Semua Bab Gairah Liar Mantan Suamiku: Bab 181 - Bab 190

205 Bab

Polisi Gadungan

Anna mematung di tempatnya menatap Wijaya. Ucapan pria itu benar-benar membuat Anna tidak percaya sampai perlahan tawa frustasi muncul di wajahnya. "Apa? Kesepakatan? Kau berani meminta membuat kesepakatan denganku? Apa kau lupa apa yang sudah kau lakukan padaku dan ibuku, hah?" "Ayah tahu yang Ayah lakukan salah! Ayah tahu, Anna! Tapi tidak ada waktu membahasnya lagi! Setelah ini, Ayah janji Ayah tidak akan mengganggu hidup kalian! Ayah akan menghilang selamanya!" Lagi-lagi Anna tertawa kesal. "Atas dasar apa kau berpikir aku mau membuat kesepakatan denganmu? Jangan terlalu percaya diri, Wijaya!" "Hanya kau yang bisa membantu Ayah, Anna! Dan kalau kau tidak membantu Ayah sekarang, keselamatanmu juga bisa terancam!" Anna membelalak dan tatapannya goyah. Mendengar kata keselamatan terancam membuatnya bergidik. Semua yang berhubungan dengan kematian akan membuatnya takut karena seseorang tidak akan terus beruntung. Lolos satu kali dari kematian, tidak menjamin kita akan lolos dari
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Diculik

"Para polisi sudah datang, Bu," lapor Bik Nim saat mencari Anna di kamarnya. "Kupikir Diego akan tiba di rumah duluan, tapi ternyata para polisinya lebih cepat," sahut Anna. "Iya, Bu." "Baiklah, aku akan menemui mereka." Anna segera merapikan dirinya, sebelum ia menemui para polisi yang entah mengapa, wajahnya membuat jantung Anna memacu kencang. Para polisi itu berbadan tegap dan berwajah bengis. Tentu saja biasanya wajah para polisi memang tegas, tapi wajah kedua pria ini membuat Anna bergidik sendiri. "Selamat siang, Pak!" Anna menjabat tangan kedua polisi gadungan itu. "Selamat siang, Bu Anna! Kami dari kepolisian, kami ingin menginfokan bahwa ada kecelakaan yang terjadi dan melibatkan Pak Wijaya." Anna langsung mengernyit mendengarnya. Begitu juga dengan Bik Nim dan Jovan yang merasa aneh. "Apa ... apa maksudnya, Pak? Kecelakaan?" ulang Anna. "Benar, Pak Wijaya mengalami kecelakaan dan meninggal di tempat. Kami butuh Bu Anna untuk mengidentifikasi jasadnya." "Ya Tuhan!
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-19
Baca selengkapnya

Dalang yang Sesungguhnya

"Selamat siang! Kami sudah masuk ke kompleks perumahan Anda, Pak." Salah satu polisi yang ditugaskan untuk menjaga rumah benar-benar muncul siang itu dan langsung menelepon Diego. "Aku juga sudah dalam perjalanan, Pak. Kalau Anda sudah tiba, tolong tunggu sebentar." "Baik, Pak." Diego pun baru saja menutup telepon dari polisi saat telepon Jovan masuk. Diego langsung mengangkatnya. "Halo, Jovan!" "Pak ...," rintih Jovan di teleponnya yang membuat Diego mengernyit. "Jovan? Ada apa?" "Penculik ...." Tatapan Diego goyah. "Apa maksudmu, Jovan? Kau kenapa? Mengapa suaramu seperti itu?" Jantung Diego mendadak berdebar kencang mendengar suara Jovan, apalagi saat akhirnya Jovan melanjutkan ucapannya. "Bu Anna diculik, Pak," lanjut Jovan sambil menahan rasa sakit yang tidak terkira di bahunya yang sudah berlumuran darah. Diego pun membelalak lebar dengan tangan yang mencengkeram erat setirnya. "Apa maksudmu? Apa maksudmu, Jovan? Bicara yang jelas! Siapa yang diculik dan bagaimana b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-20
Baca selengkapnya

