Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Jebakan Cinta Sang Pewaris : Chapter 81 - Chapter 90

99 Chapters

Chapter 081 [KEMATIAN YANG MANIS]

"Oke, minta perhatian semuanya. Perkenalkan, ini Dina. Rekan baru kita di tim Product Development sebagai Lead UI/UX Designer," suara Pak Hartono menggema di ruangan kantor yang luas.Valerie, yang sedang berjalan menuju pantry, menghentikan langkahnya tanpa sengaja. Ia menangkap pengumuman itu sambil memperhatikan wanita yang berdiri di samping Pak Hartono.“Oh, itu wanita tadi,” gumam Valerie pelan, mengingat tabrakan kecil di depan lift pagi tadi.Dina, yang tengah mendengarkan Pak Hartono dengan anggun, tampak percaya diri dalam balutan pakaian formal. Blus putihnya rapi dipadukan dengan rok pensil hitam, rambut pendeknya tertata sempurna, menciptakan kesan profesional yang kuat. Saat Dina melayangkan pandangan ke sekeliling, matanya bertemu dengan Valerie. Ia tersenyum tipis, sopan, seolah mengenali Valerie.Valerie, yang sedikit terkejut, membalas senyum itu sekilas sebelum kembali melanjutkan langkahnya menuju pantry. Ia punya tugas penting: membuat kopi untuk Aldrich atas per
last updateLast Updated : 2025-01-11
Read more

Chapter 082 [SEKRETARIS, BUKAN PELAYAN]

“Berhenti memanggilku ‘babe’, Aldrich. Kita ini sedang di kantor. Kalau ada yang dengar, bagaimana?” keluh Valerie sambil menyandarkan punggungnya di sofa.Aldrich hanya tersenyum santai. “Aku hanya terbiasa. Lagi pula, hanya ada kita di sini,” kerlingnya dengan nada menggoda.Valerie mendecak pelan. Ia mengambil salah satu cookies dalam paper bag yang Aldrich sodorkan. Membuka bungkusnya perlahan, aroma cokelat pekat segera menyeruak, memikat indera penciumannya. Valerie ingin segera menggigitnya, tetapi ia menahan diri agar tidak memperlihatkan ketertarikan berlebihan di depan Aldrich.“Aku tidak menyangka kau begitu perhatian,” gumam Valerie datar sebelum akhirnya menggigit cookies tersebut.Aldrich menyandarkan tubuhnya ke sofa, menatap Valerie dengan intens. “Bagaimana? Apa itu enak?” tanyanya, suaranya terdengar rendah namun penuh perhatian.Rasa manis cokelat langsung meledak di lidah Valerie, diikuti oleh tekstur lembut yang lumer seketika. Perpaduan rasa pahit dan manisnya be
last updateLast Updated : 2025-01-12
Read more

Chapter 083 [SEKRETARIS PRIBADI?]

Siang hari, setelah makan siang, Valerie sedang berjalan menuju lift bersama Olin dan Kiara, rekan kerjanya dari divisi lain. Olin bekerja di divisi pemasaran, sementara Kiara dari divisi pengembangan produk. Keduanya sering makan siang bersama Valerie karena mereka satu angkatan saat masuk di HC Group.“Benarkan? Sudah aku katakan makanan hari ini enak!” Olin berkata dengan bangga. Saat mereka bertiga keluar dari kantin, Aldrich tiba-tiba muncul dan menghentikan langkah Valerie. Dengan tangan dimasukkan ke dalam saku celananya, kemejanya tampak rapi, meskipun lengan bajunya digulung hingga siku. Tatapan tajamnya langsung mengarah ke Valerie.“Kau belum bersiap?” tanya Aldrich, menatapnya seolah heran mengapa Valerie terlihat santai.Valerie langsung teringat jadwal meeting Aldrich siang ini di perusahaan klien. “Sudah, Pak. Saya ambil tas dulu,” jawab Valerie cepat, hampir setengah panik.Aldrich hanya mendengus kecil, lalu berbalik pergi. Langkahnya santai namun penuh wibawa, mena
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Chapter 084 [TERBIASA]

