Share

Bab 23

Penulis: Lin shi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-03 21:27:00

Ketegangan dan kecemasan semakin memenuhi ruangan ketika Juragan Zuki menuduh bahwa kemungkinan Danang sibuk dengan wanita lain. Wanita yang duduk dekatnya, Bu Ida dan Bu Ayu, menjadi semakin gelisah dengan dugaan yang diajukan oleh Juragan Zuki.

Dinda yang mendengar dengan tidak sengaja apa yang dikatakan oleh Juragan Zuki, merasa marah mendengarkan tuduhan yang dilemparkan padanya. Tanpa ragu, Dinda langsung menghentikan langkahnya, diikuti oleh Rizal.

Dengan ekspresi yang tegas dan suara yang sedikit emosional, Dinda mengekspresikan kekesalannya yang sudah mencapai puncaknya, "Bapak jangan asal bicara! Bapak jangan menyebarkan fitnah!" ucapnya dengan tegas dan jelas.

Rizal juga ikut angkat bicara, "Bapak itu datang untuk melayat, bukan untuk bergosip. Kita harus menghormati situasi ini."

Juragan Zuki, Bu Ida, dan Bu Ayu terkejut mendengar suara keras yang menegurnya. Mereka tersentak dengan reaksi tegas dari Dinda dan Rizal, yang menegaskan bahwa dugaan dan tuduhan tanpa dasar sepe
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 24

    Tiba-tiba, suara ketukan pelan di pintu membuat Danang terbangun dari tidurnya. "Ahh! Siapa yang bertamu pagi-pagi begini?" gumamnya sambil menggeliatkan tubuhnya.Ketukan di pintu terdengar lagi, membuat Danang semakin terjaga. "Dina!" serunya dengan mata masih terpejam, agak enggan untuk bangun dan membuka pintu.Namun, ketukan berulang kali terus terdengar, "Mana Dina ini?" Danang merasa semakin penasaran dan gelisah."Dina! Buka pintu!" teriak Danang dengan lebih keras, ingin segera mengetahui siapa yang ada di balik pintu.Yoga tersentak dari tidurnya akibat teriakan Danang. "Dan! Kenapa kau berteriak? Kau membuatku kaget," kata Yoga dengan wajah masih penuh kantuk.Danang yang baru terjaga tiba-tiba tersadar dan melihat sekelilingnya, "Di mana ini? Aduh! Kenapa aku lupa?" Danang segera bangkit dari kursi dan menuju pintu dengan cepat untuk melihat siapa yang datang menganggu tidurnya.Danang membuka pintu dengan raut wajah kesal saat melihat seorang pria di luar kamar. "Selamat

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-04
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 25

    Danang kemudian mencoba menghubungi sang adik, karena ponsel Dina tidak dapat dihubungi. "Dinda."Namun, sebelum Danang bisa mengucapkan apa yang ingin dikatakannya, Dinda langsung memotong perkataan Danang dengan nada suara yang marah."Mas ini kemana saja? Kenapa tidak datang? Mas sudah membuat malu keluarga kita!" ucap Dinda dengan penuh amarah, mengungkapkan kekecewaan dan ketidaksenangan atas ketidakhadiran Danang.Danang merasa terhenyak dengan respons tegas dari Dinda dan ia merasakan penyesalan yang mendalam atas kesalahannya. Dengan suara yang penuh penyesalan dan kesadaran akan kesalahannya, Danang mencoba menjelaskan dan meminta maaf atas segala kesalahpahaman yang terjadi."Dinda, maafkan aku. Aku akan menjelaskan semuanya. Aku akan segera pulang," ucap Danang dengan suara yang mencerminkan penyesalan dan tekad untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukannya.Deng

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-05
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 26

