Home / Romansa / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 085 [PANTAI]

Share

Chapter 085 [PANTAI]

last update Last Updated: 2025-01-13 19:56:44

“Kita mau ke mana?” tanya Valerie.

Suaranya setengah waspada ketika menyadari jalanan yang mereka lalui tidak menuju kantor maupun mansion Aldrich.

Aldrich tetap mengemudi dengan santai. Sesekali, ia melirik Valerie sambil menyunggingkan senyum misterius. “Surprise. Tunggu dan lihat saja nanti,” jawabnya tenang, memancing rasa penasaran Valerie.

Mata Valerie membulat. Dengan cepat, ia menyilangkan kedua tangan di depan dada, ekspresinya dibuat-buat waspada.

“Kau tidak berniat menculikku dan menjual organ tubuhku, kan?” ucapnya, separuh bercanda tetapi dengan nada sedikit takut.

Seketika, bayangan memalukan saat pertemuan pertama mereka melintas di pikirannya. Mungkin saja Aldrich menyimpan dendam karena ia mengira pria itu seorang gigolo.

Aldrich meliriknya tak percaya, lalu tertawa kecil. Suara tawanya menggema ringan di dalam mobil.

“Kau benar-benar membayangkan aku seburuk itu, babe? Aku terluka,” ucap Aldrich pura-pura serius, meski jelas terlihat bahwa ia tengah menggoda Valer
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 086 [INGIN MENCIUMMU]

    “Aku jadi ingin menciummu,” celetuk Valerie ringan, matanya menatap Aldrich dengan sorot menggoda.Tadinya, Aldrich tengah berbaring santai di atas tikar dengan satu tangan menyanggah kepalanya, memandang laut yang tenang. Sementara Valerie duduk bersila di sampingnya, sedikit membungkuk, membuat posisi mereka seperti dua level berbeda. Wajah Aldrich terlihat damai, tetapi saat Valerie mengucapkan kalimat itu, ketenangan itu retak seketika.Aldrich menoleh cepat, pupil matanya sempat bergetar sesaat mendengar pernyataan spontan itu. Namun, seperti biasa, pria itu dengan mudah mengontrol ekspresinya. Sebuah senyum kecil muncul di bibirnya, tetapi tatapannya berubah menjadi lebih dalam. Tanpa banyak bicara, dia bangkit setengah duduk, menarik lembut tangan Valerie, dan dalam satu gerakan memutar tubuh wanita itu hingga kini Valerie berada di bawahnya, terlentang di atas tikar.“Aku sedikit berdebar mendengar kau yang berinisiatif duluan,” ujar Aldrich jujur, suaranya terdengar rendah

    Last Updated : 2025-01-14
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 087 [BIARKAN AKU YANG MEMIMPIN]

    Mobil melaju perlahan di jalanan yang sepi, hanya ditemani suara deburan ombak di kejauhan. Aldrich mengemudi dengan satu tangan, sementara tangannya yang lain diletakkan santai di sandaran kursi. Valerie duduk di sebelahnya, diam, tetapi pikirannya tak berhenti berputar.Sesekali, ia melirik Aldrich, memperhatikan bagaimana jari-jari pria itu menggenggam setir dengan percaya diri, bagaimana rahangnya yang tegas bergerak saat ia bernapas, dan bagaimana senyumnya yang samar-samar menghiasi wajahnya ketika ia menyadari Valerie sedang memandangnya.“Kau kenapa terus menatapku begitu?” tanya Aldrich tiba-tiba, nadanya penuh godaan.Valerie tersentak, wajahnya memerah. “Aku tidak menatapmu,” bantahnya, meski matanya jelas-jelas masih mengunci pada Aldrich.Aldrich terkekeh, lalu menepikan mobil ke tepi jalan yang sepi, dikelilingi oleh pepohonan rindang dan cahaya bulan yang menyinari jalanan. “Kau ingin bicara sesuatu?” tanyanya, memandang Valerie dengan penuh perhatian.Valerie menelan

    Last Updated : 2025-01-14
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 088 [TAK BEGITU JELAS, TAPI MEMBEKAS]

