Home / Urban / PLAYBOY KENA BATUNYA / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of PLAYBOY KENA BATUNYA: Chapter 161 - Chapter 170

244 Chapters

Bab 161

“Indah, bukan?” bisik Katon ikut menatap pemandangan di luar. Santorini memang menjadi salah satu tujuan favoritnya. Lebih menyenangkan karena kali ini bersama kekasih hati. Ratih mengangguk tanpa melepas pandangan dari luar. “Kita akan memasuki area kota sebentar lagi,” bisik Katon kembali. Ketika bus mulai mendekati Fira, ibu kota Santorini, jalan-jalan sempit mengungkapkan keindahan tersembunyi seperti kafe-kafe yang manis, toko-toko butik, dan arsitektur tradisional. Akhirnya, mereka tiba di Athina Luxury Suites, penginapan yang terkenal dengan pemandangan matahari terbenam yang melegenda, dan kolam renang tak berujung sehingga tampak menyatu dengan laut. Mereka tinggal di banyak kamar yang saling disambungkan dengan tangga berundak di balkonnya yang menghadap ke laut lepas. Masing-masing balkon memiliki teras luas dan kolam renang mungil. Tempat strategis untuk berjemur. Arini tentu saja menempatkan Ratih satu suite yang memiliki dua kamar bersama Lorna dan Cia. Sedangkan Ka
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 162

Katon mengobarkan cintanya tanpa ragu. Ia meremas, memaksa masuk dan menekankan pada Ratih, dialah yang berkuasa atas wanita itu. Ratih duduk tak berdaya dalam pangkuannya dan hanya mengikuti gerak liar yang diciptakan Katon. Kedua lengan Katon membelenggu pinggang dan leher belakangnya. Apa yang bisa dilakukan Ratih selain menari bersama pasangannya dan mengalungkan lengan ke leher Katon demi tenggelam lebih dalam? “Kalian mau kami pindah dari kamar ini?” suara Cia yang memecah suara kecap bibir Katon dan Ratih, mengejutkan tunangan Katon yang memaksa memutus sambungan mereka. Wajahnya merah dan napasnya terengah. Ratih memilih memejamkan mata daripada melihat kenyataan kalau dirinya telah menjadi tontonan. Katon mengembuskan napas kesal dan mengistirahatkan kepalanya di dada Ratih. “Enggak usah pake ngomong, brengsek. Langsung minggat saja,” keluhnya sebal. “Oh, gitu. Oke. Ayuk Cia, kita tidur di kamar Katon,” ajak Lorna pengertian. Ratih yang panik segera beranjak berdiri. Namu
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 163

“Ssshhhh!!” Rosalind menghentikan kalimat Morgan saat Ratih datang menghampirinya. “Apa yang bisa aku bantu?” tanya Ratih sambil melihat ke sekitar. “Temani kakakku, perhatikan setiap ekspresi dan gestur tubuhnya. Rusuknya sedang masa pemulihan, aku khawatir dia memaksakan diri,“ jawab Rosalind mengusir Ratih kembali ke sisi Katon yang saat itu sedang bercakap dengan Zoya dan Aaliyah. Ratih bergegas menghampiri Katon yang sedang beramah tamah dengan Zoya. Entah mentertawakan apa mereka ketika berbincang sambil berdiri, Katon tampak menjulang di dekat Zoya dan Aaliyah. Ratih yang mendekat segera meraih dan memeluk lengan Katon sementara tangan yang lain ia letakkan di depan dada kekasihnya. Sepertinya mesra, sebenarnya Ratih meraba dan memeriksa letak perban yang masih membebat dada pria itu. “Nah, ini dia si bintang. Siapa sangka sekarang bertekuk lutut sama Katon sampai rela cuti kuliah,” goda Zoya. “Kak Zoyaa,” Ratih merajuk dan bermaksud melepas pelukan di lengan tunangannya,
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 164