    Danang melanjutkan langkahnya menuju pintu kamar Dina. Saat ia hendak membuka pintu, tiba-tiba pintu terbuka dari dalam dan Deni keluar. Deni terkejut melihat keberadaan Danang, raut wajahnya terlihat tidak menyenangkan, yang langsung terasa oleh Danang.Deni keluar dan menutup pintu kamar Dina."Kapan mas tiba?" tanya Deni basa-basi, padahal ia tahu Danang pasti baru tiba. Karena, saat ia masuk kamar sang kakak, ia tidak melihat keberadaan Danang di luar."Baru saja. Den, maaf, Mas baru bisa datang. Banyak sekali pekerjaan di kantor," ucap Danang dengan suara penuh penyesalan, mencoba menjelaskan kehadirannya yang terlambat.Danang dengan hati-hati mencoba untuk menjelaskan situasi ketidakhadirannya kepada Deni, namun Deni dengan tajam menyatakan, "Yang membutuhkan alasan Mas Danang itu Kak Dina. Katakan pada kak Dina, dan semoga kak Dina percaya !"

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-06
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 27

    Dina termenung sejenak saat melihat ponsel Danang, lalu ia memutuskan untuk mencoba membukanya dengan menekan beberapa kemungkinan sandi yang mungkin dipakai oleh Danang. Namun, segala usahanya tidak membuahkan hasil."Tidak juga," gumam Dina dengan sedikit kekecewaan setelah mencoba memakai tanggal lahir sang suami sebagai sandi ponsel.Dengan rasa penasaran yang semakin menguat, Dina merenungkan kemungkinan sandi lain yang mungkin dipilih oleh Danang untuk mengunci ponselnya.Dengan perasaan penasaran yang semakin besar, Dina tetap bertekad untuk mencari cara untuk membuka ponsel Danang. Dia mulai memikirkan kemungkinan-kemungkinan lain yang bisa menjadi sandi ponsel Danang. Dina mencoba angka-angka yang memiliki makna khusus bagi mereka berdua, namun tetap tidak berhasil.Setelah beberapa percobaan yang gagal, Dina merasa semakin frustrasi namun juga semakin bertekad untuk mengetahui kebenaran di

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-07
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 28

    Setelah acara tahlilan berakhir dan keheningan mulai menyelimuti rumah, Danang dan Dina akhirnya mendapat kesempatan untuk berbicara berdua. Semua penghuni rumah sudah terlelap dalam tidurnya, menciptakan suasana yang tenang dan intim di antara mereka.Danang yang baru keluar dari kamar mandi terkejut melihat Dina memeluk bantal, "Mau ke mana, Din?" tanya Danang dengan ekspresi heran melihat Dina."Aku akan tidur di kamar bunda, kasihan bunda tidur sendiri," jawab Dina dengan lembut."Bunda tidur dengan Tante Anum, mas dengar Tante Anum bicara dengan Om Seno," jelas Danang, bahwa sang bunda tidak tidur sendirian."Duduk sini," ucap Danang seraya menepuk sisi ranjang di sebelahnya, mengundang Dina untuk duduk bersamanya.Dengan rasa terpaksa, Dina duduk di samping Danang, namun memberi jarak sedikit jauh antara mereka, menunjukkan batas yang ia tetapkan dalam interaksi merek

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-08
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 29

    Danang berlutut di depan makam ayah mertuanya yang masih berselimut merah dari bunga-bunga yang bertaburan. Sementara itu, Dina berada di seberangnya, mengelus-elus makam ayahnya dengan penuh haru. "Ayah," gumam Dina dalam hatinya, merasakan kehangatan dan kehadiran ayahnya di sekitarnya. "Dina datang, Ayah," gumamnya secara perlahan, merenungkan kenangan indah dengan ayah tercinta.Air mata mulai mengalir dari mata Danang, penuh penyesalan dan kesedihan. Hatinya dipenuhi dengan rasa menyesal karena tidak bisa mengantar ayah mertuanya ke tempat peristirahatan terakhir. Dalam hati, Danang memohon dengan penuh penyesalan, "Maafkan aku, Ayah, bahwa aku tidak bisa mengantarmu ke tempat peristirahatan terakhir secara langsung. Aku merasa begitu kehilangan tanpamu di sini." Air mata mengalir tak tertahan dari matanya, menggambarkan rasa sedih dan penyesalan yang mendalam.Sementara Dina, dengan suara hati yang lembut, mengutarakan isi hatinya, "Ayah, aku merindukanmu setiap detik. Terima ka

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-09
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 30

