Share

Bab 26

Author: Lin shi
last update Last Updated: 2025-02-06 21:00:00

Danang melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar Dina. Saat ia hendak membuka pintu, tiba-tiba pintu terbuka dari dalam dan Deni keluar. Deni terkejut melihat keberadaan Danang, raut wajahnya terlihat tidak menyenangkan, yang langsung terasa oleh Danang.

Deni keluar dan menutup pintu kamar Dina.

"Kapan mas tiba?" tanya Deni basa-basi, padahal ia tahu Danang pasti baru tiba. Karena, saat ia masuk kamar sang kakak, ia tidak melihat keberadaan Danang di luar.

"Baru saja. Den, maaf, Mas baru bisa datang. Banyak sekali pekerjaan di kantor," ucap Danang dengan suara penuh penyesalan, mencoba menjelaskan kehadirannya yang terlambat.

Danang dengan hati-hati mencoba untuk menjelaskan situasi ketidakhadirannya kepada Deni, namun Deni dengan tajam menyatakan, "Yang membutuhkan alasan Mas Danang itu Kak Dina. Katakan pada kak Dina, dan semoga kak Dina percaya !" 

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 27

    Dina termenung sejenak saat melihat ponsel Danang, lalu ia memutuskan untuk mencoba membukanya dengan menekan beberapa kemungkinan sandi yang mungkin dipakai oleh Danang. Namun, segala usahanya tidak membuahkan hasil."Tidak juga," gumam Dina dengan sedikit kekecewaan setelah mencoba memakai tanggal lahir sang suami sebagai sandi ponsel.Dengan rasa penasaran yang semakin menguat, Dina merenungkan kemungkinan sandi lain yang mungkin dipilih oleh Danang untuk mengunci ponselnya.Dengan perasaan penasaran yang semakin besar, Dina tetap bertekad untuk mencari cara untuk membuka ponsel Danang. Dia mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa menjadi sandi ponsel Danang. Dina mencoba angka-angka yang memiliki makna khusus bagi mereka berdua, namun tetap tidak berhasil.Setelah beberapa percobaan yang gagal, Dina merasa semakin frustrasi namun juga semakin bertekad untuk mengetahui kebenaran di

    Last Updated : 2025-02-07
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 28

    Setelah acara tahlilan berakhir dan keheningan mulai menyelimuti rumah, Danang dan Dina akhirnya mendapat kesempatan untuk berbicara berdua. Semua penghuni rumah sudah terlelap dalam tidurnya, menciptakan suasana yang tenang dan intim di antara mereka.Danang yang baru keluar dari kamar mandi terkejut melihat Dina memeluk bantal, "Mau ke mana, Din?" tanya Danang dengan ekspresi heran melihat Dina."Aku akan tidur di kamar bunda, kasihan bunda tidur sendiri," jawab Dina dengan lembut."Bunda tidur dengan Tante Anum, mas dengar Tante Anum bicara dengan Om Seno," jelas Danang, bahwa sang bunda tidak tidur sendirian."Duduk sini," ucap Danang seraya menepuk sisi ranjang di sebelahnya, mengundang Dina untuk duduk bersamanya.Dengan rasa terpaksa, Dina duduk di samping Danang, namun memberi jarak sedikit jauh antara mereka, menunjukkan batas yang ia tetapkan dalam interaksi merek

    Last Updated : 2025-02-08
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 29

    Danang berlutut di depan makam ayah mertuanya yang masih berselimut merah dari bunga-bunga yang bertaburan. Sementara itu, Dina berada di seberangnya, mengelus-elus makam ayahnya dengan penuh haru. "Ayah," gumam Dina dalam hatinya, merasakan kehangatan dan kehadiran ayahnya di sekitarnya. "Dina datang, Ayah," gumamnya secara perlahan, merenungkan kenangan indah dengan ayah tercinta.Air mata mulai mengalir dari mata Danang, penuh penyesalan dan kesedihan. Hatinya dipenuhi dengan rasa menyesal karena tidak bisa mengantar ayah mertuanya ke tempat peristirahatan terakhir. Dalam hati, Danang memohon dengan penuh penyesalan, "Maafkan aku, Ayah, bahwa aku tidak bisa mengantarmu ke tempat peristirahatan terakhir secara langsung. Aku merasa begitu kehilangan tanpamu di sini." Air mata mengalir tak tertahan dari matanya, menggambarkan rasa sedih dan penyesalan yang mendalam.Sementara Dina, dengan suara hati yang lembut, mengutarakan isi hatinya, "Ayah, aku merindukanmu setiap detik. Terima ka

