Semua Bab PLAYBOY KENA BATUNYA: Bab 201 - Bab 210

244 Bab

Bab 201

Ratih dan Nadia yang keluar dari rumah selepas sarapan menuju Belezma National Park yang terletak di kaki pegunungan Atlas. Matahari pagi yang cerah menyinari keindahan taman nasional tersebut. Nadia terlihat sangat antusias sementara Ratih berusaha mengimbanginya demi kesopanan. “Matahari paginya menakjubkan, Nadia. Aku hampir tidak percaya kita benar-benar berada di sini!” kata Ratih sambil memandang panorama menakjubkan di sekeliling mereka. Nadia tersenyum penuh kesabaran. “Belezma terkenal dengan keindahan alamnya. Lihatlah hutan pinus dan lereng bukit yang tertutup hijau ini. Kita bisa menghirup udara bersih dan segar di sini.” Mereka berdua melangkah perlahan di sepanjang jalur setapak, dikelilingi oleh pemandangan hutan lebat dan aliran sungai yang jernih. Suara kicauan burung dan gemericik air menambah suasana tenang dan damai. Ratih merasa seperti berada di dunia yang berbeda, jauh dari hiruk-pikuk kota. “Mari kita ambil beberapa foto di sini. Ini pemandangan yang luar
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 202

Nadia yang berada di balik pintu dengan cepat meletakkan revolvernya ke meja di dekatnya dan membuka pintu terlalu bersemangat. Ratih yang masih tegang perlu waktu untuk memproses. Ia baru bergerak saat mendengar pintu mobil ditutup cukup keras. Ratih berlari menyongsong ke pintu dan lega menemukan suaminya yang berjalan ke arah rumah. Namun, kelegaan itu tidak berlangsung lama karena Katon membopong Lorna yang kelihatannya terluka parah. Di belakang Katon, Cia sedang dipapah oleh sesosok lelaki Aljazair berbadan kurus dengan muka lebam-lebam, bahkan satu matanya membengkak besar hingga tertutup. “Mada an josphep?” Ratih hanya sebentar menatap ke arah Nadia yang berbicara pelan dengan tatapan mata khawatir ke pria Aljazair itu. Selanjutnya ia tidak memperhatikan jawaban pria itu karena tidak mengerti bahasanya. Ratih kini sibuk menatap ke arah Katon yang melewatinya tanoa melihat dan langsung membawa Lorna ke dalam salah satu kamar. “Kamu butuh apa, Ton?” tanya Lorna dari pintu k
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

bab 203

Kalimat Giovanni yang menyuruh mereka berdiam di rumah dan tetap merunduk di tanah, membuat Ratih berpikir mereka semua akan terkurung di dalam rumah. Ternyata pikirannya salah. Katon menunjukkan itikad bosan sejak sarapan. Padahal jelas terlihat di sana, kedua sahabat wanitanya yang susah makan karena efek pemukulan kemarin. Tetapi Katon sudah mau kabur saja dari rumah. Sekitar pukul sembilan, Ratih sedang bercengkerama dengan Nadia yang tampak sangat bahagia karena Youssef selamat, bertiga di kebun belakang, berbincang santai. Mendadak Ratih menyadari kalau suaminya sudah tak nampak batang hidungnya. “Youssef, kau lihat suamiku?” tanyanya pada kekasih Nadia, berusaha bernada biasa. Tanpa khawatir. Atau marah. “Aku melihatnya ke samping rumah bersama Karim,” jawab Youssef sambil menunjuk arah belakang Ratih. Wanita Jawa itu berdiri dan berjalan menuju ke titik yang ditunjuk Youssef. Ia menemukan Katon berdiri bersama Karim dan Giovanni. Di dekat mereka ada sebuah motor dengan ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