Ruang rapat itu dihiasi nuansa kayu mahoni yang elegan, dengan meja panjang di tengahnya yang mampu menampung lebih dari sepuluh orang. Lampu gantung modern memberikan pencahayaan hangat, membuat suasana terasa profesional sekaligus nyaman. Di salah satu sisi ruangan, terdapat jendela besar yang memperlihatkan pemandangan kota dari ketinggian lantai dua puluh.Valerie duduk di samping Aldrich, sementara Guritno berada di ujung meja, memegang pena yang sesekali diputar di antara jari-jarinya. Tatapan pria paruh baya itu tajam namun tenang, menunjukkan betapa seriusnya dia terhadap proyek besar ini.Aldrich, dengan kemeja putih yang lengannya digulung hingga siku, terlihat tenang. Dia menatap lurus pada Guritno sambil menyusun kata-kata dengan hati-hati. Di hadapannya terdapat beberapa map yang sebelumnya dipegang Valerie."Terima kasih sudah datang hari ini, Aldrich." Suara Guritno terdengar berat namun tegas. "Kami sudah mendengar reputasi HC Group, terutama dalam proyek-proyek ber
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Chapter 085 [PANTAI]

“Kita mau ke mana?” tanya Valerie. Suaranya setengah waspada ketika menyadari jalanan yang mereka lalui tidak menuju kantor maupun mansion Aldrich.Aldrich tetap mengemudi dengan santai. Sesekali, ia melirik Valerie sambil menyunggingkan senyum misterius. “Surprise. Tunggu dan lihat saja nanti,” jawabnya tenang, memancing rasa penasaran Valerie.Mata Valerie membulat. Dengan cepat, ia menyilangkan kedua tangan di depan dada, ekspresinya dibuat-buat waspada. “Kau tidak berniat menculikku dan menjual organ tubuhku, kan?” ucapnya, separuh bercanda tetapi dengan nada sedikit takut.Seketika, bayangan memalukan saat pertemuan pertama mereka melintas di pikirannya. Mungkin saja Aldrich menyimpan dendam karena ia mengira pria itu seorang gigolo.Aldrich meliriknya tak percaya, lalu tertawa kecil. Suara tawanya menggema ringan di dalam mobil. “Kau benar-benar membayangkan aku seburuk itu, babe? Aku terluka,” ucap Aldrich pura-pura serius, meski jelas terlihat bahwa ia tengah menggoda Valer
last updateLast Updated : 2025-01-13
Read more

Chapter 086 [INGIN MENCIUMMU]

“Aku jadi ingin menciummu,” celetuk Valerie ringan, matanya menatap Aldrich dengan sorot menggoda.Tadinya, Aldrich tengah berbaring santai di atas tikar dengan satu tangan menyanggah kepalanya, memandang laut yang tenang. Sementara Valerie duduk bersila di sampingnya, sedikit membungkuk, membuat posisi mereka seperti dua level berbeda. Wajah Aldrich terlihat damai, tetapi saat Valerie mengucapkan kalimat itu, ketenangan itu retak seketika.Aldrich menoleh cepat, pupil matanya sempat bergetar sesaat mendengar pernyataan spontan itu. Namun, seperti biasa, pria itu dengan mudah mengontrol ekspresinya. Sebuah senyum kecil muncul di bibirnya, tetapi tatapannya berubah menjadi lebih dalam. Tanpa banyak bicara, dia bangkit setengah duduk, menarik lembut tangan Valerie, dan dalam satu gerakan memutar tubuh wanita itu hingga kini Valerie berada di bawahnya, terlentang di atas tikar.“Aku sedikit berdebar mendengar kau yang berinisiatif duluan,” ujar Aldrich jujur, suaranya terdengar rendah
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Chapter 087 [BIARKAN AKU YANG MEMIMPIN]

Mobil melaju perlahan di jalanan yang sepi, hanya ditemani suara deburan ombak di kejauhan. Aldrich mengemudi dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain diletakkan santai di sandaran kursi. Valerie duduk di sebelahnya, diam, tetapi pikirannya tak berhenti berputar.Sesekali, ia melirik Aldrich, memperhatikan bagaimana jari-jari pria itu menggenggam setir dengan percaya diri, bagaimana rahangnya yang tegas bergerak saat ia bernapas, dan bagaimana senyumnya yang samar-samar menghiasi wajahnya ketika ia menyadari Valerie sedang memandangnya.“Kau kenapa terus menatapku begitu?” tanya Aldrich tiba-tiba, nadanya penuh godaan.Valerie tersentak, wajahnya memerah. “Aku tidak menatapmu,” bantahnya, meski matanya jelas-jelas masih mengunci pada Aldrich.Aldrich terkekeh, lalu menepikan mobil ke tepi jalan yang sepi, dikelilingi oleh pepohonan rindang dan cahaya bulan yang menyinari jalanan. “Kau ingin bicara sesuatu?” tanyanya, memandang Valerie dengan penuh perhatian.Valerie menelan
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Chapter 088 [TAK BEGITU JELAS, TAPI MEMBEKAS]