    Last Updated : 2025-02-09
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 30

    Dina terdiam sejenak, merenungkan saran yang diberikan oleh Danang. Sebuah keputusan besar harus diambil, dan ia merasa berada dalam persimpangan yang sulit.Dina merenung dalam diam setelah mendengar saran Danang untuk menjual sawah dan pindah ke kota. Tercampur antara kekhawatiran akan masa depan dan rindu pada warisan keluarganya, Dina merasa dilema yang mendalam.Setiap sudut gubuk yang sederhana itu menjadi saksi dari pertimbangan besar yang tengah dihadapi oleh Dina. Di satu sisi, kehidupan baru di kota menawarkan peluang dan kemajuan, namun di sisi lain, kepergian dari rumah dan sawah yang telah menjadi bagian dari sejarah keluarga mereka membuat hati Dina terasa berat.Setelah beberapa saat merenung, Dina akhirnya mengangkat wajahnya dan bertemu pandangan Danang. "Aku mengerti alasan dan keputusan yang kau usulkan, Mas. Namun, sawah ini memiliki makna yang begitu dalam bagi bunda. Kita perlu memikirkannya secara

    Last Updated : 2025-02-10
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 31

    Ekspresi keheranan tergambar jelas di wajahnya Aini, menunjukkan betapa terkejutnya ia mendengar rencana penjualan sawah yang telah menjadi bagian berharga dari kenangan masa lalu baginya dengan sang suami. Tapi, ia diam, ingin mendengar kelanjutan apa yang akan dikatakan oleh Dina dan Danang selanjutnya.Aini diam, Deni mengekspresikan kekecewaannya dengan tegas, "Aku heran, kenapa kakak ingin menjual harta yang didapatkan dengan susah payah oleh ayah kita. Apa kakak tidak mempertimbangkan perasaan bunda? Lagipula, harta warisan tidak hanya milik ayah, di situ juga terdapat harta milik Tante Hanum," ucap Deni dengan suara penuh kekhawatiran.Danang menyadari pentingnya meluruskan pemikiran Deni yang masih muda. "Den, bunda nanti tidak akan bisa mengelola sawah itu. Tanah seluas itu ditangani oleh seorang wanita, sangat tidak mungkin, Den. Kasihan bunda," ucap Danang dengan nada yang penuh kehati-hatian, karena ia tidak ingin membuat Deni me

    Last Updated : 2025-02-11
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 32

    Deni dan Danang langsung terdiam, dan keduanya menundukkan kepalanya.Sedangkan Dina tersentak, mendengar kata-kata Bunda Aini, dan mulai bertanya-tanya dalam hati, "Apa yang terjadi padaku? Mengapa aku ingin menjual tanah? Kenapa aku mengikuti saran Mas Danang?" Gumamnya dalam hati, merasakan kebingungan dan kekhawatiran yang mendalam."Tunggu 100 hari ayah, baru kita bicarakan kembali," kata Bunda Aini dengan suara yang penuh penegasan. Ia menyudahi perdebatan yang terjadi, karena melihat kedatangan Hanum dan suaminya, Bunda Aini pun pergi meninggalkan ruang tamu.Deni bertanya kepada kakaknya dengan penuh kekhawatiran, "Apa yang ada dalam pikiran Kakak? Mengapa Kakak ingin menjual sawah milik Ayah? Walaupun aku sekolah di luar kota, aku akan ngontrak, Kak. Aku akan mencari pekerjaan. Masalah Bunda, kita bisa mengambil pembantu untuk menemaninya. Kita tidak perlu menjual tanah. Aku heran melihat Kakak. Ap