Ratih yang histeris berlari mendekat ke tepian balkon dan melongokkan kepala melewati dinding pagar beton untuk melihat ke bawah tebing. Hatinya ikut jatuh bersama dengan tubuh Katon, demikian juga masa depannya. Bagaimana mungkin ia kehilangan Katon dengan cara setragis ini setelah semua hal mengerikan yang telah mereka lampaui. Balkon kamar Katon memang terletak di tebing tinggi dan menjorok ke laut. Mata Ratih membeliak penuh dengan air mata berusaha menemukan tubuh tunangannya, seburuk apapun kondisinya. Dan, Katon ada dua lantai di bawahnya. Telentang nyaman di atas jaring pengaman berwarna perak yang berkilauan ditimpa cahaya matahari. Seluruh tepian jaring pengaman itu terdiri atas kertas hitam dan berbagai huruf putih di atasnya yang terbaca, ‘Ratih, will you marry me?’ Katon telentang dengan senyum lebar, luar biasa tampan, sehat dan selamat, membawa kotak cincin yang terbuka memperlihatkan kerlip biru mata cincinnya yang serasi dengan latar belakang di bawah Katon, laut A
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 165

Senja di Santorini, tak kalah indah dengan pagi dan siangnya, bahkan mungkin ini adalah momen terindah. Perpaduan magis antara alam dan sejarah. Di sini, matahari terbenam bukan hanya peristiwa alam biasa, bak karya seni yang menggugah jiwa dan mengisi hati dengan kenangan. Ketika matahari meluncur perlahan menuju cakrawala, pulau ini berubah menjadi palet warna yang menakjubkan. Lava pebble tersebar di sepanjang pantai, berkilauan di bawah sinar matahari Yunani yang hangat. Katon dan Ratih sedang duduk di haluan kapal, memandang lautan biru yang tak berujung, dan menikmati momen yang tak terlupakan. “Masih sanggup bersenang-senang denganku, Sayang?” tanya Katon ketika perlahan kapal pesiar mereka kembali bersandar di pelabuhan. “Kamu mau bawa aku ke mana?” tanya Ratih seraya mendongak pada Katon yang menempel erat di belakangnya. “Bicara tentang menikmati kehidupan malam di Santorini, kamu mungkin terkejut mendengar tempatnya itu bisa menyaingi pulau-pulau tetangga Ios dan Mykono
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 166 (Warning)

Katon kembali meletakkan Ratih di pangkuannya. Kali ini, ia tidak perlu membelenggu karena Ratih duduk dengan patuh. Ia menyibak rambut Ratih dengan lembut, melewati bahunya yang terbuka. Katon mengirimkan ciuman kasih ke bahu itu lalu beranjak ke leher kekasihnya, meninggalkan kecupan di sana. Tangan Katon bergerak perlahan ke belakang leher Ratih dan memainkan satu-satunya kancing di sana. Dengan tangan yang lain, ia menggoda setiap inci kulit wanitanya. Ratih menahan napas. Wanita itu tahu, kalau satu kancing itu terlepas dari kaitannya, gaunnya tidak memiliki penahan lagi dan akan meluncur ke bawah. “Bolehkah aku?” tanya Katon dengan jemari bermain-main di kancing itu. Ratih memikirkan kondisinya, ia masih memakai penutup dada tanpa tali, sepertinya oke. Toh, Katon sudah pernah melihat bentuknya di Barcelona dan Amazon. Ratih mengangguk pelan. Sekali jentik, kancing itu terlepas. Gaun Ratih melorot kebawah dan berkumpul di perutnya. Menampakan dua bentuk indah yang separuh tert
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 167

Pagi yang berbeda dihadapi Katon ketika ia bangun. Ritual pagi bagi lelaki kali ini sangat berat karena godaan di sampingnya. Ratih tidur dengan kaus menyingkap dan memeluknya seperti guling. “Shit!” Katon memaki. Sudahlah semalam ia tertolak secara sepihak, sepagi ini sudah menghadapi godaan begitu berat. “Mending kalau dia mau dipake! Menolak tapi modelan tidurnya begini,” keluh Katon sembari membenahi kaus Ratih. Wanita itu mendesah dalam tidurnya dan berganti posisi, berpaling dan membelakangi Katon, kembali mengekspos punggungnya yang mulus dengan pinggang kecil menggoda. Sekali lagi Katon menarik napas sambil menarik kaus Ratih. Pria itu duduk dan memutar lengannya. Berusaha menemukan keanehan atau rasa tidak nyaman di tubuhnya. Ketika ia merasa baik-baik saja, perlahan Katon meraih kembali kemeja dan mengenakannya sambil berjalan menuju balkon kamar Ratih. Ia memilih untuk mandi di kamarnya sendiri. Ketika Ratih bangun selang beberapa lama kemudian, ia spontan meraba sisi la
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 168

