All Chapters of Ibu Pengganti 1 Miliar untuk Anak Pewaris: Chapter 61 - Chapter 70

343 Chapters

Bab 61. Dia Adalah Gadisku

Pukul setengah enam petang, Aleena baru saja keluar dan meninggalkan gedung sekolah lima belas menit yang lalu. Gadis itu kini duduk terdiam di dalam sebuah restoran. Aleena sedang memesan makanan yang akan ia bawakan untuk Papanya di rumah sakit. Aleena merasakan tubuhnya amat lelah, kedua matanya terasa berat. "Ya Tuhan, padahal aku belum menyelesaikan pekerjaanku yang satunya. Kenapa aku sudah lelah sekali?"Aleena melipat kedua tangannya di atas meja dan meletakkan kepalanya di sana sebentar. Kedua matanya mengerjap, merasakan rasa lelah yang luar biasa dan kali ini ia harus menunggu. Tanpa Aleena sadari, seorang laki-laki di dalam tempat yang sama kini tengah memandangnya dari jauh. Asher Benedict, laki-laki tampan berbalut tuxedo navy itu tak melepaskan tatapannya sama sekali. Setelah beberapa hari ini Asher tak melihat Aleena, kini ia memperhatikan gadis cantik itu yang terlihat sedang kelelahan. Pandangan Asher yang tak lepas, membuat salah satu temannya ikut menatapnya
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 62. Gadisku yang Keras Kepala

Aleena menunggu Asher di luar restoran. Gadis itu merutuki dirinya, merasa malu karena ia selalu membuat kekacauan di manapun ia berada. Tetapi, untunglah ada Asher yang selalu menolongnya. Laki-laki tampan itu kini tampak berjalan keluar dari restoran dan melangkah ke arahnya. "Cepat masuk," ajak Asher membuka pintu mobilnya.Aleena segera masuk ke dalam mobil dan menunggu Asher duduk di bangku kemudi. Helaan napas panjang terdengar dari bibir Asher, laki-laki itu menoleh dan menatapnya dengan tatapan dingin. "Kau memang sangat ceroboh, Aleena," ucap Asher diikuti decakan dari bibirnya. "Ma-maaf," lirih Aleena tertunduk. Ia masih menyembunyikan wajahnya dari Asher. Hatinya masih diliputi perasaan sedih yang tidak bisa Aleena jelaskan dengan kata-kata. Jemari tangannya meremas kotak makanan yang ada di pangkuannya. Lagi-lagi, Aleena gagal menjauhi Asher. Laki-laki ini selalu muncul di mana Aleena mengalami kesulitan, bahkan menjauhinya terasa sangat sulit. Asher melirik kotak
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more

Bab 63. Tuanku yang Posesif

Usai makan malam berdua dengan Aleena di restoran mewah, Asher mengajak gadis itu untuk pulang bersamanya. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Aleena tampak diam dan wajahnya sayu menahan kantuk. Sesekali Asher melirik gadis di sampingnya tersebut. "Kau mengantuk?" tanyanya. Aleena sedikit tersentak dan gadis itu menggeleng. "Ti-tidak, Tuan." Jawabannya membuat Asher tersenyum tipis dalam diam. Laki-laki itu sengaja tidak lagi menyahuti lagi ucapan Aleena. Tiba-tiba, dalam hitungan detik buku-buku yang dipeluk oleh Aleena pun terjatuh dan gadis itu memejamkan kedua matanya tertidur. Lengkungan yang terbentuk indah di bibir Asher. Ia ingin selalu tertawa melihat tingkah gadis itu. "Belum genap lima menit dia bilang tidak mengantuk, tapi sudah terlelap saja," ucapnya. "Dasar, Aleena …." Beberapa menit perjalanan menuju rumah, Asher membiarkan Aleena tertidur. Ia tidak membangunkannya atau mengusiknya sedikitpun karena Asher tahu kalau Aleena sangat-sangat lelah. Sampai akhirnya
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 64. Cium Aku, Aleena Pandora