    Last Updated : 2025-02-12
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 33

    "Apa, Mbak? Coba ulangi," kata Hanum, karena ia merasa ragu dengan apa yang baru dikatakan oleh Aini.Aini menceritakan, "Dina menginginkanku untuk pindah ke kota," ucap Aini dengan suara yang sedikit gemetar.Kata-kata Aini tersebut mengejutkan Hanum karena keputusan untuk pindah merupakan langkah besar yang akan berdampak pada kehidupan mereka. Perasaan kaget dan kebingungan mencuat di wajah Hanum, mendengar apa yang baru disampaikannya.Hanum terkejut dengan kabar yang disampaikan oleh Aini tentang rencana untuk pindah ke kota. Dia merasa perlu mengajukan pertanyaan yang mendalam.Hanum terkejut mendengarnya, "Pindah ke kota? Mbak mau? Kehidupan kota tidak seperti di sini, Mbak. Apa Mbak sanggup meninggalkan desa ini dan meninggalkan Mas Abdi?" tanya Hanum dengan rasa khawatir dan kebingungan dengan pemikiran Dina.Pertanyaan Hanum mencerminkan pertimbangan yang dalam mengenai

    Last Updated : 2025-02-13
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 34

    Hanum, menambahkan. "Apalagi tidak ada pengalaman."Aini mencermati dengan seksama apa yang dikatakan oleh Hanum, karena dia menyadari bahwa Hanum tinggal di kota besar dan memiliki pengalaman serta pemahaman yang lebih mendalam tentang kondisi di kota. Dengan pemahaman ini, Aini mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan mempertimbangkan sudut pandang Hanum dengan serius."Ya, Hanum. Kamu tinggal di kota besar, pasti kamu tahu betul apa yang terjadi di sana. Pengalamanmu sangat berharga bagi kami dalam mengambil keputusan ini," ucap Aini serius.Kedua saudari ipar tersebut diam, ketika Seno, suami Hanum datang."Aku perhatikan dari kolam, serius sekali ngobrol. Sampai aku panggil, tidak dengar. Ngobrolin apa?" Tanya Seno."Ini lho, Mas. Mbak Aini ingin jual sawahnya," kata Hanum."Hah, jual sawah? Mbak butuh uang ? Pakai uang kami, mbak. Jangan jual sawah ," ka

    Last Updated : 2025-02-14

Latest chapter

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 105

    "Waalaikumsalam," sahut Dina ramah sambil tersenyum, melangkah mendekati seorang ibu yang berdiri di depan tokonya bersama anak kecil yang menggandeng tangannya. Wajah Dina memancarkan keramahan yang langsung membuat ibu itu merasa nyaman. "Mbak, mau jahit baju anak-anak, bisa?" tanya ibu itu dengan nada sopan, sesekali melirik ke arah anaknya yang tampak sedikit malu-malu. "Bisa, Bu. Untuk adek ini, ya?" tanya Dina dengan nada lembut sambil menunduk sedikit agar sejajar dengan mata anak itu. Ia tersenyum hangat, mencoba membuat si anak merasa lebih tenang. "Iya, Mbak," jawab ibu tersebut sambil mengusap kepala anaknya dengan lembut. "Masuk, Bu," ajak Dina sambil membuka pintu tokonya lebih lebar. Tangannya mengisyaratkan agar ibu dan anak itu melangkah masuk. "Mari, silakan duduk, Bu." Setelah mereka masuk, Dina mengambil sebuah kursi dan memberikannya kepada sang ibu, lalu menuntun anak itu untuk duduk di sampingnya. "Adek, sini duduk dulu, ya," ujarnya sambil menunjuk kur