    “Selamat datang, Tuan. Selamat datang, Nona!”Sambutan itu terdengar serempak dari para staf mansion saat Valerie turun dari mobil. Pintu mobilnya dibukakan dengan sigap oleh salah satu bodyguard Aldrich, sementara pria itu sendiri berdiri di sisi Valerie, menunggu dengan elegan.Valerie tersenyum canggung, matanya berkeliling memandangi fasad megah mansion itu. Ia masih belum terbiasa dengan perlakuan seperti ini, terlebih setiap gerak-geriknya seolah diperhatikan oleh staf yang berjajar rapi.“Kau lapar? Ayo kita makan dulu,” kata Aldrich dengan nada santai, meski jelas ia memperhatikan ekspresi Valerie yang sedikit gugup.Tanpa menunggu jawaban, Aldrich melingkarkan satu tangan di pinggang Valerie dengan gerakan yang sangat alami, menuntunnya masuk ke dalam mansion. Valerie hanya bisa mengikuti langkah pria itu, mencoba mengabaikan sensasi aneh yang timbul dari sentuhan ringan di pinggangnya.Saat mereka tiba di pantry, aroma lezat langsung menyambut mereka. Pantry itu berdesain m

    Last Updated : 2025-01-14
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 089 [TEMPAT PELAMPIASAN CERITA]

    “Aldrich,” panggil Valerie, suaranya tenang namun tegas. Ia meletakkan alat makannya dengan hati-hati di atas piring sebelum menatap Aldrich dengan saksama.Aldrich menghentikan gerakannya, menatap Valerie balik. “Apa?” tanyanya, nada suaranya datar namun penuh perhatian.Valerie menggigit bibir bawahnya, ragu sejenak sebelum melanjutkan. “Kau…” Ia sengaja menggantungkan ucapannya, mempertimbangkan apakah ia benar-benar ingin membahas ini sekarang.Aldrich mengangkat alis, ekspresinya masih sulit ditebak. “Aku apa?” ulangnya, kali ini terdengar sedikit penasaran.Valerie menghela napas pelan, memilih menghindari tatapannya. “Tidak. Aku hanya... penasaran tentangmu. Itu saja,” katanya akhirnya, mencoba terdengar santai meskipun jantungnya berdebar tak menentu.Aldrich tersenyum kecil, meletakkan alat makannya dan menatap Valerie lebih intens. Ia menopang dagu dengan salah satu tangannya, posturnya santai namun tatapannya tajam. “Aku jadi sedikit berdebar karena kau mulai penasaran de

    Last Updated : 2025-01-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 090 [OBROLAN DI ATAS RANJANG]

    “Ahh... jadi, kau pernah punya kekasih?” Valerie berusaha mengatur napasnya yang tersengal. Suaranya terdengar berat, mencoba mengalihkan fokus dari intensitas di antara mereka. Aldrich, di sisi lain, tampak tenang, seperti sedang menikmati keunggulannya.Aldrich tidak menjawab langsung. Sebaliknya, ia mengangkat salah satu kaki Valerie dengan gerakan lembut namun tegas, memperlihatkan dominasi alaminya. Ia menatap Valerie dengan sorot mata penuh teka-teki, lalu menundukkan kepala, mengendus ringan aroma yang berasal dari kulitnya, seolah menikmati keberadaan wanita itu dengan semua indranya.Valerie menggigit bibir bawah, merasa malu namun tak mampu mengalihkan pandangan. Jantungnya berdetak lebih cepat saat Aldrich menegakkan tubuhnya kembali, pandangan mereka bertemu.“Tidak bisa dibilang sebagai kekasih,” jawab Aldrich akhirnya, dengan suara serak yang terkesan menggoda. Kata-katanya melayang samar, tidak memberikan kepastian apa pun, justru meninggalkan ruang bagi Valerie untuk

    Last Updated : 2025-01-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 091 [SENTUHAN YANG LEBIH BERMAKNA]

    Valerie tidak bisa memungkiri fakta itu, meskipun mulutnya enggan mengakui. Pertama kali melihat Aldrich di Paris—saat dia masih mengira pria itu seorang gigolo—matanya memang tertarik pada tubuh tegap serta wajah tampannya yang begitu sempurna. Namun, rasa gengsinya lebih besar.“Cih. Dalam mimpimu, sayang,” balas Valerie sambil tersenyum penuh arti. Kali ini, dengan sengaja, dia menyentuh titik sensitif Aldrich dengan gerakan menggoda.Aldrich mengerang pelan, suara yang terdengar dalam dan penuh godaan. Cengkramannya di pinggang Valerie semakin menguat, menahan gerakan isengnya. “Kau sengaja ya?” tanyanya, suaranya berat dengan nada menantang.Valerie tidak berusaha membantah. Dia tertawa kecil, puas melihat ekspresi Aldrich yang campuran antara terkendali dan tersiksa. “Aku hanya memastikan kau tidak terlalu santai, Tuan,” katanya dengan nada main-main, matanya berkilat penuh kemenangan.Aldrich menatap Valerie dengan pandangan yang sulit ditebak, separuh geli, separuh terpeso

