Home / CEO / Jebakan Cinta Sang Pewaris / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Jebakan Cinta Sang Pewaris : Chapter 11 - Chapter 20

38 Chapters

Chapter 011 [UNDANGAN MAKAN MALAM]

"Valerie, tolong perjelas lagi soal target jangka pendek." Suara Aldrich terdengar tegas namun santai, memecah kesunyian setelah Valerie menyelesaikan presentasinya.Valerie mengangguk kecil, kembali berdiri dan mengklik slide berikutnya. "Tentu, Pak. Untuk jangka pendek, langkah-langkah ini dirancang agar mulai diterapkan minggu depan. Tim operasional sudah dibriefing, jadi prosesnya bisa langsung dimulai setelah keputusan disepakati hari ini."Aldrich menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengangguk pelan sambil tersenyum tipis. "Baik. Itu terdengar menjanjikan. Lanjutkan."Valerie mengakhiri presentasi dengan percaya diri. Tepuk tangan singkat dari para direktur mengiringi langkahnya kembali duduk. Namun, ketegangan di pundaknya belum sepenuhnya menghilang. Rapat berakhir tanpa hambatan, dan ia segera membereskan dokumen-dokumennya.Namun, saat Valerie berdiri untuk keluar, suara Aldrich memanggilnya. "Valerie."Nada suaranya rendah tapi cukup menarik perhatian. Valerie menoleh, men
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Chapter 012 [MAKAN MALAM]

Sabtu malam tiba dengan cepat. Valerie berdiri di depan cermin panjang di kamarnya, memastikan gaun pilihannya sudah sempurna. Valerie memilih gaun satin berwarna emerald green dengan potongan klasik yang memeluk tubuhnya dengan anggun. Gaun itu memiliki detail belahan tinggi di sisi kanan dan potongan off-shoulder yang memperlihatkan tulang selangkanya yang indah. Sepasang anting berlian kecil menggantung di telinganya, memberikan kilauan halus saat ia bergerak.Rambutnya dibiarkan tergerai dengan sedikit gelombang alami, membuatnya terlihat elegan namun tidak terlalu berlebihan. Ia melengkapinya dengan sepatu hak tinggi berwarna nude dan clutch kecil senada. Valerie mengambil napas panjang, berusaha menenangkan debar jantungnya. "Santai saja, ini hanya malam formal seperti biasa."Ketika bel apartemennya berbunyi, Valerie berjalan menuju pintu dengan langkah percaya diri. Namun, saat ia membukanya, ia terkejut melihat Aldrich berdiri di sana. Pria itu mengenakan tuksedo hitam kl
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Chapter 013 [MENYELAMATKAN DARI CANGGUNG]

"Aku benar-benar tidak salah pilih. Kalian cocok sekali," kata Bastian dengan nada puas. Matanya berbinar memperhatikan Aldrich yang baru saja dengan santai memindahkan sepotong daging ke piring Valerie.Valerie, yang sedang meraih gelas anggurnya, hampir tersedak mendengar ucapan ayahnya itu. Ia menatap Bastian dengan mata melebar, mencoba memberikan sinyal agar pria itu berhenti. Namun, Bastian tampaknya sengaja mengabaikan ekspresi putrinya."Bisnis dan keluarga memang sering kali berjalan seiring," tambah Bastian, kini dengan senyum yang lebih lebar. Seolah-olah ia baru saja meletakkan potongan puzzle terakhir dari rencana besarnya.Valerie membuka mulut untuk menyanggah, tapi sebelum sempat mengeluarkan kata-kata, suara Aldrich terdengar lebih dulu."Tentu, wajahku memang tidak pernah salah," ujar Aldrich santai, sambil menyunggingkan senyum tipis. Tatapan matanya sekilas beralih ke Valerie yang tampak kesal namun berusaha tetap tenang. "Tapi, Tuan Bastian," lanjutnya dengan
last updateLast Updated : 2024-12-14
Read more

Chapter 014 [TIDAK TAHU MALU]