    Dina terdiam sejenak, merenungkan saran yang diberikan oleh Danang. Sebuah keputusan besar harus diambil, dan ia merasa berada dalam persimpangan yang sulit.Dina merenung dalam diam setelah mendengar saran Danang untuk menjual sawah dan pindah ke kota. Tercampur antara kekhawatiran akan masa depan dan rindu pada warisan keluarganya, Dina merasa dilema yang mendalam.Setiap sudut gubuk yang sederhana itu menjadi saksi dari pertimbangan besar yang tengah dihadapi oleh Dina. Di satu sisi, kehidupan baru di kota menawarkan peluang dan kemajuan, namun di sisi lain, kepergian dari rumah dan sawah yang telah menjadi bagian dari sejarah keluarga mereka membuat hati Dina terasa berat.Setelah beberapa saat merenung, Dina akhirnya mengangkat wajahnya dan bertemu pandangan Danang. "Aku mengerti alasan dan keputusan yang kau usulkan, Mas. Namun, sawah ini memiliki makna yang begitu dalam bagi bunda. Kita perlu memikirkannya secara

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-10
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 31

    Ekspresi keheranan tergambar jelas di wajahnya Aini, menunjukkan betapa terkejutnya ia mendengar rencana penjualan sawah yang telah menjadi bagian berharga dari kenangan masa lalu baginya dengan sang suami. Tapi, ia diam, ingin mendengar kelanjutan apa yang akan dikatakan oleh Dina dan Danang selanjutnya.Aini diam, Deni mengekspresikan kekecewaannya dengan tegas, "Aku heran, kenapa kakak ingin menjual harta yang didapatkan dengan susah payah oleh ayah kita. Apa kakak tidak mempertimbangkan perasaan bunda? Lagipula, harta warisan tidak hanya milik ayah, di situ juga terdapat harta milik Tante Hanum," ucap Deni dengan suara penuh kekhawatiran.Danang menyadari pentingnya meluruskan pemikiran Deni yang masih muda. "Den, bunda nanti tidak akan bisa mengelola sawah itu. Tanah seluas itu ditangani oleh seorang wanita, sangat tidak mungkin, Den. Kasihan bunda," ucap Danang dengan nada yang penuh kehati-hatian, karena ia tidak ingin membuat Deni me

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11

Bab terbaru

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 43

    "Al, kamu lihat apa?" tanya Ayumi, yang melihat keanehan perilaku Alma."Lihat itulah," jawab Alma sambil menunjuk ke arah layar besar di depan."Kenapa kau tidak tertawa?" tanya Ayumi, heran dengan sikap Alma yang tampak serius."Untuk apa tertawa? Film seram kok harus tertawa, aneh," jelas Alma dengan tegas."Kau yang aneh. Semua orang tertawa dan berteriak, tapi kau malah diam saja," sindir Ayumi.Alma tidak menanggapi perkataan Ayumi, dia terus memperhatikan Danang, "Gila !" Alma kesal, saat melihat Sinta berteriak dan memeluk Danang."Cewek genit ! Sepertinya mereka ada hubungan terlarang," gumam Alma dalam hati.Setelah film selesai, Danang dan Sinta berdiri untuk meninggalkan tempat duduk mereka. Alma ingin mengikuti mereka, tetapi Ayumi mencegahnya."Tunggu sebentar, kita keluar nanti biar tidak

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 42

    Setelah Danang selesai mandi, ia segera meluncur untuk menjemput Sinta di alamat yang telah diberikan oleh Sinta. Mobil Danang melambat saat mendekati lokasi, dan ia nampak Sinta berdiri di pinggir jalan menunggu dengan sabar. Danang langsung menghentikan mobilnya. Ia membuka kaca mobil dan memanggil Sinta, "Sinta!"Sinta, yang tidak menyadari keberadaan Danang dalam mobil yang berhenti di depannya, segera menoleh. Awalnya ingin menggeser tubuhnya menjauhi mobil tersebut, namun panggilan Danang baru ia tahu, yang mengemudikan mobil tersebut adalah Danang."Mas Danang !" Sinta tersenyum cerah saat melihat Danang."Masuk ," kata Danang.Dengan langkah ringan, dia masuk ke dalam mobil dan senyum lembut Danang menyambutnya."Tenyata, kamu mas, aku kira orang iseng yang berhenti depanku. Senang sekali bisa bertemu denganmu, Mas," kata Sinta dengan gembira.