    Last Updated : 2025-01-15
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 092 [KEPOMPONG]

    Kruuk!Valerie memejamkan mata erat, wajahnya langsung menenggelam di dada Aldrich. Dalam hati, dia berharap pria itu tidak mendengar suara perutnya yang baru saja berbunyi.Namun harapannya pupus. Valerie merasakan bahu Aldrich bergetar, dan tak lama suara tawa rendah pria itu pecah, menggema di kamar yang sunyi.“Jangan tertawa!” protes Valerie, suaranya ketus.Alih-alih berhenti, Aldrich justru tertawa lebih keras, membuat Valerie mendengus kesal. Dia mendorong dada Aldrich, lalu bangkit dan duduk bersila, selimutnya ditarik hingga menutupi tubuhnya. Dengan wajah masam, Valerie melipat kedua tangannya di depan dada.“Kau benar-benar tidak bisa menahan diri, ya?” sindir Valerie, menatap Aldrich yang masih berusaha mengendalikan tawanya.“Kebiasaan,” balas Aldrich santai, senyum lebar masih menghiasi wajahnya. Dia bangkit dari tempat tidur, memungut asal kausnya yang tergeletak di lantai, dan memakainya dengan santai.“Kau mau ke mana?” tanya Valerie, menoleh dengan alis terangkat,

    Last Updated : 2025-01-16
  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 093 [MELIHAT BINTANG]

    “Cih!”Aldrich berdecih, lalu menarik kursi di hadapan Valerie. Gerakannya santai, namun tetap menunjukkan wibawa seorang pria yang tahu apa yang ia inginkan. Ia duduk dengan nyaman, menyandarkan tubuhnya ke kursi sembari menatap Valerie.Merasa diawasi, Valerie mendongak dari piringnya. Tatapannya polos, seakan baru saja tertangkap basah melakukan sesuatu. “Kau juga makan?” tanyanya sambil mengedip.Aldrich mengangkat alis, tatapannya penuh sindiran. “Menurutmu?”Valerie memutar bola matanya, meletakkan garpu di piringnya. “Kukira kau hanya memasakkan untukku saja,” katanya setengah mengomel sebelum kembali menyendok nasi goreng ke mulutnya.Aldrich tersenyum tipis, memerhatikan Valerie yang tampak menikmati masakannya. “Aku juga butuh tenaga,” katanya santai, menyandarkan siku di meja, “untuk membuatmu lembur malam ini.”Ucapan itu meluncur begitu saja dari mulut Aldrich, tapi dampaknya langsung terlihat pada Valerie. Wajahnya seketika merona. Ia hampir saja tersedak jika tidak bur

    Last Updated : 2025-01-16

Latest chapter

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 148

    “Ada apa ini?”Suara berat Aldrich menggema di ruangan. Langkahnya terhenti begitu melihat Alicia terduduk di lantai, separuh tubuhnya basah kuyup, sementara para karyawan berusaha menahan tawa mereka.Alicia, yang masih sibuk mengatur emosinya, segera berusaha bangkit. Tatapannya beralih pada Aldrich, berharap pria itu akan menolongnya. Namun, Aldrich hanya menatapnya dengan ekspresi datar selama sepersekian detik sebelum perhatiannya beralih kepada Valerie, yang baru saja keluar dari ruangannya.“Selamat pagi, Pak Aldrich. Anda sudah datang?” sapa Valerie dengan senyum tipis, seolah tidak terjadi apa-apa.Sudut bibir Aldrich berkedut. Wanita itu benar-benar tahu cara bermain peran. Dengan wajahnya yang tenang dan sedikit jahil, Valerie paling cantik saat seperti ini. Alicia, yang tidak terima melihat interaksi itu, segera membuka mulutnya dengan nada memanas. “Ini semua salah Valerie, Pak! Dia yang mendorong saya!” serunya, berusaha menuntut pembelaan.Aldrich mengangkat alisnya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 147

    Valerie melangkah masuk ke lobi perusahaan dengan penuh percaya diri. Sepasang kaki jenjangnya yang terbungkus stiletto hitam mengayun anggun, berpadu dengan rok pensil selutut yang membentuk lekuk tubuhnya. Blus putih berpotongan rapi membalut tubuh rampingnya dengan sempurna, dipermanis dengan blazer tipis yang menggantung di lengannya. Rambut panjangnya yang bergelombang jatuh sempurna di bahu, mempertegas aura elegan seorang wanita yang tahu betul caranya membawa diri.Namun, baru saja ia hendak menuju ruangannya, suara nyaring yang sudah tak asing lagi terdengar memenuhi ruangan.“Kau datang ke perusahaan ini seolah milik ayahmu saja!”Valerie menghela napas pelan sebelum mengangkat dagunya sedikit. Di hadapannya berdiri Alicia, dengan ekspresi sinis dan tangan yang terlipat di dada. Wanita itu mengenakan gaun ketat berwarna merah marun, dengan potongan rendah yang menonjolkan setiap lekuk tubuhnya. Rambut panjang lurusnya tergerai, dengan riasan yang sedikit berlebihan untuk