“Wajahmu memerah? Apa kau sedang teringat malam kita di Paris?” Aldrich menggoda, senyumnya lebar penuh arti. Ia menyandarkan tubuhnya santai di kursi, seolah ingin memperpanjang rasa tidak nyaman Valerie.Valerie langsung memutar matanya dengan dramatis, berusaha menutupi kegugupannya. Ia tahu ia tidak boleh terlihat terguncang. “Oh, tolong, Aldrich. Kalau wajahku memerah, itu karena lampu bar ini terlalu redup, bukan karena omong kosongmu.”Aldrich tertawa kecil, nada bicaranya tetap menggoda. “Benarkah? Aku rasa bukan lampu yang membuatmu seperti ini. Kau kelihatan terlalu gelisah untuk sekadar efek pencahayaan.”Valerie menegakkan tubuh, berusaha keras menahan diri agar tidak tersulut oleh godaan pria di hadapannya. Ia menyesap vodka di gelasnya perlahan sebelum menatap Aldrich dengan ekspresi datar yang jelas disengaja.“Kau tahu,” katanya, suaranya terdengar datar tapi menusuk. “Selain narsis, kau juga tidak tahu malu, ya? Sungguh kombinasi yang... menawan.”Aldrich mengangkat
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Chapter 015 [MENYEBALKAN]

“Kau basah,” komentar Aldrich sambil melirik Valerie dari ujung rambut hingga ujung kaki.Valerie baru saja kembali dari toilet dengan rambut sedikit berantakan dan wajah yang masih terlihat lembap setelah membasuhnya tadi. Perkataan ambigu Aldrich membuatnya langsung memutar bola mata. “Astaga, kau ini bisa tidak berbicara seperti orang normal?” balasnya tajam, sambil berjalan menghampiri meja untuk mengambil tas yang ia tinggalkan.“Babe, kau mau meninggalkanku, ya?” goda Aldrich, suaranya cukup keras untuk menarik perhatian beberapa orang di sekitar mereka. Valerie langsung menoleh tajam ke arahnya. Ia melihat sekilas sosok ayahnya, Bastian, yang sedang mengawasi dari jauh dengan tatapan penuh antisipasi.Merasa semakin kesal dengan tingkah Aldrich, Valerie dengan santai mengacungkan jari tengahnya kepada pria itu sambil menggumamkan kata kasar. Namun bukannya tersinggung, Aldrich malah terkekeh pelan, senyum miring khasnya tak kunjung hilang dari wajahnya.“Ya ampun, calon tunan
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Chapter 016 [MEMBANGUNKAN PUTRI TIDUR]

“Sudah sampai,” gumam Aldrich, tapi suaranya tertahan ketika melirik ke arah Valerie yang duduk di kursi penumpang. Wanita itu tertidur. Kepalanya sedikit miring ke arah jendela, rambutnya tergerai lembut menyentuh bahunya, beberapa helai menutupi sebagian wajahnya. Napasnya teratur, naik turun dengan lembut, membuatnya terlihat begitu damai dan tanpa beban—sisi yang jarang Aldrich lihat dari wanita yang biasanya penuh energi dan sinisme.Aldrich memiringkan tubuhnya sedikit, memperhatikan lebih dekat. Wajah Valerie terlihat tenang di bawah cahaya redup dari lampu jalan yang menyusup ke dalam mobil. Bibirnya yang berwarna alami sedikit terbuka, kulitnya tampak halus, dengan garis wajah yang sempurna. Hidungnya yang mancung dan alisnya yang melengkung sempurna memberi kesan keanggunan, bahkan dalam tidur. Ada rona merah muda samar di pipinya, entah karena suhu di dalam mobil atau mimpi yang menyenangkan. Aldrich tak bisa menahan senyum tipis.“Tidur seperti ini saja tetap cantik,”
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Chapter 017 [MENCURI RUANG TANPA IZIN]

“Sssth...” Valerie memegangi kepalanya yang berdenyut, mungkin efek samping dari minuman beralkohol yang tadi ia tenggak di restoran. Dengan langkah lesu, ia menghempaskan diri ke sofa ruang tamu, lalu memejamkan mata sejenak. Hening malam terasa menenangkan, tapi pikirannya justru penuh dengan hal-hal yang tak ingin ia pikirkan.Tiba-tiba, wajah Aldrich yang begitu dekat dengannya di mobil tadi kembali melintas di benaknya. Napasnya tercekat saat membayangkan senyuman miring pria itu, dan bagaimana suaranya terdengar santai namun menggoda ketika berkata ingin menciumnya. Valerie menggigit bibir bawahnya, lalu membuka mata dengan cepat.“Tidak bisa kupungkiri, dia memang tampan.” gumamnya, setengah kesal, setengah terpesona. Ia mendengus pelan, merasa hidupnya seperti lelucon besar. Bagaimana mungkin pria yang harusnya ia jauhi malah terus-menerus mendominasi pikirannya?Namun, tanpa sadar, pikirannya beralih ke sosok lain: Charlos. Mantan kekasihnya. Lelaki yang pernah ia percaya
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Chapter 018 [MIMPI LIAR]