“Enggak. Bayar kopinya, Mas. Ayo lanjut lagi,” kata Ratih cuek dan meninggalkan Katon yang mengeluh untuk membayar tagihan kopi mereka. Mereka melanjutkan perjalanan. Jalanan menanjak, dan mereka harus mendorong sepeda mereka. Tapi setiap kali mereka sampai di puncak bukit, pemandangan yang menanti mereka membuat semua lelah terbayar. Laut biru yang tak berujung, rumah-rumah putih yang berjejer di tebing, dan langit biru yang terang. “Ke sana, mau?” tawar Katon sambil menunjuk ke arah bawah. Ratih mengingatnya sebagai salah satu laut yang dilewati kapal pesiar mereka kemarin. “Ayok!” Ratih menjawab tantangan Katon. Sepeda mereka meluncur ke bawah, saling berkejaran. Saat matahari semakin tinggi di langit, mereka berhenti di pantai merah yang terkenal. Pasirnya seperti debu bintang, dan airnya sejuk. Katon dan Ratih berhenti dan memarkirkan sepedanya, insting membawa mereka melepaskan sepatu dan berjalan dengan kakitelanjang di tepi pantai, merasakan pasir tergerus diantara jari
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 169

Satu minggu sudah Katon berada di Jakarta. Selama itu pula ia tidak bertemu dengan Ratih. Mereka terakhir bertemu saat mendarat di Jakarta dan Katon mengantarkan kekasihnya pulang ke rumah orang tuanya. Ia sendiri tinggal di rumah industri. Berada satu atap dengan Satria berarti kerja keras. Selama seminggu, Katon yang sudah terikat janji akan lebih berkontribusi dengan perusahaan keluarga sekarang menjabat sebagai wakil sementara Satria. Satria Anindito telah menerbitkan surat kuasa, selama belum ada pergantian posisi di C-Level, selama itu pula Katon akan menjabat sebagai wakil direktur utama. Tugas yang selama ini tidak ada dan menjadi kontroversi karena “Anak papa” sudah kembali dan diharuskan bekerja. Oleh karena itu Katon bekerja mati-matian, sebaik mungkin. Untuk meredam kontroversi, ia hanya memanfaatkan jabatan Papanya sebagai pemegang saham terbesar untuk mendapat jabatan di perusahaan. Growth Earth Company bermula dari perusahaan produk makanan dan telah merambah ke bis
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more

Bab 170

“Akhirnya. Inget juga kalau punya tunangan, Mas?” sapa Ratih dengan suara sedatar wajahnya dan berjalan melewati Katon menuju ke sofa ruang tengah. Katon tersenyum masygul, karena senyum paling rupawan yang ia pasang sebelumnya, tak berbalas sama sekali. “Pagi amat datangnya. Sudah sarapan?” tanya Ratih angkuh. Bahkan duduknya pun angkuh. Ia menyalakan televisi di depannya ketika Katon mengejar dan duduk di sampingnya. “Belum, Sayang.” “Oh, malang. Aku sudah sarapan,” Kata Ratih mengejek. “Tak pelak, aku harus puasa hari ini,” kata Katon bersabar. Ratih melirik judes ke arahnya. Wajahnya tidak lagi datar, bibirnya mungilnya cemberut, mata indahnya melirik tajam. “Ayolah, Sayang. Jangan marah, aku benar-benar sibuk begitu mulai bekerja. Papa tidak memberiku kesempatan untuk bernapas,“ Katon berusaha merayu kekasihnya. “Herannya, kok masih hidup?!“ tukas Ratih, duduk bersandar dan melipat tangannya. Sudah mengarahkan pandangannya ke televisi yang menyala dengan suara sangat pela
last updateLast Updated : 2025-02-04
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
25
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status