Share

Bab 18

Author: Lin shi
last update Last Updated: 2025-01-29 22:19:02

Di klub malam Danang melupakan segalanya, suasana semakin ramai ketika Sinta menarik tangan Danang untuk ikut menari bersamanya, dan Yuli juga mengajak Yoga untuk ikut berdansa.

"Ayo kita dansa, Mas," ucap Sinta dengan antusias.

"Berdansa?" Danang terkejut mendapat ajakan berdansa dari Sinta. Dia mendengar kata dansa adalah hal yang benar-benar tidak tepat untuk dirinya.

"Iya, mas, dansa," kata Sinta.

"Aku tidak bisa dansa," tolak Danang dengan sopan, menolak keinginan Sinta untuk menari.

"Tidak sulit, Mas!" kata Sinta, mencoba meyakinkan Danang untuk bergabung.

"Mas, yuk dansa," ajak Yuli Yoga untuk ikut berdansa.

"Apa? Aku? Oh... tidak! Aku tidak bisa dansa!" tolak Yoga dengan tegas.

"Ihh... Mas Yoga nggak asik!" gerutu Yuli, menatap Yoga dengan ekspresi kecewa.

"Ini bukan musik untuk berdansa," ucap Danang, mencoba menjelaskan ketidaknyamanannya.

"Musik apa saja bisa dipakai untuk berdansa, Mas. Ayolah! Lihat, mereka berdansa," kata Sinta, menunjuk ke arah sepasang muda-mudi yang t
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 19

    Dokter yang memeriksa kondisi ayahnya, mengatakan bahwa kondisi Abdi belum stabil. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh dokter, Dina berusaha untuk menahan air matanya untuk turun, dia berdiri di samping ayahnya yang terbaring lemah di rumah sakit. Tangisannya hanya ada dalam hatinya saja, untuk mengeluarkannya, ia tidak bisa, karena tidak ingin membuat Ayahnya bersedih. Ayahnya, Abdi, melihat putrinya dengan tatapan lembut meskipun dirinya tengah berjuang dengan kondisi kesehatannya yang menurun.Abdi mengarahkan pandangan mata pada sang istri, "Buka," ucap Abdi pada sang istri, Aini."Buka apa mas?" tanya Aini.Abdi menunjuk alat bantu napas yang menempel di mulutnya."Jangan, Mas," sahut Aini dengan suara gemetar, mencoba melindungi suaminya dari kemungkinan yang lebih buruk."Ayah mau apa, minta buka itu?" tanya Deni, adik Dina, yang berdiri di samping mereka dengan raut wajah penuh kekhawatiran."Bicara," ucap sang ayah dengan lirih, menunjukkan keinginannya untuk berkomunik

    Last Updated : 2025-01-30
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 20

    Lima belas menit menunggu dalam dalam ketidakpastian , ketiganya terus melantunkan doa-doa keselamatan untuk sang ayah. Saat suster memanggil mereka untuk masuk kembali, Dina, Aini, dan Deni dengan wajah penuh ketegangan memasuki ruangan yang kini terasa begitu hening. Mereka melihat dokter dan suster dengan tatapan tegang, menunggu apa yang akan disampaikan oleh keduanya.Dengan suara lembut dan hati-hati, dokter menyampaikan berita yang mengguncang hati mereka, "Maafkan saya, pasien telah pergi untuk selamanya. Semoga dia tenang di sisi-Nya."Aini, Dina dan Deni terdiam, tak percaya dengan apa yang mereka dengar. Lalu, Tangis histeris pecah dari bibir mereka, memecah keheningan yang menyelimuti ruangan. Lalu suster menyibak kain putih dan terlihat sang kepala keluarga sudah terbujur ditutupi oleh kain putih."Ayah !!" Dina lari dengan berteriak histeris memanggil 'Ayah '.Sedangkan sang istri, Aini yang tidak kuat melihat sang suami sudah pergi untuk selamanya, luruh jatuh ke lantai

    Last Updated : 2025-01-31
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 21

