Share

Bab 11

Author: Lin shi
last update Last Updated: 2025-01-20 19:09:43

Lalu, keduanya menuju ke gedung bioskop untuk menonton film. Sampai di sana, tiba-tiba Dina menarik Alma untuk bersembunyi di balik pot besar yang ditumbuhi oleh bunga yang rimbun.

"Ada apa, Din?" tanya Alma dengan heran saat mereka bersembunyi di belakang pot besar.

Dina tidak menjawab pertanyaan Alma. Dia merenung dan menatap ke arah depan dari balik rimbunan bunga, wajahnya terlihat sedih.

"Dina, ada apa?" tanya Alma penasaran, karena melihat kegelisahan dari ekspresi Dina yang terlihat sedih.

Alma menggoncang tubuh Dina sambil berkata, "Dina, ada apa? Katakan." Alma mencoba membuat Dina merespon pertanyaannya.

"Mas, mas, Mas Danang," kata Dina dengan suara yang lirih dan bergetar, mencoba mengungkapkan sesuatu yang membuatnya sedih.

"Mas Danang, Mas Danang, suamimu," tanya Alma. Dina menganggukkan kepalanya sambil tetap melihat ke arah di mana Danang terlihat.

"Mana, mana, yang mana, Din?" tanya Alma dengan penasaran.

"Tuh," kata Dina.

"Yang mana ? Banyak manusia di situ," kata Al
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 12

    Hati Dina semakin sakit ketika melihat tangan Danang merapikan rambut panjang wanita yang berdiri di sampingnya sambil tersenyum. "Alma, ayo kita pergi," kata Dina, suaranya penuh dengan keputusan yang tegas."Kenapa? Kita tidak nonton?" Tanya Alma."Tidak, aku tidak minat untuk nonton lagi," balas Dina dengan mantap pada Alma. "Kita harus melabrak suamimu. Jangan diam-diam saja," kata Alma."Biar perempuan itu tahu, Danang itu suamimu ," kata Alma.Dina tidak merespons apa yang dikatakan oleh Alma, dia menundukkan kepalanya."Dina, ayolah," pinta Alma lagi, berharap agar Dina menghampiri Danang.Namun, Dina tidak merespons ajakan Alma. "Aku tidak mau, ayo kita pulang," kata Dina dengan suara penuh ketegasan.Tanpa ragu, Dina bergegas turun dari gedung bioskop, meninggalkan kebingungan dan rasa sakit yang memenuhi hatinya. "Din!" seru Alma sambil mengejar sang sahabat yang sudah lebih dahulu pergi dari gedung bioskop."Harusnya, kau jangan pergi. Temui suamimu, tanyakan apa hubungan

    Last Updated : 2025-01-21
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 13

    "Bunda," ucapnya sambil terdengar sedikit gemetar. "Kenapa bunda meneleponku malam begini?" Kata Dina dalam hati, Dina kemudian mengusap air matanya dan mengangkat teleponnya. "Assalamualaikum, Bunda. Apa kabar, Bunda?" kata Dina dengan suara yang pura-pura ceria."Din, Bunda ingin memberitahukan, Ayah sakit," ujar Bunda dengan nada cemas."Ayah sakit? Kenapa, Bun? Ayah sakit apa, Bun?" kata Dina yang tidak bisa mengontrol apa yang ingin dikatakannya, karena panik mendengar ayahnya sakit."Tiba-tiba Ayah pingsan di kamar mandi tadi," kata Bundanya dengan suara yang khawatir. "Ayah berada di rumah sakit sekarang, belum sadarkan diri," lanjutnya.Dina terkejut dan terpaku sejenak, lalu dengan cepat berkata, "Dina akan pulang, Dina akan pulang sekarang, Bun." Tidak lama setelah itu, Dina memutuskan sambungan telepon dan bergegas untuk mempersiapkan apa yang akan dibawanya untuk pulang. Tanpa berkata apa-apa lagi, ia langsung menyambar tasnya dan memasukkan pakaiannya dengan serampangan d

    Last Updated : 2025-01-23
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 14