Bab 204

Constantine punya berbagai hidangan khas yang menggugah selera. Ratih yang diserahi Katon untuk memilih menu, duduk sambil menunduk berusaha membaca buku menu dan mengenali makanan-makanannya. Sementara Katon di sebelahnya, terlihat duduk santai bersandar sambil merangkul bahu Ratih dan mengelus-elus mesra. Tetapi sebenarnya, Katon melihat situasi dan kondisi di luar restoran. Sikap waspada ini sudah mendarah daging di dirinya. Terpatri oleh Satria dan kehidupan The Collins. Terlebih, ia baru saja membuat geger di kota ini. Walaupun cerita itu tidak muncul di manapun dan Katon merasa aman memamerkan wajahnya kembali di Constantine karena Belkacem sudah mati. Tetap saja kewaspadaan tidak lenyap begitu mudah dari diri Katon. “Mas, mau coba couscous?” tawar Ratih lembut. “Aku ikut menumu, Sayang,” jawab Katon tak kalah lembut. Salah satu pilihan yang tidak boleh dilewatkan selama di Aljazair memang couscous. Makanan pokok yang disajikan dengan sayuran dan daging, bisa domba atau ayam
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

Bab 205

“Tidak bisa tidak setuju.” Katon sedikit mencibir pernyataan Petrit. “Tetapi saya akan berdiri menantang bahaya, agar orang-orang yang Anda bilang bermimpi dan berangan semu itu tetap bahagia dalam dunianya yang indah,” kata Katon penuh tekad. “Ah, maafkan saya. Keluarga maksudmu? Bisa di mengerti. Kami pun memiliki wanita-wanita yang kami cintai dan lindungi sepenuh jiwa,” kata Petrit manis. Matanya menatap ke arah Ratih. “Mistress atau Nyonya?” ujarnya lagi seraya memincingkan mata ke arah wanita di sebelah Katon. Segera muka Ratih berubah masam. Dan Katon pun mengikutinya dengan wajah yang sama tak sedap dipandang. “Saya hanya mencintai satu wanita, Tuan Krasniqi. Hanya ada Nyonya Anindito dan tidak ada Mistress,” omong Katon sebal. “My bad. Maafkan saya. Rupanya saya telah memilih hari yang salah, hahaha ... Leart, segera selesaikan pembayaran. Tuan Anindito sedang tidak berkenan karena kita menganggu waktu pribadinya,” kata Petrit terlihat seperti malu yang Katon tahu hanya p
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

Bab 206

“Mereka semua sudah tidak penting lagi karena bagiku sekarang, kamulah satu-satunya. Tidak dengar pernyataanku langsung di depan Petrit Krasniqi?” tuntut Katon tidak terima. “Hanya membayangkan Mas sudah sama berapa wanita sebelum denganku. Kata Cia, Mas menikahiku supaya bisa tetap ....” Ratih tak sanggup melanjutkan kalimatnya. Katon memeluk Ratih lebih erat, berusaha menenangkannya, meski ia tahu sulit untuk keluar dari topik ini tanpa terkena imbas. Senyuman tipis tersungging di wajahnya, meski dalam hatinya ia agak cemas. Wanita yang duduk di pangkuannya ini jelas tak akan menyerah begitu saja. "Ratih...," bisiknya lembut, masih mencoba merayu. "Apa pentingnya masa lalu, Sayang? Kita sudah menikah, dan aku milikmu sepenuhnya sekarang." Ratih memelototinya, menolak luluh. "Tentu saja penting, Mas! Bagaimana kalau aku yang punya banyak mantan? Mas pasti tidak akan tinggal diam, kan?" Katon terkekeh, mencoba mengalihkan ketegangan. "Ah, tapi itu beda. Aku lelaki, dan di masa
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya

Bab 207

Keesokan harinya adalah hari pertemuan dengan Malik Redrad. Sedari pagi, Katon sudah bersiap bersama Sesa dan Giovanni. Ratih menatap tak rela padanya. Rasanya ingin ikut saja. Lebih baik ada bersama Katon apapun yang terjadi ketimbang diam di rumah dan terus-terusan berdebar menanti kabar suaminya. Ia merasa semakin tak rela melepas Katon. "Mas, aku boleh ikut?" Ratih tiba-tiba angkat suara, menguatkan dirinya. Dalam hati, ia sudah tahu apa yang akan suaminya katakan, tetapi rasa khawatir yang menggerogoti tidak bisa ia abaikan. Katon yang sedang menyesap kopinya, berhenti sesaat dengan cangkir yang masih menempel di bibir. Ia menatap tajam ke arah Ratih, lalu perlahan meletakkan cangkirnya ke meja. "Neng..." “Belkacem sudah tidak ada. Krasniqi tidak punya masalah denganmu dan dia tidak terlalu berbahaya. Kenapa aku tidak boleh ikut? Aku muak menunggu sambil terus khawatir, Mas. Aku mau bersamamu saja,” omel Ratih memotong kalimat Katon. Matanya memancarkan tekad yang tak bisa dib
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