    “Kak, kita tidak punya ayah lagi,” ucap Deni dengan suara penuh kepedihan.Dina melihat adiknya yang duduk dengan kepala tertunduk, lalu berkata, “Jangan tunjukkan kesedihan kita di depan Bunda, Deni. Kita harus kuat bersama.”Deni melirik ke arah Bunda yang duduk bersama dengan adik kandung Ayahnya, yang datang setelah mendengar kabar tentang kepulangan Ayah.“Bunda berusaha menutupi kesedihannya, kak,” kata Deni dengan pengertian yang dalam terhadap perasaan Bunda yang berusaha keras untuk memberikan kekuatan pada anak-anaknya dalam menghadapi cobaan yang menimpa keluarga mereka."Kita harus menghibur Bunda, karena Bunda yang paling kehilangan. Kita juga begitu kehilangan, tapi hubungan Bunda dengan Ayah sebagai suami istri sudah pasti lebih mendalam," ucap Dina dengan suara penuh kebijaksanaan dan pengertian.Deni mengangguk setuju, memahami betapa beratnya kehilangan bagi Bunda yang telah kehilangan pasangan hidupnya. Mereka berdua merasa tanggung jawab untuk memberikan dukungan d

    Last Updated : 2025-02-01
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 22

    Kedatangan jenazah Abdi, Ayah Dina, di kampung telah menyentuh hati semua warga dengan kesedihan yang mendalam. Abdi adalah sosok yang sangat disayangi dan dihormati oleh seluruh warga desa. Mereka menyambut kepulangan jenazah Abdi dengan perasaan sedih yang mendalam.Para tetangga memeluk Aini secara bergantian untuk memberikan dukungan pada masa sulit ini. Aini dengan suara berlinang air mata berkata pada tetangganya sebelah rumah, "Mas Abdi sudah tidak ada lagi, Bude. Mas Abi sudah meninggalkan kami." Air mata Aini tak tertahankan lagi, mengalir tanpa henti.Dina pun tidak mampu menahan kesedihannya, air mata yang tadi diusahakan untuk tidak mengalir lagi, kini tak tertahankan lagi, mulai mengalir. Saat semua tetangga yang mengenal Abdi berkumpul, Aini dan Dina sama-sama terhanyut dalam kesedihan yang tak terbendung. Dina tiba-tiba ambruk ke tanah, tak sanggup menahan beban duka yang begitu besar. Dalam satu hari, begitu banyak keju

    Last Updated : 2025-02-02
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 23

    Ketegangan dan kecemasan semakin memenuhi ruangan ketika Juragan Zuki menuduh bahwa kemungkinan Danang sibuk dengan wanita lain. Wanita yang duduk dekatnya, Bu Ida dan Bu Ayu, menjadi semakin gelisah dengan dugaan yang diajukan oleh Juragan Zuki.Dinda yang mendengar dengan tidak sengaja apa yang dikatakan oleh Juragan Zuki, merasa marah mendengarkan tuduhan yang dilemparkan padanya. Tanpa ragu, Dinda langsung menghentikan langkahnya, diikuti oleh Rizal.Dengan ekspresi yang tegas dan suara yang sedikit emosional, Dinda mengekspresikan kekesalannya yang sudah mencapai puncaknya, "Bapak jangan asal bicara! Bapak jangan menyebarkan fitnah!" ucapnya dengan tegas dan jelas.Rizal juga ikut angkat bicara, "Bapak itu datang untuk melayat, bukan untuk bergosip. Kita harus menghormati situasi ini."Juragan Zuki, Bu Ida, dan Bu Ayu terkejut mendengar suara keras yang menegurnya. Mereka tersentak dengan reaksi tegas dari Dinda dan Rizal, yang menegaskan bahwa dugaan dan tuduhan tanpa dasar sepe

    Last Updated : 2025-02-03
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 24