    Dina yang masih dalam perjalanan bus, masih memikirkan mimpinya yang membuatnya ingin cepat sampai di tempat tujuannya, yaitu rumah sakit tempat Ayahnya berada. Matanya Dina melihat keluar jendela dengan tatapan mata hampa.Sementara bus melaju memecah kegelapan malam, Dina terus memikirkan mimpi yang berkaitan dengan Ayahnya. Suaranya terdengar halus di antara penumpang yang lain, "Ayah..." gumamnya dengan hati yang penuh kerinduan.Sedangkan Danang dan teman-temannya, setelah keluar dari dalam bioskop, bingung tujuan mereka setelah menonton film."Kemana kita?" tanya Yoga, mencoba mencari arah yang ingin mereka tuju."Dan?" Yoga menoleh ke arah Danang, menanyakan pendapatnya."Kemana?" Danang juga merasa bingung dengan tujuan setelah menonton."Mau ke mana, Yul?" Yoga bertanya pada kekasihnya, Yuli."Ke mana? Makan?" Yuli berusaha memberikan saran."Boleh," ucap Shinta, setuju dengan ide untuk makan."Makan di mana ya?" tanya Danang, ingin memastikan tempat yang akan mereka kunjun

    Last Updated : 2025-01-24
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 15

    Dina bergegas melangkah, melewati segerombolan preman tersebut. Para pria tersebut makin gencar menggoda dan ada yang mengikuti Dina.Tiba-tiba "Apa yang kalian lakukan !!" Suara laki-laki menegur pria yang mengikuti Dina."Maaf, pak. Hanya iseng," ujar pria tersebut dan kemudian berbalik badan dengan terhuyung-huyung, karena efek minuman keras."Terimakasih, pak," kata Dina."Mbak mau kemana?" "Mau ke rumah sakit, pak. Apa ada ojek motor pak ?" tanya Dina."Saya tukang ojek mbak.""Bisa antar saya ke rumah sakit." Dina menyebut rumah sakit tempat ayahnya di rawat."Bisa Mbak, tidak jauh dari sini. Ayo mbak."Lalu Dina mengikuti bapak tukang ojek, motor kemudian berjalan perlahan-lahan, setelah Dina duduk di atas boncengan."Mbak dari mana?" tanya pengojek yang menjadi pengemudi ojek yang ditumpanginya, dengan rasa ingin tahu.Dina kemudian menyebutkan asal kotanya dan mengatakan bahwa tujuannya adalah ke rumah sakit, untuk menjenguk ayahnya yang sedang sakit."Begitulah, Mbak. Jika

    Last Updated : 2025-01-25
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 16

    Dina menatap Deni, merasa sedikit penasaran. "Ada apa, Den? Apa ini menyangkut perihal Ayah?" tanya Dina.Deni menggelengkan kepalanya. "Tidak, Kak. Ini mengenai lain, ini mengenai Kak Dina," kata Deni dengan serius."Mengenai Kakak? Ada apa dengan Kakak? Apa sakit ayah, karena kakak ?" tanya Dina, mulai merasa khawatir."Ayo kita duduk di situ, kak." Deni dan Dina melangkah menuju tempat duduk yang berada dekat toilet.Lalu, Deni segera membuka suaranya dengan bertanya pada kakaknya, "Kakak ada masalah dengan Mas Danang," tanya Deni dengan lugas, membuat keterkejutan pada Dina.Dina terkejut mendengar pernyataan Deni tentang adanya masalah antara dirinya dan Mas Danang. Hatinya berdebar cepat, mencoba untuk menenangkan diri sebelum menghadapi percakapan yang mungkin sulit ini."Masalah ? Kakak tidak ada masalah, Den ," kata Dina dengan suara yang mencoba tetap tenang meskipun rasa cemasnya mulai merayap. Dia takut adiknya tersebut tahu dan akan menjadi beban pikiran adiknya tersebut

    Last Updated : 2025-01-26
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 17