Mendengar Niat Busuk

Anna menahan napasnya sejenak saat ia melihat seorang pria yang tidak pernah ia sangka. Jeremy. Ya, pria di hadapannya adalah Jeremy. Entah bagaimana Jeremy bisa di sini padahal Jeremy seharusnya dipenjara. Bukan hanya Jeremy, bahkan Bram yang juga seharusnya dipenjara, kini sudah berdiri di samping Jeremy seperti biasanya. "J-Jeremy? Bram?" Jeremy tersenyum menatap Anna dengan wajah bengisnya, bahkan rasanya ekspresinya yang sekarang lebih bengis dibanding Jeremy yang dulu. "Ya, kami di sini. Apa kau senang melihatku lagi, Anna? Tidakkah kau merindukan aku?" Anna masih membelalak tanpa menjawab apa pun. Namun, Anna menggeleng. "Bukankah kalian dipenjara? Kalian dipenjara, bagaimana kalian bisa ada di sini? Apa kalian kabur dari penjara, hah? Bagaimana bisa?" teriak Anna histeris. Jeremy membungkuk sambil meletakkan satu jari di depan bibirnya. "Ssstt, Anna Sayang! Jangan sepanik itu, aku dengar kau baru sembuh dari sakit kan? Jangan sampai sakit lagi! Apalagi penyakitmu san
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-21
Baca selengkapnya

Sebuah Kejanggalan

"Apa yang akan terjadi pada Anna? Ya Tuhan, Anna ...." Joyce sudah menangis sedih di rumah sakit.Setelah semua kekacauan yang terjadi, Diego langsung membawa Jovan dan Bik Nim ke rumah sakit dibantu oleh para polisi. Darren pun dititipkan sementara bersama orang tua Joyce, sedangkan Jovan dan Bik Nim dititipkan pada Joyce di rumah sakit karena Diego sudah sibuk mencari Anna bersama Pak Rusli. Kondisi Bik Nim sendiri tidak parah, begitu juga dengan Jovan yang untungnya, tusukan di bahunya tidak mengenai bagian yang fatal. Hanya saja, Jovan masih harus dirawat di rumah sakit."Maafkan aku yang tidak bisa menjaga Bu Anna. Ini kesalahanku. Aku yang mengijinkan para polisi gadungan itu masuk ke dalam rumah," seru Bik Nim yang masih duduk di ruang perawatan. Bik Nim masih merasakan sedikit pusing karena benturannya cukup dekat dengan matanya, tapi tidak ada yang berbahaya. "Ini bukan sepenuhnya salah Bibik. Kita berdoa saja semoga Diego bisa segera menemukannya. Om Wijaya benar-benar b
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-22
Baca selengkapnya

Melakukan Hal yang Benar

Saat kau melakukan kejahatan, jangan pernah berharap kebaikan akan datang padamu. Ya, bodohnya Wijaya yang berpikir bahwa semuanya akan berjalan mulus baginya, padahal selama ini tidak ada satu hal baik pun yang ia lakukan. Wijaya sadar seberapa brengsek dirinya, tapi Wijaya tidak menyangka pada akhirnya ia akan dikhianati juga oleh mantan menantu brengseknya.Sungguh, saat ini, mendadak Wijaya merasa Diego lebih baik, jauh lebih baik daripada Jeremy. Wijaya mengepalkan tangannya geram, rahangnya mengeras, dan giginya gemerutuk saking marahnya. "Sialan kau, Jeremy! Sialan!" desis Wijaya. Wijaya pun baru saja akan menerobos masuk ke dalam kamar, tapi ia mengurungkan niatnya. Wijaya hanya seorang diri, sedangkan Jeremy punya banyak anak buah. Mustahil Wijaya bisa menang. Yang ada, Wijaya malah akan dieksekusi lebih cepat. Mendadak Wijaya tegang sendiri memikirkan semuanya. Napasnya berat. Ia sudah salah langkah kali ini, tapi sialnya, lagi-lagi tidak ada jalan kembali. Di kamar s
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Ketahuan

"Pak Jeremy benar-benar tidak ada di selnya, Pak," lapor Pak Rusli di telepon. Para polisi berpencar untuk mencari info tentang Jeremy, hingga akhirnya mereka pun bisa memastikan bahwa Jeremy tidak ada di selnya. Pak Rusli dan Diego sendiri ikut berpencar. Pak Rusli bersama polisi, sedangkan Diego menyetir mobilnya berkeliling mencari Anna. "Sial! Ternyata ini benar-benar ulah Jeremy brengsek itu! Bagaimana dia bisa bebas, hah? Bagaimana bisa dia keluar dari penjara?" geram Diego lagi. Pak Rusli pun menjelaskan apa yang ia dengar dari polisi dan Diego makin marah mendengar bagaimana orang tua Jeremy ikut andil menyuap orang dalam. "Buat tuntutan untuk mereka juga, Pak Rusli! Jangan biarkan orang tua Jeremy bebas!""Aku mengerti, Pak. Di sini aku juga sudah meminta tambahan orang untuk mencari Bu Anna." Diego mengangguk dengan air mata yang masih mengalir. "Terima kasih, Pak Rusli! Terima kasih!" Diego menutup teleponnya dan menggenggam setirnya makin erat. "Sial! Jeremy brengs
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-23
Baca selengkapnya