    Tiba-tiba, suara ketukan pelan di pintu membuat Danang terbangun dari tidurnya. "Ahh! Siapa yang bertamu pagi-pagi begini?" gumamnya sambil menggeliatkan tubuhnya.Ketukan di pintu terdengar lagi, membuat Danang semakin terjaga. "Dina!" serunya dengan mata masih terpejam, agak enggan untuk bangun dan membuka pintu.Namun, ketukan berulang kali terus terdengar, "Mana Dina ini?" Danang merasa semakin penasaran dan gelisah."Dina! Buka pintu!" teriak Danang dengan lebih keras, ingin segera mengetahui siapa yang ada di balik pintu.Yoga tersentak dari tidurnya akibat teriakan Danang. "Dan! Kenapa kau berteriak? Kau membuatku kaget," kata Yoga dengan wajah masih penuh kantuk.Danang yang baru terjaga tiba-tiba tersadar dan melihat sekelilingnya, "Di mana ini? Aduh! Kenapa aku lupa?" Danang segera bangkit dari kursi dan menuju pintu dengan cepat untuk melihat siapa yang datang menganggu tidurnya.Danang membuka pintu dengan raut wajah kesal saat melihat seorang pria di luar kamar. "Selamat

    Last Updated : 2025-02-04
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 25

    Danang kemudian mencoba menghubungi sang adik, karena ponsel Dina tidak dapat dihubungi. "Dinda."Namun, sebelum Danang bisa mengucapkan apa yang ingin dikatakannya, Dinda langsung memotong perkataan Danang dengan nada suara yang marah."Mas ini kemana saja? Kenapa tidak datang? Mas sudah membuat malu keluarga kita!" ucap Dinda dengan penuh amarah, mengungkapkan kekecewaan dan ketidaksenangan atas ketidakhadiran Danang.Danang merasa terhenyak dengan respons tegas dari Dinda dan ia merasakan penyesalan yang mendalam atas kesalahannya. Dengan suara yang penuh penyesalan dan kesadaran akan kesalahannya, Danang mencoba menjelaskan dan meminta maaf atas segala kesalahpahaman yang terjadi."Dinda, maafkan aku. Aku akan menjelaskan semuanya. Aku akan segera pulang," ucap Danang dengan suara yang mencerminkan penyesalan dan tekad untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukannya.Deng

    Last Updated : 2025-02-05
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 26

    Danang melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar Dina. Saat ia hendak membuka pintu, tiba-tiba pintu terbuka dari dalam dan Deni keluar. Deni terkejut melihat keberadaan Danang, raut wajahnya terlihat tidak menyenangkan, yang langsung terasa oleh Danang.Deni keluar dan menutup pintu kamar Dina."Kapan mas tiba?" tanya Deni basa-basi, padahal ia tahu Danang pasti baru tiba. Karena, saat ia masuk kamar sang kakak, ia tidak melihat keberadaan Danang di luar."Baru saja. Den, maaf, Mas baru bisa datang. Banyak sekali pekerjaan di kantor," ucap Danang dengan suara penuh penyesalan, mencoba menjelaskan kehadirannya yang terlambat.Danang dengan hati-hati mencoba untuk menjelaskan situasi ketidakhadirannya kepada Deni, namun Deni dengan tajam menyatakan, "Yang membutuhkan alasan Mas Danang itu Kak Dina. Katakan pada kak Dina, dan semoga kak Dina percaya !"

    Last Updated : 2025-02-06

Latest chapter

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 102

    Di dalam kamar, Deni duduk di kursi dengan mata yang terpaku pada layar ponselnya. Jemarinya sesekali bergerak, tetapi tidak untuk mengetik—hanya untuk menggulir layar, memperhatikan gambar yang terpampang di sana. Foto Danang bersama seorang wanita membuat pikirannya berputar liar, jauh lebih cepat daripada kemampuan tangannya untuk mengambil keputusan.Di ranjang sebelahnya, Johnny sudah terlelap, dengkurannya terdengar pelan, menandakan betapa nyamannya ia tertidur. Tidak seperti Deni, yang justru semakin sulit memejamkan mata."Sepertinya, pernikahan Kak Dina tidak baik-baik saja." Suara hati Deni.Deni menghela napas panjang, lalu mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia tidak pernah ingin ikut campur dalam urusan rumah tangga kakaknya, tetapi situasi sekarang tidak bisa diabaikan begitu saja.Deni kembali menatap layar ponselnya, matanya tak bisa lepas dar