    Dina kemudian meminta penjelasan dari suster yang tengah berada di ruangan itu, "Ada apa, suster? Apa yang sudah suster katakan pada bunda saya?" Tanya Dina dengan suara yang sedikit keras."Saya hanya mengatakan..." sang suster belum sempat menyelesaikan ucapannya, Aini memotong, "A-ayah... ayah..." kata Aini dengan suara yang terbata-bata, dan ia tidak sanggup untuk berkata apa-apa."Ada apa dengan ayah, Bun? Suster, katakan !" Dina menatap wajah sang suster dengan tatapan khawatir, menunggu jawaban dari pertanyaannya."Kondisi Pak Abdi menurun," kata suster dengan hati-hati.Kedua saudara itu merasa terkejut dan khawatir mendengar kabar tentang kondisi ayah mereka yang memburuk. Mereka saling bertatapan, merasa tegang dan cemas atas apa yang akan terjadi selanjutnya."Ayah !! Mas Abdi !" Aini menangis histeris mendengar apa yang dikatakan oleh suster itu.Deni langsung memeluk bunda mereka yang menangis, turut merasakan kepedihan yang sama. Sementara itu, Dina terpaku, terdiam dal

    Last Updated : 2025-01-28
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 18

    Di klub malam Danang melupakan segalanya, suasana semakin ramai ketika Sinta menarik tangan Danang untuk ikut menari bersamanya, dan Yuli juga mengajak Yoga untuk ikut berdansa."Ayo kita dansa, Mas," ucap Sinta dengan antusias."Berdansa?" Danang terkejut mendapat ajakan berdansa dari Sinta. Dia mendengar kata dansa adalah hal yang benar-benar tidak tepat untuk dirinya."Iya, mas, dansa," kata Sinta."Aku tidak bisa dansa," tolak Danang dengan sopan, menolak keinginan Sinta untuk menari."Tidak sulit, Mas!" kata Sinta, mencoba meyakinkan Danang untuk bergabung."Mas, yuk dansa," ajak Yuli Yoga untuk ikut berdansa."Apa? Aku? Oh... tidak! Aku tidak bisa dansa!" tolak Yoga dengan tegas."Ihh... Mas Yoga nggak asik!" gerutu Yuli, menatap Yoga dengan ekspresi kecewa."Ini bukan musik untuk berdansa," ucap Danang, mencoba menjelaskan ketidaknyamanannya."Musik apa saja bisa dipakai untuk berdansa, Mas. Ayolah! Lihat, mereka berdansa," kata Sinta, menunjuk ke arah sepasang muda-mudi yang t

    Last Updated : 2025-01-29
  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 19

    Dokter yang memeriksa kondisi ayahnya, mengatakan bahwa kondisi Abdi belum stabil. Setelah mendengar apa yang dikatakan oleh dokter, Dina berusaha untuk menahan air matanya untuk turun, dia berdiri di samping ayahnya yang terbaring lemah di rumah sakit. Tangisannya hanya ada dalam hatinya saja, untuk mengeluarkannya, ia tidak bisa, karena tidak ingin membuat Ayahnya bersedih. Ayahnya, Abdi, melihat putrinya dengan tatapan lembut meskipun dirinya tengah berjuang dengan kondisi kesehatannya yang menurun.Abdi mengarahkan pandangan mata pada sang istri, "Buka," ucap Abdi pada sang istri, Aini."Buka apa mas?" tanya Aini.Abdi menunjuk alat bantu napas yang menempel di mulutnya."Jangan, Mas," sahut Aini dengan suara gemetar, mencoba melindungi suaminya dari kemungkinan yang lebih buruk."Ayah mau apa, minta buka itu?" tanya Deni, adik Dina, yang berdiri di samping mereka dengan raut wajah penuh kekhawatiran."Bicara," ucap sang ayah dengan lirih, menunjukkan keinginannya untuk berkomunik

    Last Updated : 2025-01-30

Latest chapter

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 102

    Di dalam kamar, Deni duduk di kursi dengan mata yang terpaku pada layar ponselnya. Jemarinya sesekali bergerak, tetapi tidak untuk mengetik—hanya untuk menggulir layar, memperhatikan gambar yang terpampang di sana. Foto Danang bersama seorang wanita membuat pikirannya berputar liar, jauh lebih cepat daripada kemampuan tangannya untuk mengambil keputusan.Di ranjang sebelahnya, Johnny sudah terlelap, dengkurannya terdengar pelan, menandakan betapa nyamannya ia tertidur. Tidak seperti Deni, yang justru semakin sulit memejamkan mata."Sepertinya, pernikahan Kak Dina tidak baik-baik saja." Suara hati Deni.Deni menghela napas panjang, lalu mengusap wajahnya dengan frustasi. Ia tidak pernah ingin ikut campur dalam urusan rumah tangga kakaknya, tetapi situasi sekarang tidak bisa diabaikan begitu saja.Deni kembali menatap layar ponselnya, matanya tak bisa lepas dar