Bab 208

“Senang berjumpa dengan Anda di sini.” Leart masih bicara dengan ramah dan memamerkan senyumnya yang menawan. Ia bersama saudaranya segera duduk mengitari Ratih tanpa menunggu persetujuan wanita itu, meskipun begitu, keduanya menjaga jarak sopan. Hal itu membuat Ratih bisa mengendalikan diri. Matanya melirik ke arah titik di mana Nadia dan Youssef berada. Dari tempatnya duduk, ia bisa melihat mereka. Tetapi Ratih tidak yakin keduanya bisa melihat hingga ke dalam lobi. “Tuan Anindito sedang menemui Malik Redrad, saya duga?” tanya Leart ramah. “Begitu adanya. Boleh saya tahu kenapa Anda di sini, Tuan Leart?” tanya Ratih, menolak menyebut nama keluarga seperti pria itu dan memilih memanggil namanya. “Katakanlah, menunggu antrian? Kami tidak berharap bertemu dengan Anda. Tetapi saya dan saudara saya memang menunggu Tuan Anindito,” jawab Leart ramah. “Untuk pembicaraan bisnis yang tidak berhasil kemarin?” tebak Ratih. “Hari baru, pikiran baru. Mungkin kali ini Tuan Anindito akan setu
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

Bab 209

Katon langsung menghampiri Ratih lalu meraih pinggangnya saat sang wanita berdiri untuk menyambut. Katon mempertahankan Ratih melekat di sisi tubuh saat matanya menatap tak suka pada dua orang Krasniqi muda. “Kukira etika di belahan Bumi manapun, sama. Jangan mendekati istri orang walau dia sedang sendirian,” kata Katon kepada para Krasniqi dengan suara tidak enak didengar. Hector dan Leart juga sudah berdiri berhadapan dengan Katon. Sedangkan Sesa dan Giovanni menyebar sistematis di belakang para Krasniqi. “Maaf jika perbutaan kami menyinggung, Ton. Tetapi kami menjaga jarak dan bersikap sopan pada Nyonya Anindito,” kata Leart ramah. Ia dan adiknya pun tampak bersiaga dengan keberadaan kawanan Katon yang seperti mengepung. Bola mata Katon bergerak yang hanya terbaca oleh Sesa dan Giovanni sebagai penunjuk arah untuk keluar. “Baiklah kalau begitu. Kukira sudah tidak ada yang perlu diperbincangkan lagi. Sekarang aku permisi.” Ucapan Katon tidak terdengar memaafkan ataupun berubah
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya

Bab 210

Saat Katon dibawa oleh Leart menuju El Khroub, ia melihat panorama kota yang membuat kota ini terkenal dengan perkembangan modern dan masa lalu yang kental, khas kota-kota di Aljazair. Jalanan yang mengarah ke El Khroub dikelilingi oleh ladang terbuka dan deretan pohon zaitun, yang juga merupakan pemandangan yang khas dari pedesaan Aljazair. Ketika mereka memasuki kota, suasana berubah menjadi lebih hidup dengan deretan toko-toko dan pedagang lokal yang sibuk di sepanjang jalan. Mereka memasuki blok-blok bangunan yang tertata rapi. Dari kejauhan, bayangan Kota Constantine yang terkenal dengan tebing curam dan jembatan kunonya terlihat mengesankan, membuat dataran yang lebih landai di El Khroub terlihat kontras dibandingkan Constantine. Walaupun tidak semegah Konstantin, El Khroub tetap memiliki pemandangan pegunungan yang indah. Katon melihat mobil mulai memasuki halaman sempit Golden Tulip Alexandre. Hector memarkirkan mobil di depan lobi dan Leart yang turun lebih dulu. Katon tak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-16
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1920212223
...
25
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status