Dua hari kemudian, Aleena sudah kembali bekerja setelah ia sembuh dari demamnya. Aleena juga beristirahat dari kerja sampingannya dan fokus pada mengajar di sekolah. Pagi ini, Aleena dipanggil Madam Calister ke dalam ruangannya untuk membahas hal penting. "Ms. Aleena, aku ingin mengajakmu untuk rapat ke luar kota besok pagi. Kita akan ke Harberg sekitar dua sampai tiga hari di sana untuk membahas ujian kesenian anak-anak kelas lima dan enam. Kira-kira, apa kau bersedia?" tanya Madam Calister. Wanita berkulit gelap itu menatap Aleena penuh harap. Sedangkan Aleena tampak berat ingin menyetujuinya. Gadis itu terdiam beberapa detik ia berpikir."Bagaimana, Ms. Aleena?" tanyanya lagi. "Maaf, Madam. Bukannya saya menolak, tapi saya sedikit keberatan karena saya meninggalkan Papa saya yang sedang sakit. Dan saya juga …."Aleena menggigit bibir bawahnya, ia hampir mengatakan kalau dirinya tidak tinggal bersama keluarganya. Melainkan ia tinggal bersama Keluarga Benedict. Apapun yang terj
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Bab 65. Sebuah Ciuman dan Penawaran

Kepala Aleena terasa kosong saat mendengar permintaan Asher. Laki-laki ini, meminta Aleena menciumnya!?Aleena menggigit bibir bawahnya ragu-ragu, gadis itu bahkan tidak tahu bagaimana caranya berciuman. Karena selama ini, Asher lah yang selalu menciumnya lebih dulu. Asher menaikkan salah satu alisnya melihat ekspresi Aleena yang gugup. "Kenapa? Kau tidak mau?" tanyanya. "Ya sudah, kau tidak usah pergi ke manapun—""Tuan Asher …." Aleena menahan laki-laki yang hendak beranjak menjauhinya. Asher tertunduk menatap jemari lentik Aleena yang kini mencengkeram kemeja putihnya. Hal itu membuatnya tersenyum. Ia kembali menoleh pada Aleena tanpa mengatakan apapun. Wajah Aleena merona dan malu-malu ia mengangguk. "Sa-saya akan melakukannya," ucapnya lirih. Asher bersorak di dalam hati, tapi ekspresinya tidak menunjukkan apapun. Ia kembali mendekati Aleena dan berdiri di hadapannya menunggu. Gadis itu tetap diam dan melipat bibirnya menunjukkan ekspresi bingung. Hingga tiba-tiba Aleena b
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 66. Tak Membiarkannya Pergi Seorang Diri

Keesokan paginya, Aleena sudah bersiap untuk pergi. Gadis itu membawa sebuah tas berukuran sedikit lebih besar dari yang biasa ia pakai untuk membawa beberapa pakaiannya. Aleena melangkah keluar dari dalam paviliun ditemani Bibi Julien. "Hati-hati, Nona ... jangan melupakan jam makan dan Nona tidak boleh begadang," ujar wanita itu dengan tatapan penuh perhatian. Aleena tersenyum manis, perhatian Bibi Julien seperti perhatian seorang ibu yang selama ini ia rindukan. "Iya, Bi, jangan khawatir," jawab Aleena mengangguk. "Kalau begitu, aku berangkat dulu, Bi," pamitnya. "Iya, Nona." Aleena menuruni anak tangga teras paviliun. Gadis itu tampak bersemangat meskipun udara pagi ini terasa cukup dingin. Dengan langkahnya yang ringan, gadis itu menggosok kedua telapak tangannya.Tanpa sengaja, Aleena menoleh ke arah kediaman utama. Di sana ia melihat Asher dan Marsha keluar dari dalam rumah bersama-sama. "Mereka," ucap Aleena lirih tanpa sadar. Aleena meremas rok panjang yang ia pakai
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Bab 67. Bolehkah Perasaan ini Berharap Lebih?

Aleena telah sampai di halte yang berada di dekat gedung sekolah. Di sana, ada Samuel dan juga Madam Calister. Wanita berkulit gelap berambut ikal itu tersenyum manis pada Aleena dan melambaikan tangannya dengan wajah ceria. "Selamat pagi," sapa Aleena pada mereka. "Pagi juga, Ms. Aleena," balas Madam Calister. "Kau tampak cantik sekali pagi ini," ujarnya. Aleena tersenyum dan tersipu. "Terima kasih, Madam." Di belakang Madam Calister, ada Samuel dan seorang laki-laki yang tampak sedang berbincang. Aleena memperhatikan mereka berdua dengan pandangan bertanya-tanya. "Madam, kenapa ada Samuel juga?" tanya Aleena. "Oh, ya ... Mr. Samuel akan ikut dengan kita untuk rapat kali ini," jawabnya. "Oh iya, Ms. Aleena, kalau kita ke Harberg menggunakan kereta, kita tidak bisa berhenti untuk membeli perlengkapan bila ada yang diperlukan. Maka dari itu aku mengajak suamiku. Nanti Ms. Aleena bisa satu mobil dengan Mr. Samuel, bagaimana?" Alena hanya mengangguk patuh. "Iya, Madam. Tidak masa
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 68. Menjagamu dari Jauh