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 101

    Orang tersebut tertawa kecil, lalu melangkah mendekat. Begitu wajahnya terlihat jelas di bawah cahaya lampu, Danang langsung terperanjat."Deni! Kapan kau datang?" seru Danang, matanya melebar karena terkejut melihat keberadaan adik iparnya tersebut di rumahnya."Pagi tadi," jawab Deni santai, seolah tidak melihat kegelisahan Danang.Danang masih mencoba mencerna situasi. "Kenapa Dina nggak bilang apa-apa? Bukannya biasanya dia selalu memberitahu kalau Deni datang." Dalam pikiran Danang."Dina tahu kau mau datang?" tanyanya dengan nada heran."Tahu," sahut Deni tanpa ragu.Danang mengerutkan kening. "Tahu? Kenapa dia tidak bilang padaku?"Deni hanya mengangkat bahu ringan. "Ternyata kak Dina tidak memberitahukan kedatanganku kepada Mas Danang. Pasti ada sesuatu yang membuat kak D

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 100

    "Kita tidak menunggu Mas Danang, Kak?" tanya Deni dengan nada ragu, matanya melirik ke arah meja makan yang masih tertata rapi.Dina menghela napas ringan sambil merapikan piring di hadapannya. "Mas Danang pulangnya tidak bisa dipastikan jam berapa, Den. Kita nggak bisa terus menunggu tanpa tahu pasti. Panggil Johnny, biar kita makan duluan," katanya dengan nada tenang, tetapi ada sedikit kebimbangan tersirat dalam suaranya.Deni masih belum bergerak, seakan ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya. "Kakak baik-baik saja dengan Mas Danang, Kak?" tanyanya pelan, seolah mencoba membaca ekspresi sang kakak.Dina menoleh, matanya menatap Deni dengan lembut. "Baik, Deni," jawabnya, kali ini dengan senyum yang sedikit lebih lebar, mencoba meyakinkan adiknya."Betul?" Deni masih belum sepenuhnya yakin, alisnya sedikit mengernyit

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 99

    Danang menghela napas kasar, matanya terus mengamati setiap orang yang keluar dari gedung kantor. Namun, tidak ada tanda-tanda Sinta.Ia merogoh ponselnya lagi, ibu jarinya bergerak cepat menekan nomor yang sudah berulang kali ia coba hubungi sejak tadi. Lagi-lagi, tidak ada jawaban.“Sial!” gumamnya, menekan tombol panggil sekali lagi. Matanya bergerak gelisah, berharap kali ini Sinta menjawab. Tapi harapan itu tetap kosong.Danang menutup ponselnya dengan gerakan kasar, lalu menghisap rokoknya dalam-dalam. Kepulan asap keluar dari bibirnya, tetapi tidak mampu meredakan kekacauan yang berkecamuk di kepalanya."Kenapa dia nggak angkat?" pikirnya dengan frustrasi.Ia melirik pintu utama gedung, memperhatikan setiap orang yang keluar, mencoba menangkap sosok yang ia cari. Tapi tetap tidak ada.

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 98

    "Ayo, Johnny, Deni, makan," kata Dina sambil meletakkan dua bungkus nasi lemak di atas karpet untuk tempat mereka duduk, karena Dina belum membeli meja untuk tempat makan..Deni dan Johnny langsung duduk, aroma nasi lemak yang hangat menggoda selera mereka. Dina tersenyum melihat antusiasme keduanya."Kalian pasti sudah lapar, kan?" tanyanya sambil membuka plastik pembungkus. "Jam berapa tadi kalian berangkat dari sana?""Jam enam, Kak, bus trip pertama," sahut Johnny sambil mengusap perutnya. "Lama banget di jalan, aku udah hampir pingsan kelaparan."Deni terkekeh, membuka bungkus nasi lemaknya dengan cepat. "Enak nih," katanya setelah melihat isiannya yang lengkap—nasi wangi, sambal pedas, irisan telur, dan ikan bilis renyah.Dina tersenyum kecil. "Di dekat sini cuma ada ini. Kalau ke pasar, ada p