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 104

    Motor Danang melaju dengan cepat, menerobos jalanan yang masih sedikit sibuk. Bunyi klakson terdengar samar di telinganya, tetapi pikirannya terlalu penuh untuk memperhatikan apa pun selain gejolak di dalam dirinya. Tangannya mencengkeram stang motor lebih erat, seolah-olah itu bisa membantu menahan emosi yang terus mendidih di dadanya."Dina nggak mau bicara. Aku nggak ngerti apa yang salah. Dia hanya diam, pura-pura nggak peduli..." pikirnya dengan kesal, bibirnya terkatup rapat.Ia menatap jalan di depannya dengan pandangan kosong, tetapi hatinya terasa begitu sesak. "Aku mencoba bicara, mencoba memperbaiki semuanya, tapi dia hanya membisu. Seolah-olah aku ini nggak berarti lagi buat dia..."Danang menggeleng pelan, mencoba mengusir pikiran itu, tetapi hal itu malah semakin memperburuk suasana hatinya."Dan Sinta... dia menghilang begitu saja. Aku ng

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 103

    Suasana di meja makan terasa begitu hidup, penuh dengan percakapan ringan dan tawa kecil. Dina dan Danang tampak seperti pasangan sempurna, menghadirkan kesan bahwa semuanya berjalan baik-baik saja. Namun, di balik senyum dan kata-kata mereka, Deni dapat merasakan sesuatu yang berbeda. Ada keheningan tak terlihat di antara mereka, sebuah ketegangan yang tersembunyi di balik gerak tubuh dan nada suara.Deni melirik kakaknya sesekali, mencoba menangkap petunjuk dari cara mereka bicara atau saling memandang, tetapi semuanya terlihat terlalu rapi, terlalu terkendali. Johnny di sampingnya sibuk menghabiskan makanannya tanpa memperhatikan apa pun yang terjadi.Setelah beberapa saat, Danang akhirnya membuka suara, mencoba memecah keheningan yang terasa tak nyaman baginya. "Hari ini kalian mau kemana?" tanyanya sambil menatap Deni.Deni meletakkan sendoknya sejenak,

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 102

    Di dalam kamar, Deni duduk di kursi dengan mata yang terpaku pada layar ponselnya. Jemarinya sesekali bergerak, tetapi tidak untuk mengetik—hanya untuk menggulir layar, memperhatikan gambar yang terpampang di sana. Foto Danang bersama seorang wanita membuat pikirannya berputar liar, jauh lebih cepat daripada kemampuan tangannya untuk mengambil keputusan.Di ranjang sebelahnya, Johnny sudah terlelap, dengkurannya terdengar pelan, menandakan betapa nyamannya ia tertidur. Tidak seperti Deni, yang justru semakin sulit memejamkan mata."Sepertinya, pernikahan Kak Dina tidak baik-baik saja." Suara hati Deni.Deni menghela napas panjang, lalu mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia tidak pernah ingin ikut campur dalam urusan rumah tangga kakaknya, tetapi situasi sekarang tidak bisa diabaikan begitu saja.Deni kembali menatap layar ponselnya, matanya tak bisa lepas dar

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 101

    Orang tersebut tertawa kecil, lalu melangkah mendekat. Begitu wajahnya terlihat jelas di bawah cahaya lampu, Danang langsung terperanjat."Deni! Kapan kau datang?" seru Danang, matanya melebar karena terkejut melihat keberadaan adik iparnya tersebut di rumahnya."Pagi tadi," jawab Deni santai, seolah tidak melihat kegelisahan Danang.Danang masih mencoba mencerna situasi. "Kenapa Dina nggak bilang apa-apa? Bukannya biasanya dia selalu memberitahu kalau Deni datang." Dalam pikiran Danang."Dina tahu kau mau datang?" tanyanya dengan nada heran."Tahu," sahut Deni tanpa ragu.Danang mengerutkan kening. "Tahu? Kenapa dia tidak bilang padaku?"Deni hanya mengangkat bahu ringan. "Ternyata kak Dina tidak memberitahukan kedatanganku kepada Mas Danang. Pasti ada sesuatu yang membuat kak D

