Home / Urban / PLAYBOY KENA BATUNYA / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of PLAYBOY KENA BATUNYA: Chapter 181 - Chapter 190

244 Chapters

Bab 181 Malam Pertama

Katon mengemasi peralatan makan mereka secepat kilat. Lalu membersihkan tempat tidur dengan seksama. Ratih yang berdiri menjauhi tempat tidur, menatapnya sambil terkikik geli. Ketika sudah bersih semua, Katon segera menerjang ke arah Ratih. Secepat kilat wanita itu memasang kuda-kuda dan meluruskan kaki kanannya. Telapak kakinya mencapai dada Katon dan menahan pria itu. “Neng?” Katon keheranan dan nyaris menerima hal ini sebagai tantangan bertempur. Tangannya sudah hampir menepis sekaligus membanting Ratih ke atas tempat tidur jika tidak tergoda dengan paha mulus istrinya yang tersibak, sekaligus pertigaan yang ... Ah! Tapi, ‘kan ini istrinya sedang bersiaga dengan kuda-kuda! “Mandi dulu, Mas. Segarkan dirimu dulu, aku tidak mau memeluk bekas orang dan bekas aroma steak!” desis Ratih. Katon memutar matanya, memahami ‘bekas orang’ yang dimaksud Ratih adalah pelukan dari keluarga dan para tamu undangan. “Banyak sekali syarat untuk menidurimu, Neng?!” “Itu baru satu syarat. Selain tu
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 182 MP Part 2

Dua napas memburu. Dua tubuh bersatu. Katon berada di atas dan mengungkung Ratih yang tak berdaya di bawahnya. Rambut panjang Ratih bertebaran di atas bantal, wajahnya merona dan matanya sayu, membuat Katon makin menggila rasanya. Satu tangan Katon meringkus kedua tangan Ratih dan menahan di atas kepalanya. Sementara satu tangan yang lain meremas satu paha Ratih yang selalu berusaha mengatup. “Perih, Mas.” Ratih memejamkan mata dan mengerutkan dahi saat wajah Katon yang menyala begitu dekat dengan wajahnya. Desir napas Katon menyapu, membuat Ratih enggan membuka mata karena ingin menikmati harumnya. Mata Katon yang membara berusaha mencari mata Ratih karena ia ingin mengikat pandangan wanita itu. Tetapi sang istri malah memilih memejamkan mata. Katon tidak suka pasangannya menutup mata saat ia berkuasa. Namun, kali ini berbeda. Karena Ratih tampak menderita. Alih-alih memaksa sang wanita membuka mata, ia memilih berhenti bergerak dan Ratih mengembuskan napas lega seolah berhenti mend
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 183

Entah berapa kali mereka bermain. Ratih yang baru pertama kali melakukan aktifitas tersebut, dengan berani menerima perihnya dan menantang Katon untuk lagi dan lagi mengulang demi rasa yang enak saja, karena perih makin lama makin hilang. Sedangkan Katon yang telah lama berpuasa, seolah menemukan oase di tengah gurun kering cinta. Emosinya meluap dan meluber hanya untuk Ratih seorang. Membimbing wanita yang berstatus istri ke batas yang mereka buat sendiri, lalu melampauinya berdua. Selalu Ratih berkali-kali barulah Katon yang menemaninya di puncak. Mereka baru sadar untuk berhenti ketika pintu kamar mereka diketuk perlahan, “Ton, Tih, ibadah Minggu jam berapa? Kami berangkat dulu, ya?” Suara Arini membuat dua tubuh yang sedang membelit, kedua tangan dan kaki kehilangan kepemilikan karena saling merangkai satu sama lain, spontan berhenti bergerak. Ratih menutup mulutnya dari suara nakal yang sedari dinihari ia nyanyikan untuk Katon sedangkan Katon membeku menatap Ratih. Mata dan mat
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 184