“Jam berapa ini?”Valerie meraba-raba meja kecil di samping tempat tidur, mencari ponselnya yang entah di mana. Matanya masih setengah tertutup, sementara pikirannya mencoba menyesuaikan diri dengan kenyataan pagi itu. Akhirnya, ia menemukan ponselnya tergeletak di antara tumpukan buku. Layarnya menyala, menunjukkan waktu yang sudah melewati pukul sembilan pagi."Sial," gumam Valerie sambil mengusap wajahnya. Ia berharap tidur semalam bisa menghapus pikiran tentang Aldrich, atau setidaknya menyegarkan dirinya. Tapi kenyataan berbicara lain. Alih-alih melupakan pria itu, ia malah memimpikannya—dan tidak tanggung-tanggung, mimpi itu liar, berani, dan terlalu detail untuk diabaikan."Astaga, Valerie," rutuknya pelan sambil memegangi kepalanya. "Kau pasti sudah gila. Bagaimana bisa memimpikan pria menyebalkan itu dalam skenario seperti demikian?"Ia terdiam sejenak, mencoba mengingat mimpinya. Wajah Aldrich yang tersenyum miring, tatapan tajamnya yang seolah tahu semua kelemahan Valer
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Chapter 019 [TIDAK TERLALU BURUK]

"Kau tepat waktu juga," kata Valerie sambil membuka pintu, menatap Aldrich yang berdiri di depannya dengan senyum khas yang membuatnya sulit ditebak.Meski sempat menggerutu sepanjang pagi, nyatanya Valerie tetap mempersiapkan diri. Ia memilih mengenakan gaun santai bermotif bunga-bunga kecil yang memberikan kesan kasual namun tetap anggun. Potongan gaun itu sederhana, dengan tali tipis di bahu dan rok yang sedikit mengembang hingga di atas lutut. Rambutnya ditata rapi dalam gaya bun tinggi, menyisakan beberapa helaian lembut yang membingkai wajahnya. Tidak ada riasan berlebihan, hanya lip gloss tipis yang menonjolkan warna natural bibirnya.Aldrich menatap Valerie dari ujung kepala hingga kaki, sejenak terdiam sebelum mengangkat alisnya. "Kau tahu, kau membuat tugas ini lebih sulit untukku.""Apa maksudmu?" Valerie menatap Aldrich curiga.Aldrich tersenyum miring, matanya berbinar nakal. "Mencoba menjaga jarak, tentu saja. Tapi kalau kau terus terlihat seperti ini, aku mungkin lup
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

Chapter 020 [KULITMU, LEMBUT]

"Lalu hari ini kita mau ke mana?" tanya Valerie, akhirnya menyerah untuk melanjutkan pembicaraan ini dengan nada formal. Ia menyilangkan kedua lengannya, menatap Aldrich dengan wajah setengah jengah. Pria itu selalu punya cara untuk membuatnya penasaran, meski Valerie benci mengakuinya.Aldrich menegakkan tubuhnya, meletakkan gelas di meja dapur sebelum menyelipkan tangan ke saku celananya. "Ke butik," jawabnya santai, seolah itu adalah hal paling wajar di dunia."Butik?" Valerie memiringkan kepalanya. "Apa kau mau membeli setelan baru untuk dirimu sendiri? Kalau ya, kenapa aku harus ikut? Lagipula, bukankah hari ini kau mengatakan jika kita akan menghadiri acara keluarga?"Aldrich terkekeh, sorot matanya penuh godaan. "Bukan untukku, babe. Untukmu."“Ah, sebenarnya yang kedua itu tidak sungguh-sungguh. Aku hanya ingin bermain denganmu.” tambah Aldrich melanjutkan. Valerie mendadak terdiam. Giginya saling beradu, geram dengan tingkah Aldrich yang semaunya itu. Menarik nafas panjan
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status