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 101

    Orang tersebut tertawa kecil, lalu melangkah mendekat. Begitu wajahnya terlihat jelas di bawah cahaya lampu, Danang langsung terperanjat."Deni! Kapan kau datang?" seru Danang, matanya melebar karena terkejut melihat keberadaan adik iparnya tersebut di rumahnya."Pagi tadi," jawab Deni santai, seolah tidak melihat kegelisahan Danang.Danang masih mencoba mencerna situasi. "Kenapa Dina nggak bilang apa-apa? Bukannya biasanya dia selalu memberitahu kalau Deni datang." Dalam pikiran Danang."Dina tahu kau mau datang?" tanyanya dengan nada heran."Tahu," sahut Deni tanpa ragu.Danang mengerutkan kening. "Tahu? Kenapa dia tidak bilang padaku?"Deni hanya mengangkat bahu ringan. "Ternyata kak Dina tidak memberitahukan kedatanganku kepada Mas Danang. Pasti ada sesuatu yang membuat kak D

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 100

    "Kita tidak menunggu Mas Danang, Kak?" tanya Deni dengan nada ragu, matanya melirik ke arah meja makan yang masih tertata rapi.Dina menghela napas ringan sambil merapikan piring di hadapannya. "Mas Danang pulangnya tidak bisa dipastikan jam berapa, Den. Kita nggak bisa terus menunggu tanpa tahu pasti. Panggil Johnny, biar kita makan duluan," katanya dengan nada tenang, tetapi ada sedikit kebimbangan tersirat dalam suaranya.Deni masih belum bergerak, seakan ada sesuatu yang mengganjal dalam pikirannya. "Kakak baik-baik saja dengan Mas Danang, Kak?" tanyanya pelan, seolah mencoba membaca ekspresi sang kakak.Dina menoleh, matanya menatap Deni dengan lembut. "Baik, Deni," jawabnya, kali ini dengan senyum yang sedikit lebih lebar, mencoba meyakinkan adiknya."Betul?" Deni masih belum sepenuhnya yakin, alisnya sedikit mengernyit

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 99

    Danang menghela napas kasar, matanya terus mengamati setiap orang yang keluar dari gedung kantor. Namun, tidak ada tanda-tanda Sinta.Ia merogoh ponselnya lagi, ibu jarinya bergerak cepat menekan nomor yang sudah berulang kali ia coba hubungi sejak tadi. Lagi-lagi, tidak ada jawaban.“Sial!” gumamnya, menekan tombol panggil sekali lagi. Matanya bergerak gelisah, berharap kali ini Sinta menjawab. Tapi harapan itu tetap kosong.Danang menutup ponselnya dengan gerakan kasar, lalu menghisap rokoknya dalam-dalam. Kepulan asap keluar dari bibirnya, tetapi tidak mampu meredakan kekacauan yang berkecamuk di kepalanya."Kenapa dia nggak angkat?" pikirnya dengan frustrasi.Ia melirik pintu utama gedung, memperhatikan setiap orang yang keluar, mencoba menangkap sosok yang ia cari. Tapi tetap tidak ada.

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 98

    "Ayo, Johnny, Deni, makan," kata Dina sambil meletakkan dua bungkus nasi lemak di atas karpet untuk tempat mereka duduk, karena Dina belum membeli meja untuk tempat makan..Deni dan Johnny langsung duduk, aroma nasi lemak yang hangat menggoda selera mereka. Dina tersenyum melihat antusiasme keduanya."Kalian pasti sudah lapar, kan?" tanyanya sambil membuka plastik pembungkus. "Jam berapa tadi kalian berangkat dari sana?""Jam enam, Kak, bus trip pertama," sahut Johnny sambil mengusap perutnya. "Lama banget di jalan, aku udah hampir pingsan kelaparan."Deni terkekeh, membuka bungkus nasi lemaknya dengan cepat. "Enak nih," katanya setelah melihat isiannya yang lengkap—nasi wangi, sambal pedas, irisan telur, dan ikan bilis renyah.Dina tersenyum kecil. "Di dekat sini cuma ada ini. Kalau ke pasar, ada p