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 146

    Valerie berdiri di depan pantry dengan wajah sedikit mengantuk, mengenakan kemeja Aldrich yang kebesaran di tubuhnya. Kancing atas terbuka, memperlihatkan sedikit tulang selangkanya yang indah, sementara ujung kemeja jatuh hingga pertengahan pahanya. Rambut panjangnya berantakan, bukti dari malam yang panjang dan panas bersama Aldrich.“Garam, penyedap... apalagi ya?” gumamnya pelan, mengetuk-ngetukkan jari di meja sambil berpikir.Dia bukan seseorang yang ahli dalam memasak. Seumur hidupnya, selalu ada pelayan atau chef yang menyiapkan makanan untuknya. Namun, setelah hidup mandiri dan semakin dekat dengan Aldrich, Valerie merasa ingin mencoba sesuatu yang baru—termasuk membuat nasi goreng dadakan pagi ini.Lagipula, Aldrich juga pernah memasakkan sesuatu untuknya. Rasanya tidak adil jika dia hanya menerima tanpa memberi balasan.Menghela napas, Valerie membuka kulkas, mengeluarkan beberapa bahan yang menurutnya bisa digunakan. Dia menatap bawang merah dan bawang putih di tangannya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 145

    Aldrich menyeringai kembali, matanya berbinar penuh hasrat. Tanpa ragu, ia menarik tengkuk Valerie, memperdalam ciuman mereka setelah mendengar wanita itu mengatakan tidak akan pulang malam ini.Ciumannya semakin dalam, semakin menuntut. Aldrich melumat bibir Valerie dengan intensitas yang membuat napas mereka saling bercampur. Tangannya merambat ke punggung Valerie, menekan tubuhnya lebih erat ke dadanya yang bidang.Saat Valerie mulai kehilangan kendali, Aldrich pun melepaskan ciumannya, hanya untuk menurunkan bibirnya ke rahang Valerie, menelusuri garis lembutnya sebelum akhirnya mendarat di leher jenjang wanita itu. Ia mengecapnya pelan, kemudian menggigit kecil, menikmati bagaimana tubuh Valerie menegang di bawah sentuhannya."Vanila yang kurindukan," bisiknya, suaranya serak dan dalam, menggema di kulit Valerie, membuat bulu kuduknya meremang.Tanpa memberi kesempatan Valerie untuk berpikir, Aldrich kemudian melingkarkan lengannya di pinggang wanita itu dan dengan mudah merebah

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 144

    "Kau benar-benar tidak tertarik padaku?" tanya Aldrich, suaranya lebih dalam dari biasanya.Menatap Valerie dengan mata yang sulit ditebak. Ada keraguan, ada penasaran, dan sedikit—hanya sedikit—kesedihan yang terselip di sana.Valerie terkekeh, nada tawanya sedikit berat karena efek alkohol yang mulai menguasai dirinya. Ia mengangkat gelas wine ke dahinya, membiarkan dinginnya menyentuh kulitnya sejenak sebelum matanya terpejam. Beberapa detik berlalu, lalu ia membuka matanya lagi, menatap Aldrich dengan sorot yang sulit diartikan."Aku suka," katanya, suaranya samar dan menggoda.Aldrich mencondongkan tubuhnya ke depan, ekspresinya berubah serius. "Lalu mengapa kau menolakku?" tanyanya, ada nada sedih.Valerie tersenyum miring, lalu mencondongkan tubuhnya juga, jari-jarinya menyentuh bahu Aldrich dengan lembut. "Dengar," katanya pelan, suaranya hampir seperti bisikan. Ia kemudian meletakkan gelasnya ke atas meja, seolah ingin lebih fokus pada percakapan mereka. "Kau itu lelaki pil

