Home / Urban / PLAYBOY KENA BATUNYA / Chapter 211 - Chapter 220

All Chapters of PLAYBOY KENA BATUNYA: Chapter 211 - Chapter 220

244 Chapters

Bab 211

Katon dan Giovanni dikembalikan ke Hamma Bouziane dengan fasilitas dan supir hotel. Mereka tiba langit sudah gelap. Safe house terlihat baik-baik saja dari luar. Ketika Youssef membukakan pintu rumah, tercium aroma masakan yang samar, menandakan kalau penghuni rumah sudah selesai makan malam. “Di mana istriku?” tanya Katon setengah berbisik. Youssef menutup pintu lalu menoleh ke arah Katon. “Di kamarnya.” Giovanni sudah berjalan mendahului Katon untuk menuju ke kamarnya sendiri saat Youssef bicara seperti itu. Maka ia tidak mendengar kalimat lanjutan pria tersebut. “Kurasa sebaiknya kamu bersiap, Ton. Istrimu marah sekali. Dia tidak bicara apapun, tetapi wajahnya sangat marah,” kata Youssef, menangkap lengan Katon yang akan melangkah meninggalkan ruang tamu. Katon yang tertahan, menoleh ke arah Youssef, “Thanks, Youssef.” Meskipun berterima kasih, katon sepertinya tidak suka ditangkap lengannya seperti itu. “Aku serius. Ratih tidak terlalu mengenal Sesa, bukan? Ia terlihat menah
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 212

Ratih masih rebah di atas dada Katon, masih menikmati sisa getar cinta yang dilimpahi suaminya. Telapak tangannya tertata lemas di atas dada kekar sang suami, bersisian dengan pipinya. Ratih menikmati aftersex Katon yang selalu meletakkannya di atas dan memeluknya mesra. “Mas sudah makan malam?” Tiba-tiba saja dia bertanya mesra pada pria yang baru datang sudah diamuknya. Katon tersenyum mendengar pertanyaan istrinya yang diliputi nada bersalah. “Belum. Tapi sudah dihajar istri,” jawab Katon. Ratih terkesiap, ia setengah bangkit dari tengkurapnya, menatap wajah Katon yang disinari bulan dari jendela karena kondisi kamar mereka gelap gulita. “Dua kali lagi dihajarnya. Di kamar dan di atas tempat tidur,” keluh Katon. “Maaass ....” Ratih merajuk manja, kembali memeluk dan rebah di atas dada suaminya lagi. “Bentar, Aku tenangin diri dulu. Habis ini aku bikinkan makan malam ya,” kata Ratih. Katon mendengus. “Aku sudah makan kok, Neng Ayu.” “Mas, ah!” Merasa dipermainkan, Ratih seteng
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 213

“Aku butuh waktu untuk mengurus transfer kuliah Ratih ke Columbia and Cornell University. Setelah itu baru aku bisa bekerja dengan tenang di New York,” kata Katon. “Berapa lama?” tanya Satria datar-datar saja. Katon menoleh ke arah sang istri dan memintanya untuk menjawab. “Pengumpulan transkrip, surat rekomendasi bisa membutuhkan satu sampai dua bulan, Papa. Barulah bisa diajukan secara online dan itu hanya utuh waktu beberapa minggu. Tetapi, peninjauan aplikasinya paling cepat masih di kisaran bulan,” jawab Ratih. “Dan kalian belum memulai proses ini?” tanya Satria mulai terdengar tidak suka. “Sudah. Tetap saja masih membutuhkan beberapa bulan,” Katon yang menggantikan Ratih untuk menjawab. Satria mengangguk tanpa melihat ke arah putera sulungnya. Katon menatap wajah keras ayahnya, pria yang berubah sikap padanya selepas masa remaja. Katon mengerti, ayahnya mendidik untuk ini. Kehidupan bisnis mereka yang keras dan penuh tantangan. “Tria, mereka belum sempat berbulan madu, l
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 214