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 100

    "Kita tidak menunggu Mas Danang, Kak?" tanya Deni dengan nada ragu, matanya melirik ke arah meja makan yang masih tertata rapi.Dina menghela napas ringan sambil merapikan piring di hadapannya. "Mas Danang pulangnya tidak bisa dipastikan jam berapa, Den. Kita nggak bisa terus menunggu tanpa tahu pasti. Panggil Johnny, biar kita makan duluan," katanya dengan nada tenang, tetapi ada sedikit kebimbangan tersirat dalam suaranya.Deni masih belum bergerak, seakan ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya. "Kakak baik-baik saja dengan Mas Danang, Kak?" tanyanya pelan, seolah mencoba membaca ekspresi sang kakak.Dina menoleh, matanya menatap Deni dengan lembut. "Baik, Deni," jawabnya, kali ini dengan senyum yang sedikit lebih lebar, mencoba meyakinkan adiknya."Betul?" Deni masih belum sepenuhnya yakin, alisnya sedikit mengernyit

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 99

    Danang menghela napas kasar, matanya terus mengamati setiap orang yang keluar dari gedung kantor. Namun, tidak ada tanda-tanda Sinta.Ia merogoh ponselnya lagi, ibu jarinya bergerak cepat menekan nomor yang sudah berulang kali ia coba hubungi sejak tadi. Lagi-lagi, tidak ada jawaban.“Sial!” gumamnya, menekan tombol panggil sekali lagi. Matanya bergerak gelisah, berharap kali ini Sinta menjawab. Tapi harapan itu tetap kosong.Danang menutup ponselnya dengan gerakan kasar, lalu menghisap rokoknya dalam-dalam. Kepulan asap keluar dari bibirnya, tetapi tidak mampu meredakan kekacauan yang berkecamuk di kepalanya."Kenapa dia nggak angkat?" pikirnya dengan frustrasi.Ia melirik pintu utama gedung, memperhatikan setiap orang yang keluar, mencoba menangkap sosok yang ia cari. Tapi tetap tidak ada.

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 98

    "Ayo, Johnny, Deni, makan," kata Dina sambil meletakkan dua bungkus nasi lemak di atas karpet untuk tempat mereka duduk, karena Dina belum membeli meja untuk tempat makan..Deni dan Johnny langsung duduk, aroma nasi lemak yang hangat menggoda selera mereka. Dina tersenyum melihat antusiasme keduanya."Kalian pasti sudah lapar, kan?" tanyanya sambil membuka plastik pembungkus. "Jam berapa tadi kalian berangkat dari sana?""Jam enam, Kak, bus trip pertama," sahut Johnny sambil mengusap perutnya. "Lama banget di jalan, aku udah hampir pingsan kelaparan."Deni terkekeh, membuka bungkus nasi lemaknya dengan cepat. "Enak nih," katanya setelah melihat isiannya yang lengkap—nasi wangi, sambal pedas, irisan telur, dan ikan bilis renyah.Dina tersenyum kecil. "Di dekat sini cuma ada ini. Kalau ke pasar, ada p

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 97

    °°Dina membawa Deni dan Johny dari stasiun bus menuju tempat usahanya. Langkahnya terasa gugup, meskipun dalam hati ia ingin sekali menunjukkan hasil kerja kerasnya kepada adiknya.Begitu mereka sampai di depan sebuah toko kecil yang sederhana namun rapi, Deni mengerutkan kening dan menatap sekeliling dengan bingung. "Ini apa, Kak?" tanyanya sambil melirik papan nama yang terpajang di depan pintu.Dina tersenyum kecil, ada sedikit rasa malu yang muncul dalam dirinya. "Ini tempat usaha Kakak," jawabnya pelan.Deni menatapnya lebih lama, masih berusaha memahami maksud dari kata-kata Dina. "Maksudnya?"Dina menarik napas, mencoba meredakan kegugupannya sebelum akhirnya menjelaskan. "Kakak buka usaha menerima jahitan," katanya, kini dengan suara yang lebih mantap.Mata Deni terbuka leb

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status