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 143

    "Aku tidak tahan!"Valerie hampir saja berdiri, tapi sebelum dia sempat menggeser kursinya, Jennifer dan Charlos sudah lebih dulu bangkit. Wanita itu menempel mesra di lengan Charlos, tangannya melingkar erat seolah menandai kepemilikannya.Valerie menyipitkan mata, mengamati keduanya yang berjalan keluar dari kafe dengan penuh percaya diri, seakan tak peduli dengan tatapan orang-orang sekitar. Jennifer bahkan tertawa kecil sambil menepuk dada Charlos sebelum mereka benar-benar menghilang di balik pintu kaca."Akhirnya mereka pergi juga," keluh Valerie, lalu menjatuhkan dirinya kembali ke kursi dengan napas panjang.Aldrich, yang sejak tadi menyaksikan reaksinya dengan ekspresi terhibur, terkekeh santai. "Apa kau juga ingin pergi? Tidak perlu menebak, mereka pasti berakhir di hotel malam ini."Valerie menoleh cepat, menatap Aldrich dengan wajah setengah kesal. "Aku tidak peduli!" ketusnya, memutar bola mata.Tapi Aldrich tidak tertipu. Dia melihat bagaimana Valerie meneguk minumannya

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 142

    “Aku tidak tahu mengapa bisa sebuta itu dan menyukai dia!” keluh Valerie, sebelum meneguk minumannya dengan gerakan cepat dan kesal.Di hadapannya, Aldrich hanya terkekeh kecil. Saat pelayan datang membawa cangkir espresso keduanya, ia mengangguk singkat sebagai tanda terima kasih, lalu kembali memusatkan perhatiannya pada Valerie.“Wajar saja jika manusia khilaf,” komentarnya santai, nada suaranya penuh hiburan melihat ekspresi kesal Valerie.Valerie menghela napas panjang, lalu diam-diam mengangguk, mengakui kebenaran ucapan Aldrich. Dahulu, ia benar-benar menganggap Charlos sebagai pria baik. Seseorang yang ia pikir akan selalu ada untuknya. Namun kenyataannya, pria itu dengan mudah mengkhianatinya, memilih sahabatnya sendiri, Jennifer—dan meninggalkan Valerie begitu saja.Dan sekarang? Mendengar sendiri rencana busuk serta percakapan menjijikkan antara Charlos dan Jennifer membuatnya ingin menertawakan dirinya sendiri. Dulu, ia begitu bodoh hingga menangisi pria brengsek seperti

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 141

    "Jadi?" Charlos menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap Jennifer dengan penuh selidik. "Apa rencanamu?"Jennifer tersenyum kecil, matanya bersinar licik. Dengan gerakan anggun, ia mengaduk kopinya perlahan sebelum menjawab, "Kita akan memainkan kesetiaan sebagai senjata. Buat Aldrich percaya bahwa Valerie masih mencintaimu, bahwa hubungan kalian belum benar-benar berakhir."Charlos mengangkat alis, belum sepenuhnya yakin. "Dan kau yakin itu akan berhasil?"Jennifer tertawa pelan, suara lembutnya penuh racun. "Tentu saja." Ia menatap Charlos tajam. "Valerie meninggalkanmu karena perselingkuhanmu denganku. Sekarang, bagaimana jika Aldrich berpikir Valerie masih berharap kembali padamu? Pria sepertinya tak akan tahan dengan pengkhianatan. Dia pasti akan membenci Valerie."Charlos mengusap dagunya, perlahan senyum terbentuk di wajahnya. Membayangkan skenario itu, membayangkan Valerie yang kaya raya dan terluka, kembali dalam genggamannya, terdengar sangat menarik.Dulu, ia meningga

  • Jebakan Cinta Sang Pewaris    Chapter 140

    “Kau tersenyum?” tanya Valerie tak percaya.Aldrich baru saja memintanya menemani lembur, tapi tiba-tiba pria itu malah sibuk dengan ponselnya, mengabaikan Valerie yang menunggu dengan tumpukan berkas di depan. Jam sudah menunjukkan pukul 19.00, kantor mulai sepi, hanya tersisa mereka berdua di ruangan ini.Aldrich yang baru saja menerima pesan dari mata-matanya tentang pergerakan Charlos dan Jennifer terkekeh pelan. Ia mengunci ponselnya dan meletakkannya di atas meja sebelum menatap Valerie dengan senyum yang membuat wanita itu kesal sekaligus penasaran.“Maaf, babe. Aku terlalu fokus.” Suaranya terdengar ringan, tapi ada sesuatu yang tersembunyi di baliknya.Valerie mendengus, lalu melipat tangan di depan dada, sikapnya seperti seseorang yang sedang merajuk. Namun, detik berikutnya, ia tersadar akan reaksinya sendiri. Mengapa ia bisa bertingkah seperti ini di depan Aldrich dengan begitu alami? Padahal, saat pria itu menyatakan perasaannya, ia dengan tegas menolak.Namun kini, me

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status