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 97

    °°Dina membawa Deni dan Johny dari stasiun bus menuju tempat usahanya. Langkahnya terasa gugup, meskipun dalam hati ia ingin sekali menunjukkan hasil kerja kerasnya kepada adiknya.Begitu mereka sampai di depan sebuah toko kecil yang sederhana namun rapi, Deni mengerutkan kening dan menatap sekeliling dengan bingung. "Ini apa, Kak?" tanyanya sambil melirik papan nama yang terpajang di depan pintu.Dina tersenyum kecil, ada sedikit rasa malu yang muncul dalam dirinya. "Ini tempat usaha Kakak," jawabnya pelan.Deni menatapnya lebih lama, masih berusaha memahami maksud dari kata-kata Dina. "Maksudnya?"Dina menarik napas, mencoba meredakan kegugupannya sebelum akhirnya menjelaskan. "Kakak buka usaha menerima jahitan," katanya, kini dengan suara yang lebih mantap.Mata Deni terbuka leb

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 96

    Dina berdiri di dapur, kedua tangannya sibuk mencuci buah di bawah aliran air. Setelah berhasil menghindari Danang beberapa saat lalu, ia mencoba menenangkan diri dengan aktivitas sederhana—sesuatu yang membuatnya merasa tetap memiliki kendali atas dirinya sendiri, meskipun pikirannya masih dipenuhi kekacauan.Namun, ketenangannya seketika buyar.Tanpa peringatan, dua tangan kokoh melingkar di pinggangnya dari belakang. Dina tersentak, tubuhnya menegang. Ia bahkan sempat menahan napas saat merasakan kehangatan yang begitu familiar."Sayang, Mas rindu," gumam Danang, suaranya terdengar lembut di dekat telinga Dina sebelum ia melabuhkan kecupan ringan di pundaknya.Dina seketika menggigit bibirnya, menahan rasa muak yang tiba-tiba muncul. Jantungnya berdetak lebih cepat—bukan karena kegugupan, tapi karena emosi yang

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 95

    Dina baru saja mengakhiri pembicaraan dengan Bundanya ketika tiba-tiba suara pintu rumah menghempas terbuka, membuatnya tersentak.Ia menoleh, dan di sana, di ambang pintu, berdiri Danang dengan wajah yang kusam dan tanpa ekspresi. Tatapan matanya kosong, langkahnya berat, seolah ada sesuatu yang menghantam pikirannya. Ia bahkan tidak menyapa Dina, tidak ada anggukan atau sekadar lirikan. Hanya diam, dingin, dan langsung melangkah menuju kamar.Dina memandang punggung Danang yang perlahan menghilang di balik pintu kamar dengan dahi berkerut. Ada sesuatu yang tidak beres."Kenapa dia? Raut wajahnya kusut. Apa dia bertengkar dengan wanita simpanannya? Pasti. Itulah kalau hubungan terjadi dalam kebohongan, pasti tidak akan direstui Allah. Lihat saja, Mas, kau tidak akan bisa bahagia!"*Dina mengepalkan jemarinya, dadanya terasa

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 94

    Sampai di rumah, suasana di antara mereka masih dipenuhi keheningan. Sinta tetap bungkam sejak meninggalkan pantai, dan ekspresi wajahnya jelas menunjukkan kekesalan yang tak bisa disembunyikan. Danang sudah berusaha mengajaknya bicara selama perjalanan, tetapi Sinta tetap menutup rapat mulutnya.Setelah Sinta turun dari motor, Danang segera memanggilnya dengan suara penuh rasa bersalah. "Maaf, Sayang," ucapnya pelan, tetapi Sinta tidak merespons dan langsung berjalan menuju pintu gerbang rumahnya."Sinta!!" Danang menarik tangan Sinta dengan cepat, membuat langkahnya terhenti di depan pagar. Sinta menoleh dengan tatapan marah, menghentakkan tangannya dari genggaman Danang."Mas! Aku malu! Kenapa Mas melakukan itu di tempat umum?!" serunya dengan nada penuh emosi, air mata mulai menggenang di matanya.Danang menundukkan kepala, merasa bersalah. "Maaf, aku salah. Aku nggak kepikira

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status