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 97

    °°Dina membawa Deni dan Johny dari stasiun bus menuju tempat usahanya. Langkahnya terasa gugup, meskipun dalam hati ia ingin sekali menunjukkan hasil kerja kerasnya kepada adiknya.Begitu mereka sampai di depan sebuah toko kecil yang sederhana namun rapi, Deni mengerutkan kening dan menatap sekeliling dengan bingung. "Ini apa, Kak?" tanyanya sambil melirik papan nama yang terpajang di depan pintu.Dina tersenyum kecil, ada sedikit rasa malu yang muncul dalam dirinya. "Ini tempat usaha Kakak," jawabnya pelan.Deni menatapnya lebih lama, masih berusaha memahami maksud dari kata-kata Dina. "Maksudnya?"Dina menarik napas, mencoba meredakan kegugupannya sebelum akhirnya menjelaskan. "Kakak buka usaha menerima jahitan," katanya, kini dengan suara yang lebih mantap.Mata Deni terbuka leb

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 96

    Dina berdiri di dapur, kedua tangannya sibuk mencuci buah di bawah aliran air. Setelah berhasil menghindari Danang beberapa saat lalu, ia mencoba menenangkan diri dengan aktivitas sederhana—sesuatu yang membuatnya merasa tetap memiliki kendali atas dirinya sendiri, meskipun pikirannya masih dipenuhi kekacauan.Namun, ketenangannya seketika buyar.Tanpa peringatan, dua tangan kokoh melingkar di pinggangnya dari belakang. Dina tersentak, tubuhnya menegang. Ia bahkan sempat menahan napas saat merasakan kehangatan yang begitu familiar."Sayang, Mas rindu," gumam Danang, suaranya terdengar lembut di dekat telinga Dina sebelum ia melabuhkan kecupan ringan di pundaknya.Dina seketika menggigit bibirnya, menahan rasa muak yang tiba-tiba muncul. Jantungnya berdetak lebih cepat—bukan karena kegugupan, tapi karena emosi yang

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 95

    Dina baru saja mengakhiri pembicaraan dengan Bundanya ketika tiba-tiba suara pintu rumah menghempas terbuka, membuatnya tersentak.Ia menoleh, dan di sana, di ambang pintu, berdiri Danang dengan wajah yang kusam dan tanpa ekspresi. Tatapan matanya kosong, langkahnya berat, seolah ada sesuatu yang menghantam pikirannya. Ia bahkan tidak menyapa Dina, tidak ada anggukan atau sekadar lirikan. Hanya diam, dingin, dan langsung melangkah menuju kamar.Dina memandang punggung Danang yang perlahan menghilang di balik pintu kamar dengan dahi berkerut. Ada sesuatu yang tidak beres."Kenapa dia? Raut wajahnya kusut. Apa dia bertengkar dengan wanita simpanannya? Pasti. Itulah kalau hubungan terjadi dalam kebohongan, pasti tidak akan direstui Allah. Lihat saja, Mas, kau tidak akan bisa bahagia!"*Dina mengepalkan jemarinya, dadanya terasa

  • Ceraikan Aku, Jika Sudah Tidak Cinta    Bab 94

    Sampai di rumah, suasana di antara mereka masih dipenuhi keheningan. Sinta tetap bungkam sejak meninggalkan pantai, dan ekspresi wajahnya jelas menunjukkan kekesalan yang tak bisa disembunyikan. Danang sudah berusaha mengajaknya bicara selama perjalanan, tetapi Sinta tetap menutup rapat mulutnya.Setelah Sinta turun dari motor, Danang segera memanggilnya dengan suara penuh rasa bersalah. "Maaf, Sayang," ucapnya pelan, tetapi Sinta tidak merespons dan langsung berjalan menuju pintu gerbang rumahnya."Sinta!!" Danang menarik tangan Sinta dengan cepat, membuat langkahnya terhenti di depan pagar. Sinta menoleh dengan tatapan marah, menghentakkan tangannya dari genggaman Danang."Mas! Aku malu! Kenapa Mas melakukan itu di tempat umum?!" serunya dengan nada penuh emosi, air mata mulai menggenang di matanya.Danang menundukkan kepala, merasa bersalah. "Maaf, aku salah. Aku nggak kepikira

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status