Percikan Api Tidak Terduga

"Daerah itu merupakan tanah kosong. Ada beberapa rumah tua yang sudah lama tidak berpenghuni. Polisi juga sudah memeriksa CCTV di arah jalan ke sana dan mereka menemukan satu mobil dengan plat nomor yang sama." Polisi benar-benar bekerja cepat setelah Pak Rusli memberikan lokasi. Mereka memeriksa keaslian lokasi dan memang benar ada. Bukan hanya itu, dengan jaringan yang mereka punya, mereka juga menemukan bahwa mobil penjahat itu melintasi salah satu jalan menuju ke lokasi itu. Diego sendiri sudah melajukan mobilnya duluan ke sana saat polisi mengeceknya karena perjalanan membutuhkan waktu. Lokasi itu ada di perbatasan ke luar kota. "Berarti aku sudah melakukan hal yang benar dengan menyusul ke sana, Pak. Tolong minta para polisi terdekat menyusulku! Cepat! Aku tidak mau terjadi sesuatu pada Anna!" seru Diego di teleponnya. "Aku mengerti, Pak. Polisi sedang berusaha menghubungi pihak terdekat. Tapi hati-hati, Pak Diego! Pak Jeremy tidak mungkin sendirian di sana!" Diego menggera
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Menerobos Masuk

"Sedikit lagi! Aku bisa merasakan sedikit lagi tanganku akan terlepas! Ayolah, Anna! Ayolah!" "Uhuk ... uhuk ... bau apa ini? Sesak sekali!" Anna terus berusaha melepaskan dirinya dari ikatannya. Namun, bau sangit yang menyengat ditambah asap yang mulai muncul membuat Anna terbatuk makin keras. "Ah, apa ini? Mengapa ada asap? Asap apa ini?" Anna terus terbatuk dan tenaganya makin melemah. Perlahan, asap hitam itu masuk makin banyak sampai kamar Anna mulai berwarna abu-abu. "Uhuk ... uhuk ... tolong! Tolong!" teriak Anna yang mulai kehilangan kekuatannya. Hal yang sama dirasakan oleh Wijaya yang masih terkurung di kamarnya. Awalnya, Wijaya hanya mencium bau bensin yang menyengat dan ia mulai panik. "Sial! Jeremy benar-benar akan membakar rumah ini dan membiarkan aku mati terpanggang di sini! Sial!" "Buka pintunya, Jeremy! Buka pintunya, Keparat!" Wijaya terus memukul dan menendang pintu kamarnya, berharap kayu yang rapuh itu bisa segera hancur. "Sial! Buka pintunya!" Dengan
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-24
Baca selengkapnya

Ayah yang Sesungguhnya

Diego benar-benar menerjang masuk ke dalam rumah yang terbakar itu. Sungguh, Diego tidak berpikir panjang karena yang ada dalam pikirannya hanya ia harus menyelamatkan Anna. Pintu masuk ke rumah itu tadinya sudah terjilat api, tapi tidak terlalu besar sampai Diego masih bisa masuk tanpa terbakar. Namun, sialnya, begitu Diego masuk ke sana, langit-langit di atas pintu itu ambruk dan menutupi jalan keluar satu-satunya itu. BRAK!"Akhh!" pekik Diego kaget. Debu dan asap pekat memenuhi udara, membuat matanya perih dan paru-parunya terbakar. Panas yang menyengat menerpa wajahnya dan untuk sesaat, Diego berdebar mengetahui dirinya ikut terjebak di sini. "Sial! Sial!" geram Diego yang berusaha bernapas. Diego pun berusaha menenangkan dirinya dan mulai fokus mencari Anna sambil terus mengangkat tangan menutupi wajahnya dari api. "Anna! Anna!"Diego mengedarkan pandangan. Sesekali ia mundur saat kayu berjatuhan. Tidak ada waktu. Api semakin menjalar, memakan setiap sudut rumah ini. Ia h
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-03-25
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
161718192021
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status