah masuk. "Mari, silakan duduk, Bu." Setelah mereka masuk, Dina mengambil sebuah kursi dan memberikannya kepada sang ibu, lalu menuntun anak itu untuk duduk di sampingnya. "Adek, sini duduk dulu, ya," ujarnya sambil menunjuk kur

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 104

    Motor Danang melaju dengan cepat, menerobos jalanan yang masih sedikit sibuk. Bunyi klakson terdengar samar di telinganya, tetapi pikirannya terlalu penuh untuk memperhatikan apa pun selain gejolak di dalam dirinya. Tangannya mencengkeram stang motor lebih erat, seolah-olah itu bisa membantu menahan emosi yang terus mendidih di dadanya."Dina nggak mau bicara. Aku nggak ngerti apa yang salah. Dia hanya diam, pura-pura nggak peduli..." pikirnya dengan kesal, bibirnya terkatup rapat.Ia menatap jalan di depannya dengan pandangan kosong, tetapi hatinya terasa begitu sesak. "Aku mencoba bicara, mencoba memperbaiki semuanya, tapi dia hanya membisu. Seolah-olah aku ini nggak berarti lagi buat dia..."Danang menggeleng pelan, mencoba mengusir pikiran itu, tetapi hal itu malah semakin memperburuk suasana hatinya."Dan Sinta... dia menghilang begitu saja. Aku ng

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 103

    Suasana di meja makan terasa begitu hidup, penuh dengan percakapan ringan dan tawa kecil. Dina dan Danang tampak seperti pasangan sempurna, menghadirkan kesan bahwa semuanya berjalan baik-baik saja. Namun, di balik senyum dan kata-kata mereka, Deni dapat merasakan sesuatu yang berbeda. Ada keheningan tak terlihat di antara mereka, sebuah ketegangan yang tersembunyi di balik gerak tubuh dan nada suara.Deni melirik kakaknya sesekali, mencoba menangkap petunjuk dari cara mereka bicara atau saling memandang, tetapi semuanya terlihat terlalu rapi, terlalu terkendali. Johnny di sampingnya sibuk menghabiskan makanannya tanpa memperhatikan apa pun yang terjadi.Setelah beberapa saat, Danang akhirnya membuka suara, mencoba memecah keheningan yang terasa tak nyaman baginya. "Hari ini kalian mau kemana?" tanyanya sambil menatap Deni.Deni meletakkan sendoknya sejenak,

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 102

    Di dalam kamar, Deni duduk di kursi dengan mata yang terpaku pada layar ponselnya. Jemarinya sesekali bergerak, tetapi tidak untuk mengetik—hanya untuk menggulir layar, memperhatikan gambar yang terpampang di sana. Foto Danang bersama seorang wanita membuat pikirannya berputar liar, jauh lebih cepat daripada kemampuan tangannya untuk mengambil keputusan.Di ranjang sebelahnya, Johnny sudah terlelap, dengkurannya terdengar pelan, menandakan betapa nyamannya ia tertidur. Tidak seperti Deni, yang justru semakin sulit memejamkan mata."Sepertinya, pernikahan Kak Dina tidak baik-baik saja." Suara hati Deni.Deni menghela napas panjang, lalu mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia tidak pernah ingin ikut campur dalam urusan rumah tangga kakaknya, tetapi situasi sekarang tidak bisa diabaikan begitu saja.Deni kembali menatap layar ponselnya, matanya tak bisa lepas dar

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 101

    Orang tersebut tertawa kecil, lalu melangkah mendekat. Begitu wajahnya terlihat jelas di bawah cahaya lampu, Danang langsung terperanjat."Deni! Kapan kau datang?" seru Danang, matanya melebar karena terkejut melihat keberadaan adik iparnya tersebut di rumahnya."Pagi tadi," jawab Deni santai, seolah tidak melihat kegelisahan Danang.Danang masih mencoba mencerna situasi. "Kenapa Dina nggak bilang apa-apa? Bukannya biasanya dia selalu memberitahu kalau Deni datang." Dalam pikiran Danang."Dina tahu kau mau datang?" tanyanya dengan nada heran."Tahu," sahut Deni tanpa ragu.Danang mengerutkan kening. "Tahu? Kenapa dia tidak bilang padaku?"Deni hanya mengangkat bahu ringan. "Ternyata kak Dina tidak memberitahukan kedatanganku kepada Mas Danang. Pasti ada sesuatu yang membuat kak D

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 100

    "Kita tidak menunggu Mas Danang, Kak?" tanya Deni dengan nada ragu, matanya melirik ke arah meja makan yang masih tertata rapi.Dina menghela napas ringan sambil merapikan piring di hadapannya. "Mas Danang pulangnya tidak bisa dipastikan jam berapa, Den. Kita nggak bisa terus menunggu tanpa tahu pasti. Panggil Johnny, biar kita makan duluan," katanya dengan nada tenang, tetapi ada sedikit kebimbangan tersirat dalam suaranya.Deni masih belum bergerak, seakan ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya. "Kakak baik-baik saja dengan Mas Danang, Kak?" tanyanya pelan, seolah mencoba membaca ekspresi sang kakak.Dina menoleh, matanya menatap Deni dengan lembut. "Baik, Deni," jawabnya, kali ini dengan senyum yang sedikit lebih lebar, mencoba meyakinkan adiknya."Betul?" Deni masih belum sepenuhnya yakin, alisnya sedikit mengernyit

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status