Katon dan Ratih mengikuti ibadah hari Minggu yang dimulai pukul setengah sebelas. Mereka tiba di gereja tempat melangsungkan pernikahan, lima belas menit sebelum ibadah dimulai. Ktika turun dari mobil, tampak Ratih mulai tidak nyaman melangkah. Katon segera tiba di sisi Ratih dan menyerahkan lengannya, “Masih sesakit itukah?” tanyanya perhatian. “Bukan sakit. Tidak nyaman. Seperti kebas dan tebal?” Ratih menjawab sambil mencoba mengenali rasanya. “Bengkak?” Katon bertanya kepada Ratih tetapi pandangannya ke titik di antara dua kaki istrinya. “Mas Katon!” desis Ratih mengingatkan. Katon yang tinggi menjulang jadi tampak mencolok kalau agak menunduk dan menatap lekat-lekat area situ. Katon jadi sadar sendiri kalau secara tidak sengaja sudah melecehkan istrinya. Sambil tertawa meminta maaf, Katon mulai melangkah dan menarik lengannya. Maka Ratih yang menempel di sana tereret ikut melangkah. Mereka memasuki gereja bersama dengan ratusan jemaat lain. Para pelayan kudus yang mengenali
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 185

Katon dan Ratih pergi ke Aljazair hanya berdua di hari Jumat. Sengaja tidak memakai fasilitas milik Satria, mereka berdua menggunakan pesawat terbang komersil. Rencana perjalanan bisnis selama satu minggu dan memanfaatkan akhir pekan yang sesaat sebagai bulan madu kecil-kecilan, membuat mereka tidak banyak membawa bagasi. Hanya dua koper besar dan satu ransel yang semuanya dibawa oleh Katon menggunakan trolley, membebaskan istrinya yang masih muda dan cantik berjalan anggun di sisinya hanya membawa satu tas yang berisi keperluan pribadinya sendiri. “Berapa lama penerbangan, Mas?” tanyanya ceria. Bagaimana tidak, satu minggu setelah menikah, baru dia bisa menghabiskan 24 jam berdua saja bersama sang suami. Ah, abaikan penumpang yang lain. Katon mendorong trolley dengan satu tangan karena ia butuh melihat jam tangan di pergelangan sebelum menjawab pertanyaan istrinya, “25 jam lebih? Kita akan tiba di Aljazair pukul dua siang hari Sabtu.” “Wah, perjalanan terjauh yang pernah aku lal
last updateLast Updated : 2025-02-07
Read more

Bab 186 Aljazair

Katon menatap ponselnya dengan wajah heran. Apakah Ratih kehabisan daya seluler? Sekali lagi ia mencoba mendial dan segera tersambung ke kotak suara. Tanpa menunggu lebih lama dan tidak perlu memperhitungkan waktu yang berbeda, Katon segera menghubungi Grand-mère Evita. “Hei, pengantin baru. Sedang bulan madu, ya? Mau mampir Riquewihr?” sapa Evita manis, setelah Katon mendengar tiga kali dering tanda sambung. “Grand-mère, tolong cek posisi Ratih. Apakah dia masih di dalam Bandar Udara Houari Boumediene?” tanya Katon, wajah dan tangannya menghadap ke arah supir taksi dan memintanya untuk bersabar beberapa saat lagi. “Algiers? Kau berada di Aljazair? Aaah, perjalanan bisnis ya? Dasar Satria! Dia sama saja dengan Andrew, padahal ....” “Grand-mère, please? Posisi Ratih?” Katon memotong ceriwisnya Evita. “Ah, ya! Tunggu sebentar. Kamu sudah mengaktifkan GPS di ponsel Ratih?” Evita bertanya sambil melakukan sesuatu. Karena Katon mendengar suara Manu di belakang Evita dan juga ketukan j
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 187 Misi Penyelamatan Ratih

“Ton! Tunggu, kita berangkat sama-sama!” kejar Francesca sambil menyeret Giovanni yang melap mulut sambil menahan tawa. Bab El Kantara, terletak di sudut Kota Konstantinus. Sebuah distrik paling kumuh dan kelam. Lingkungan kuno ini, punya lorong-lorong berliku dan fasad-fasad yang retak, pusat kejahatan dan bukti tingginya angka kriminalitas di sini. Untuk menuju ke area ini, Katon dan dua rekannya harus melewati sebuah jembatan tua dengan nama yang sama. Jembatan batu yang melengkung di atas Sungai Rhumel. Saat matahari merosot, bayangan jembatan melintasi air yang mengalir. Seharusnya indah, tetapi tidak hari ini. Karena semua gelap bagi Katon. Giovanni mengemudikan sebuah pick up berwarna hijau tua yang sudah mulai memudar warna utamanya. Di bak belakang yang panjang, membawa dua sepeda motor bertutupkan terpal biru gelap. Katon yang duduk di dekat pintu, dipisahkan Francesca yang berada di tengah, menatap kalut ke arah kota yang lusuh dan separuh gelap. “Aku akan berhenti satu
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 188