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 41

    Di sekolah, saat jam istirahat tiba, Deni bertanya kepada sahabatnya, Johnny, "Bagaimana cara saya mengembalikan file yang hilang, John?" Deni menunjukkan ponsel ayahnya yang dibawanya kepada Johnny.Johnny mengambil ponsel tersebut dan bertanya, "Ponsel siapa ini, Den?""Ini ponsel ayahku," jawab Deni. "File apa yang hilang?" tanya Johnny, sambil memandang ponsel ayah Deni yang dipegangnya."Aku tidak tahu file mana secara spesifik, tetapi aku ingin menemukan file tersembunyi di ponsel ini," ungkap Deni."Izinkan aku mencoba," kata Johnny. Selama 15 menit, Johnny mencoba mengutak-atik ponsel ayah Deni dengan keringat bercucuran dari dahinya. Akhirnya, Johnny menyerah, "Maaf, aku mencoba tapi aku tidak bisa menemukannya. Lebih baik dibawa ke tempat service ponsel daripada mencari sendiri dan berisiko kehilangan file lainnya," sarannya Johnny.Deni mengangguk mengerti, "Baiklah, aku akan mengikuti saranmu, Johnny. Terima kasih sudah mencoba." Deni merasa lega karena mendapatkan saran

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 40

    Mobil Danang sudah meninggalkan pekarangan rumah Dina, dan Dina menatapnya dengan sedih. Sejak bangun tidur hingga kepergian Danang, tidak satu kata pun terucap antara keduanya. Perasaan sedih dan kehampaan terasa begitu kuat dalam hati Dina, seolah-olah kesalahannya begitu besar karena menolak untuk menjual bagian tanahnya.Bunda Dina memperhatikan ekspresi putrinya yang sedih, lalu bertanya, "Kenapa tidak ikut Danang pulang, Din?""Dina mau pulang setelah tujuh hari ayah, Bunda," jawab Dina dengan suara lembut.Dina menyimpan kerinduan yang mendalam terhadap ayahnya, dan rencana untuk kembali setelah tujuh hari sebagai tanda penghormatan dan cinta pada almarhum ayahnya. Meskipun hatinya terpukul dengan kepergian Danang tanpa komunikasi yang jelas, ia tetap mempertahankan keputusannya dengan penuh keyakinan.Saat keduanya duduk di teras rumah, dua orang sepasang suami istri mendekati Aini dan Dina d

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 39

    Dina masuk ke dalam kamar dan melihat sang suami, Danang, sedang memasukkan pakaiannya ke dalam tasnya. Raut heran tergambar jelas di wajah Dina."Mas mau pulang?" tanya Dina heran dengan apa yang dilakukan oleh Danang."Iya," sahut Danang singkat, tanpa banyak penjelasan."Bukannya lusa baru balik, Mas?" tanya Dina, merasa semakin bingung dengan rencana pulang yang tidak sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya."Kebetulan ada kerjaan mendadak," jawab Danang dengan nada datar, mencoba menghindari penjelasan lebih lanjut."Mas marah?" tanya Dina mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di balik sikap Danang.Danang memutar badannya dan menatap Dina dengan tajam. "Menurutmu?" tanya Danang balik.Dina menatap Danang dengan lekat, "Mas marah karena apa yang dikatakan oleh bunda, karena bunda tidak ingin menjual sawah itu ? Sudah berkali-kali kami katakan, Mas, kamu tidak akan mau menjual peninggalan ayah. Kenapa Mas tetap ngotot terus membahas hal ini? Bunda kan tidak ing