“Selamat datang, Tuan. Selamat datang, Nona!”Sambutan itu terdengar serempak dari para staf mansion saat Valerie turun dari mobil. Pintu mobilnya dibukakan dengan sigap oleh salah satu bodyguard Aldrich, sementara pria itu sendiri berdiri di sisi Valerie, menunggu dengan elegan.Valerie tersenyum canggung, matanya berkeliling memandangi fasad megah mansion itu. Ia masih belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini, terlebih setiap gerak-geriknya seolah diperhatikan oleh staf yang berjajar rapi.“Kau lapar? Ayo kita makan dulu,” kata Aldrich dengan nada santai, meski jelas ia memperhatikan ekspresi Valerie yang sedikit gugup.Tanpa menunggu jawaban, Aldrich melingkarkan satu tangan di pinggang Valerie dengan gerakan yang sangat alami, menuntunnya masuk ke dalam mansion. Valerie hanya bisa mengikuti langkah pria itu, mencoba mengabaikan sensasi aneh yang timbul dari sentuhan ringan di pinggangnya.Saat mereka tiba di pantry, aroma lezat langsung menyambut mereka. Pantry itu berdesain m
last updateLast Updated : 2025-01-14
Read more

Chapter 089 [TEMPAT PELAMPIASAN CERITA]

“Aldrich,” panggil Valerie, suaranya tenang namun tegas. Ia meletakkan alat makannya dengan hati-hati di atas piring sebelum menatap Aldrich dengan saksama.Aldrich menghentikan gerakannya, menatap Valerie balik. “Apa?” tanyanya, nada suaranya datar namun penuh perhatian.Valerie menggigit bibir bawahnya, ragu sejenak sebelum melanjutkan. “Kau…” Ia sengaja menggantungkan ucapannya, mempertimbangkan apakah ia benar-benar ingin membahas ini sekarang.Aldrich mengangkat alis, ekspresinya masih sulit ditebak. “Aku apa?” ulangnya, kali ini terdengar sedikit penasaran.Valerie menghela napas pelan, memilih menghindari tatapannya. “Tidak. Aku hanya... penasaran tentangmu. Itu saja,” katanya akhirnya, mencoba terdengar santai meskipun jantungnya berdebar tak menentu.Aldrich tersenyum kecil, meletakkan alat makannya dan menatap Valerie lebih intens. Ia menopang dagu dengan salah satu tangannya, posturnya santai namun tatapannya tajam. “Aku jadi sedikit berdebar karena kau mulai penasaran de
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Chapter 090 [OBROLAN DI ATAS RANJANG]

“Ahh... jadi, kau pernah punya kekasih?” Valerie berusaha mengatur napasnya yang tersengal. Suaranya terdengar berat, mencoba mengalihkan fokus dari intensitas di antara mereka. Aldrich, di sisi lain, tampak tenang, seperti sedang menikmati keunggulannya.Aldrich tidak menjawab langsung. Sebaliknya, ia mengangkat salah satu kaki Valerie dengan gerakan lembut namun tegas, memperlihatkan dominasi alaminya. Ia menatap Valerie dengan sorot mata penuh teka-teki, lalu menundukkan kepala, mengendus ringan aroma yang berasal dari kulitnya, seolah menikmati keberadaan wanita itu dengan semua indranya.Valerie menggigit bibir bawah, merasa malu namun tak mampu mengalihkan pandangan. Jantungnya berdetak lebih cepat saat Aldrich menegakkan tubuhnya kembali, pandangan mereka bertemu.“Tidak bisa dibilang sebagai kekasih,” jawab Aldrich akhirnya, dengan suara serak yang terkesan menggoda. Kata-katanya melayang samar, tidak memberikan kepastian apa pun, justru meninggalkan ruang bagi Valerie untuk
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status