“Buddy, aku tidak akan menganggumu, oke?” desis Katon lembut ke arah dua dobberman tersebut. Posisinya masih sama, berjongkok karena baru mendarat. Kedua anjing penjaga itu juga tetap menggeram dan memamerkan taring-taring mereka yang berselimut liur. “Aku mau saja memberikan lenganku untukmu, Nak. Tetapi aku harus menyelamatkan istriku. Susah jika berbagi daging denganmu dulu,” rayu Katon perlahan, ia memutar jongkoknya dan sekarang menghadap ke dua ekor dobberman sambil mengulurkan kedua tangan tanpa keinginan mendominasi. Geraman kembali terdengar. Dan mendadak suara keributan terdengar di ruang depan. Kedua anjing itu menegakkan kepala sekaligus kedua telinganya, melupakan Katon sesaat, menatap ke arah asal suara. “Shit! Sesa sudah memulai pestanya,” geram Katon. Ia khawatir keramaian itu akan mengundang perhatian. Katon harus bergerak lebih cepat. “See you later, boys!” Katon melesat berlari dan dengan segera kedua anjing mengejar kakinya. Berlomba dengan maut, Katon menggeba
last updateLast Updated : 2025-02-08
Read more

Bab 189

Suara letusan pistol beradu dengan dentang besi yang mencelat patah terdengar nyaring di ruangan ini. Dan Katon semakin khawatir karena Ratih tidak bergerak dengan segala keributan yang menggema ini. Katon mendobrak pintu lalu berlari masuk dan meraih tubuh lemas istrinya. “Ratih!” panggilnya berkali-kali tetapi istrinya tidak merespon. Matanya tetap terpejam dengan rapat. Katon mengendus tubuh Ratih dan mengenali bau kimia yang kuat di antara keringat dan parfum Ratih. Istrinya dicekoki sesuatu hingga tak sadarkan diri. Katon mengangkat tubuh Ratih ke pelukannya dan membawa keluar kamar. Baru dua langkah keluar dari sel bau itu. Tiga pria muncul dan menodongkan senjata. Katon kembali berlari masuk ke dalam sel ketika peluru memberondong sekaligus menghantam dinding disekitarnya. Ratih mengerang karena bahunya terbentur kusen pintu saat Katon cepat-cepat masuk tadi. Tetapi matanya masih terpejam meskipun sekarang bibirnya terbuka. “Maafkan aku, Sayang,” bisik Katon sedih, terpaksa
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more

Bab 190

Ratih sudah ada di gendongan Katon kembali saat ia berjalan menuju pick up. Ia meletakkan Ratih di jok samping dan berjalan memutari bagian depan mobil menuju sisi pengemudi saat Gio dan Sesa telah melenyapkan diri dengan dua motor. Katon masuk dan menyalakan mesin, ia menutupi tubuh Ratih yang pingsan dengan selimut yang ada di belakang jok pengemudi dan mengendarai mobil dengan santai meski berpapasan dengan banyak mobil polisi dan satu ambulance. Seorang polisi lalu lintas yang mengatur jalan dan merupakan bagian dari polisi yang mengepung tempat tinggal Belkacem, malah membukakan jalan untuk pick up lusuh berwarna hijau dengan kerak berkarat di bagian bawah yang ditumpangi Katon. Segera saja pria itu mengarahkan mobilnya ke jembatan El Kantara da kembali menuju ke pusat kota yang lebih beradab. Ponsel Katon bergetar dan ia mengeluarkan tanpa melepas kemudi. “Hm.” “Langsung ke hotelmu, Ton!” Suara Giovanni memecah dari balik ponsel di antara deru angin sekitarnya. “Aku butuh
last updateLast Updated : 2025-02-09
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
25
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status