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 38

    Saat keduanya berada di dapur, Hanum mengajak Dina untuk bicara dari hati ke hati."Din, bagaimana ekonomi kalian? Apa kau mengalami kesulitan ekonomi?" tanya Hanum pada Dina dengan kehangatan dalam suaranya."Maaf, jika Tante menanyakannya," tambah Hanum dengan sopan, memberikan pengertian atas pertanyaannya yang mungkin bisa menyinggung perasaan Dina.Pertanyaan yang dilontarkan oleh tantenya membuat Dina terdiam sejenak."Maaf ya, pertanyaan Tante mungkin terlalu masuk ke dalam kehidupan rumah tanggamu. Tapi Tante heran, kenapa kau mengusulkan untuk menjual tanah? Apa kau membutuhkan uang ?" Tanya Hanum dengan penuh kehati-hatian."Tidak Tan, aku tidak membutuhkan uang. Uang yang diberikan oleh Mas Danang, lebih dari cukup untuk biaya hidup. Aku masih bisa menyisihkan sebagian uang untuk di tabung," kata Dina."Lalu untuk apa ju

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 37

    Juragan Zuki menatap Deni dengan serius, "Maksudku, iparmu itu orang tidak baik. Aku hanya ingin kau hati-hati dengan Kakak iparmu itu. Dia tidak sebaik yang kau kira, anak muda. Lihatlah, kalian akan dibuat sengsara orang kota itu," ucap Juragan Zuki dengan nada peringatan yang tegas.Deni, terkejut dan bingung dengan kata-kata yang menohok dari Juragan Zuki. "Jangan-jangan memfitnah abang ipar saya ya," kata Deni dengan nada tegas, menolak dugaan yang dilontarkan oleh Juragan Zuki. Walaupun dia sedang kesal dengan Danang, tapi dia tidak terima dengan apa yang dikatakan oleh Juragan Zuki."Lho... saya tidak menghina abang iparmu itu. Abang iparmu memang tidak baik, dia menipu kalian. Lihatlah, kakakmu tidak akan bahagia bersuamikan orang kota itu. Jika dulu kakakmu mau menikah dengan anakku, dia pasti akan bahagia," ucap Juragan Zuki dengan sinis, menyudutkan Danang dalam perkataannya.Deni merasa diserang dan kehilanga

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 36

    Danang, dengan tekad yang kuat dan hati yang penuh keyakinan untuk membujuk Deni. Begitu ada kesempatan, melihat Deni sendiri di teras, ia mendekati Deni. Dengan langkah yang pasti, Danang melangkah menuju teras untuk bicara dengan Deni."Ngapain Den?" tanya Danang sambil menepuk lembut pundak Deni yang terlihat tengah terdiam dalam lamunan di depan rumah.Deni kaget dan mendongak menatap Danang sampingnya, ekspresi heran terpancar dari wajahnya. "Oh, Mas Danang. Maafkan aku, aku hanya sedang memikirkan berbagai hal," ucap Deni dengan suara datar. Karena Deni masih merasa kesal pada abang iparnya tersebut.Danang menatap dengan penuh perhatian, "Ada yang bisa mas bantu, Den? Jika ada yang mengganggu pikiranmu, ceritakan pada Mas, Den. Kita bisa mencari solusi bersama. Apa masalah sekolah ? Kau bingung mau mengambil jurusan apa ?""Nggak ada, mas. Bosan saja di rumah, biasany

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 35

    "Boleh kakak masuk?" tanya Dina dengan lembut.Deni menjawab dengan ramah, "Masuklah kak."Dina memasuki kamar Deni dan Deni kemudian menutup pintu kamarnya. Dina melangkah mendekati meja belajar Deni, kemudian melihat-lihat meja belajar Deni."Kakak datang bukan untuk melihat buku-buku pelajaranku, kan?" tanya Deni."Ada yang mau kak bicarakan denganku? Kalau kakak ingin membujukku, maaf kak, aku tidak akan mengubah keputusan," kata Deni tegas.Dina memutar badannya, "Kakak tidak akan menjual sawahnya, Den. Jangan marah kepada kakak ya," ucap Dina dengan menatap wajah adiknya dengan lekat."Aku tahu itu bukan rencanamu, kak? Mas Danang yang mengusulkan kepada Kakak, kan ?" tebak Deni.Dina menganggukkan kepalanya, "Sudah kuduga," ucap Deni dengan sedikit lega, karena ia mengetahui rencana penjualan itu bukan d

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status