Proses perpindahan kuliah Ratih, nyaris menghabiskan waktu satu semester. Selama itu, Ratih tetap berkuliah seperti biasa. Selama rentang waktu berjalan, setiap kali ia mengirim email ke bagian administrasi kampus barunya, rasa cemas tak kunjung pergi. Bagaimana jika semua ini sia-sia? Jika mereka menolaknya di detik terakhir? Setiap keputusan tergantung pada sistem yang terasa lambat dan penuh birokrasi. Tetapi Ratih tahu, ia tak punya pilihan selain melaluinya. Sekarang mereka tinggal di Paris dan beberapa kali Katon akan meninggalkan Ratih untuk berbisnis ke New York. Paris, kota cinta dan impian yang telah ditinggalinya selama dua tahun. Tetapi bagi Ratih sekarang, gedung-gedung indah dan jalanan penuh lampu tidak lagi terasa memesona saat Katon tidak di sisinya. Ketika ia melintasi Pont des Arts dan menatap Seine yang berkilauan di bawahnya, selalu ada ruang kosong yang tak dapat lagi diisi hanya dengan keindahan kota ini. Setiap kali Katon mengabari bahwa dia akan pergi lagi, p
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 215

“Everest?!!” Ratih memekik kecil ketika malam harinya Katon memberitahu kalau ia berencana mengajaknya mendaki Everest. “Bukan mendaki hingga puncaknya, Neng. Kalau seperti itu setidaknya kita perlu persiapan berbulan-bulan untuk berlatih dan mempelajari segala situasi atau kondisi di alam ekstrem yang mungkin kita hadapi,” kata Katon seolah paham dengan keterkejutan istrinya. “Lalu?” “Hanya jalan-jalan santai dari Kathmandu menuju ke EBC Nepal.” “EBC?” tanya Ratih bingung. Katon mengangguk. “Everest Base Camp yang ada di selatan, masuk area Nepal. Kalau yang timur ada EBC Tibet. Tetapi aku memilih untuk masuk lewat Nepal saja. Jalan-jalan santai, Neng. Kita bisa menginap di Everest View Hotel di dekat Puncak Namche Bazaar. Rute trekking tersingkat, kok. Cuma sampai Namche Bazaar aja. Namche Bazaar dapat dicapai dengan trekking 2 hari dari Lukla. Lukla sendiri dapat dicapai dengan pesawat dari Kathmandu selama 45 menit,” jelas Katon. Ratih terdiam. Ia tidak habis pikir, harapann
last updateLast Updated : 2025-02-17
Read more

Bab 216

Sebagai seorang pendaki pemula, tiba di Desa Namche Bazaar pada senja hari adalah pengalaman baru yang luar biasa bagi Ratih. Di tengah napasnya yang ngos-ngosan karena jalur menanjak yang dilaluinya, ia mendongak ke cakrawala dan menatap penuh kekaguman. Saat ia mendekati desa ini, Ratih disambut oleh pemandangan luar biasa dari pegunungan Himalaya yang menjulang tinggi di sekelilingnya. Cahaya senja yang lembut memantulkan warna oranye yang biasa, tetapi yang unik, di sini cahaya sendaja sedikit memercikan semburat merah muda di puncak-puncak bersalju, Ratih sampai harus berhenti sejenak untuk menyadari semburat pink itu dan memperkirakan apa yang menyebabkan demikian. “Gletser, Neng,” bisik Katon lembut ke telinganya. “Sinar matahari yang terkena gugusan gletser jadi memantulkan warna itu.” “Maas, itu indah banget! Kiyut, tahuu,” desis Ratih tergemas-gemas. “Aku tahu. Makanya aku menghitung waktu agar kita tiba di sini saat senja. Supaya kamu bisa melihatnya,” ujar Katon. Rati
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 217

Katon tidak ingin memaksakan stamina Ratih dengan cepat-cepat membawanya naik ke EBC Nepal di ketinggian lebih dari 5000 meter dari permukaan laut. Ada proses aklimatisasi atau kemampuan organisme untuk beradaptasi dengan lingkungan yang jauh berbeda. Pada manusia, ini melibatkan perubahan dalam sistem pernapasan, kardiovaskular, dan termoregulasi. Ketika manusia berada di daerah yang tinggi tidak pernah mereka alami, mereka akan mengalami penurunan tekanan oksigen. Untuk mengatasi hal itu, tubuh akan merespon dengan meningkatkan produksi sel darah merah untuk mengangkut lebih banyak oksigen ke jaringan tubuh. Selain itu, pernapasan dan denyut jantung juga akan meningkat untuk mengimbangi penurunan ketersediaan oksigen. Singkatnya, Katon membiarkan Ratih terbiasa dengan perubahan tekanan atau suhu saat berpindah dari dataran rendah ke dataran yang lebih tinggi secara perlahan-lahan, agar menghindari resiko terpapar Altitude Sickness atau penyakit ketinggian. Sejatinya, untuk me
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