Keesokan harinya, acara pertemuan penting perwakilan beberapa guru dari beberapa sekolah, digelar di sebuah rumah makan mewah di kota Harberg. Aleena dan Samuel datang menjadi rekan sekaligus asisten untuk Madam Calister dalam rapat yang digelar sejak tiga jam yang lalu. Sepanjang rapat dimulai hingga kini sudah berakhir, Aleena tampak pucat dan lemas. 'Apa yang terjadi dengan tubuhku?' batinnya sembari memeluk beberapa berkas dan menuruni tangga menuju lantai satu. Aleena tertunduk memegangi keningnya dan sesekali menarik napas panjang-panjang. Tubuhnya terasa lemas dan kedua matanya mengantuk berat, kepalanya juga pening dan membuatnya ingin memejamkan mata. "Al, kau baik-baik saja?" tanya Samuel, laki-laki itu menatapnya lekat. Aleena mengangguk. "Aku tidak apa-apa," jawabnya. Samuel meraih berkas di tangannya Aleena dan meletakkan satu telapak tangannya di pucuk kepala Aleena, menatapnya dari jarak sangat dekat. "Wajahmu sangat pucat, apa kau tidak cukup tidur semalam, hm
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 69. Kehangatan Hatiku Karenamu

Hari sudah malam di kota Harberg. Malam musim dingin pertama, Aleena memutuskan untuk pergi jalan-jalan untuk menikmati pemandangan kota yang sangat indah. Gadis itu berjalan sendirian memakai balutan baju hangat dan memakai kembali syal dan sarung tangan milik Asher. "Aku harus memberikan oleh-oleh untuk Papa. Sepulang dari sini, aku akan bercerita pada Papa tentang keindahan kota ini," gumam Aleena tersenyum penuh antusias. Usai membeli sebuah makanan, gadis itu berjalan masuk ke dalam toko-toko yang berada di tepian jalan. Aleena pun kini tengah memilih-milih sweater rajut dari kain wol yang tampak sangat bagus-bagus di toko tersebut. Gadis itu tersenyum sembari mengambil sebuah sweater berwarna abu-abu. "Aku akan membelikan ini untuk Papa," gumamnya. "Papa pasti senang." Saat Aleena hendak pergi, gadis itu melihat sweater pria yang sama dengan warna navy yang terpajang di manekin. Aleena membayangkan seseorang yang tengah memakai sweater itu. "Kalau aku membelikannya, apak
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Bab 70. Pelukan yang Hangat

Keesokan paginya, mual yang dialami oleh Aleena semakin parah. Gadis itu bahkan tidak bisa makan sedikitpun, hingga tubuhnya lemas dan wajahnya lebih pucat dari kemarin. Madam Calister yang kini menghampiri Aleena di kamar hotelnya setelah Aleena menghubunginya beberapa menit yang lalu. "Ya ampun, Ms. Aleena, kau sangat pucat seperti ini. Tubuhmu juga panas." Madam Calister menyentuh pipi Aleena dengan telapak tangannya. "Sepertinya kau demam karena cuaca di sini sangat dingin." Gadis itu mengangguk, sebelum ia mendongak menatap Madam Calister. "Maafkan saya, Madam. Sepertinya saya tidak bisa menemani Madam hari ini," ujar Aleena memegang tangan wanita itu. "Tidak apa-apa. Masih ada Mr. Samuel yang nanti bisa menjadi asistenku di rapat hari ini," ujar Madam Calister menatap khawatir. "Ms. Aleena lebih baik pulang kembali ke Murniche dan beristirahat." Aleena menganggukkan kepalanya, gadis itu bahkan masih lemas setelah mual-mual beberapa menit yang lalu. Di sana juga ada Samuel
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more
PREV
1
...
56789
...
35
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status