Bab 218

Ratih melepaskan pelukannya di lengan Katon, berdiri tegak dan menatap Fey dengan tatapan tajam. Ini adalah kesempatan bagi Ratih untuk menunjukkan bahwa dia bukan wanita yang bisa diremehkan begitu saja. Dia adalah pemenang sesungguhnya, Nyonya Anindito. Ada nama baik keluarga yang dibawanya. Ia harus bersikap elegan. Ratih melipat tangannya dan mendongak ke arah Fey yang jauh lebih tinggi darinya. “Aku tidak tahu Katon punya ‘cabang’ di Everest,” jawab Ratih dengan senyum yang tidak sampai ke matanya. “Tapi satu hal yang pasti, Fey. Katon tidur di kamar kami, dan hanya aku yang di sebelahnya.” Ucapannya pelan, namun sarat dengan makna. Katon tersadar dari keterkejutannya, langsung menarik lengan Ratih lebih dekat. “Fey, cukup,” katanya tegas, wajahnya mulai menunjukkan ketidaknyamanan. Fey tertawa kecil, menutup mulut dengan tangannya seakan menertawakan drama yang terjadi di depan matanya. “Santai saja, Ton. Aku cuma bercanda,” katanya, tak tampak merasa bersalah sama sekali.
last updateLast Updated : 2025-02-18
Read more

bab 219

Ratih yang berjalan duluan, membuka pintu kamar dengan kunci manual lalu masuk sambil membiarkan pintu tetap terbuka. Wajahnya ditekuk sepuluh saat melangkah masuk. Sebaliknya, Katon melangkah masuk dengan senyum tersembunyi, menutup perlahan pintu, sudah siap jika Ratih akan menghajarnya lagi. Ternyata ketika balik badan, Katon hanya melihat Ratih menjauh sambil melepas jaket tebalnya dan bergerak naik ke tempat tidur. Katon menghela napas sedikit kecewa. Ia berjalan menjauhi pintu dan mendekat ke ruang tengah tempat ranjang mereka berada. “Sudah makan, Neng?” tanyanya lembut sambil melepas jaketnya juga dan meletakkan terlipat rapi di sebelah jaket Ratih. Sang istri mendengus sekalan membuang muka. “Nungguin kamu? Asam lambung yang ada!” jawab Ratih judes. “Iya, sih ....” Katon berkata perlahan. “Kenapa gak minta masuk? Kenapa malah hang out sama orang-orang ga jelas?!” tanya Ratih masih dengan kejudesan yang sama levelnya. Katon menatap heran. “Kamu melarangku masuk, Neng. Ak
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more

Bab 220

Pagi itu, sinar matahari menyelinap melalui celah-celah tirai tipis jendela hotel membangunkan Katon dari tidur lelapnya. Ia masih memeluk Ratih yang meringkuk kedinginan. Ia berbaring sejenak, berusaha beradaptasi dengan suhu dingin yang melingkupi Namche Bazaar di ketinggian lebih dari 3.400 meter di atas permukaan air laut. Perlahan ia melepaskan Ratih dan berbalik. Melihat Ratih masih terlelap, Katon bangkit dari tempat tidur dengan hati-hati dan menutupkan selimut rapat-rapat ke tubuh istrinya. Setelah mengenakan jaket tebalnya, Katon membuka tirai dan memandang keluar jendela. Namche Bazaar terlihat tenang pagi itu, deretan bangunan berwarna cerah tersebar di lereng gunung yang curam, dan para pendaki serta penduduk lokal mulai memenuhi jalanan menuju pasar. Hari ini adalah Sabtu, hari di mana pasar besar Namche Bazaar digelar, menarik para pedagang dari seluruh penjuru Khumbu. “Pagi.” Suara Ratih memecah keheningan. Dia terbangun dan menatap ke arah Katon. Sudah tidak ada je
last updateLast Updated : 2025-02-19
Read more
PREV
1
...
202122232425
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status