Home / Urban / PLAYBOY KENA BATUNYA / Chapter 151 - Chapter 160

All Chapters of PLAYBOY KENA BATUNYA: Chapter 151 - Chapter 160

244 Chapters

Bab 151

Spa Amarantos atau Isvoros, terletak pada ketinggian 1.100 meter. Bangunan yang terletak di antara pinus dan cemara, ada alun-alun kecil yang indah dan indah dikelilingi oleh beberapa hotel kecil yang elegan dan kamar untuk disewakan. Sebuah restoran juga ada di sana, menyajikan makanan tradisional, dan sebuah kapel kecil yang didedikasikan untuk St. George. Ada rute pendakian dan trekking serta tempat pemandian air panas Amarantos itu sendiri. “Di sini disediakan pemandian uap termal, tapi tidak ada mata air yang melepaskan air panas, atau lumpur untuk perawatan tubuh, yang ada retakan di batu besar tempat udara panas dan uap keluar. Itu membuat pemandian Amarantos unik dalam jenisnya,” kata Rosalind kepada Ratih ketika mereka memasuki bangunan yang merupakan lobi dan ada konter ruang registrasi berisi dua gadis muda yang menyambut mereka dengan ramah. “Batu itu memiliki 15 celah dari mana uap panas keluar. Di tempat pemandiannya, ada fasilitas modern, dengan pemandian individu ya
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 152

“Stuart juga dikejar oleh mereka,” kata Morgan dalam Bahasa Indonesia yang lancar. Katon tidak sempat mengagumi atau heran dengan Bahasa Indonesia Morgan. Tentu ia belajar dari Rosalind. Dan Katon mengerti tujuan menggunakan Bahasa Indonesia agar dua pria di depannya tidak paham pembicaraan mereka. “Berarti bisa jadi, Cia juga dikejar,” bisik Katon dalam bahasa yang sama. “Stuart menyuruh kita lari,” bisik Morgan dan kakinya sedikit bergeser mencoba mencari celah dari dua pria perlente di depannya. Katon bergerak sistematis ke arah yang berbeda. “Maaf, Tuan-Tuan. Tidak ada informasi yang bisa aku bagikan tentang Malik Albani. Urusanku dengannya berakhir di Tangier,“ kata Morgan santai, kembali dalam Bahasa Inggris. “Tetapi, laporan terakhir dari pengawas kami. Malik Albani mendatangi Kairo untuk bertemu dengan Anda. Kami butuh informasi itu,” ujar si pria perlente. Katon segera mengingat informasi kecil dari Stuart. Malik Albani adalah anak dari mafia Maroko dan tampaknya keluarg
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 153

Mereka berdua berderap menuju ke pintu penghubung antara lobi dan kamar-kamar perawatan. Baru saja Katon membuka pintunya, angin yang mendesir membawa suara yang dikenali Katon karena ia pernah mendengarnya. Suara desingan rungu menembus angin. “Menunduk!” Reflek Katon mengatakan tindakannya kepada Morgan yang dengan cekatan mengikuti Katon. Sebuah rungu lewat di atas kepala mereka, melingkar-lingkar mengerikan menembus udara dan lolos ke lobi hanya untuk menghajar patung seorang dewi yang berada di tengah lobi hingga pecah berkeping. Morgan setengah berjongkok, meletuskan pistolnya ke arah pria yang akan melayangkan rungu kedua. Dor! Pria tersebut tersungkur. Suara letusan pistol Morgan, mengundang kawanan yang lain keluar dari kamar-kamar perawatan di dalam. Morgan yang hendak meletuskan pistolnya lagi ditahan oleh Katon. “Jangan menimbulkan kerusakan terlalu banyak, kita orang asing di sini. Mereka tidak bersenjata api. Lumpuhkan saja!” desis Katon dan Morgan mengangguk. Lima
last updateLast Updated : 2025-02-01
Read more

Bab 154

Ada dua lubang tembakan di punggung Katon, sumber dari segala basah di lantai yang merembes hingga mengotori jubah spa milik Ratih. Rosalind meraih tubuh kakaknya dan menyeret minggir agar tidak menindih Ratih. Tunangan Katon sadar dan baik-baik saja. Matanya melotot ngeri dan napasnya keluar satu-satu, tubuhnya gemetar hebat. Ia menatap ke arah Rosalind yang sibuk memeriksa kakaknya sambil menangis tersedu-sedu. Ratih yang tergoncang, tidak bisa melakukan apapun. Dia shock karena badannya bisa merasakan dua peluru menembus tubuh tunangannya. Ditambah lagi, cairan pekat Katon yang menggenangi sekitarnya membuat Ratih semakin trauma. Ratih sadar sepenuhnya, Katon bertindak sebagai perisai untuknya. Morgan ikut mendekat dan memeriksa tulang belakang maupun leher Katon dan saat mengetahui kalau dua peluru yang menembus punggungnya tidak melukai tulang belakang, Morgan membalikkan Katon dengan kekuatan penuh lalu menyanggah tubuh sahabatnya. Pria itu sadar sepenuhnya, tetapi tidak bisa
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 155

Dokter jaga yang menjelaskan tentang kondisi Katon kepada tiga orang babak belur yang menunggu di ruang tunggu, agak merasa heran dengan kondisi mereka. Apalagi setelah itu, ketiganya menolak untuk dirawat dan malah sibuk mengantri ponsel Morgan untuk memberi kabar keluarga masing-masing. Baik ponsel Rosalind maupun Ratih, tertinggal di lemari penyimpanan Spa Amarantos bersama dengan pakaian mereka. Ketiganya hanya berpindah dari ruang tunggu UGD ke ruang tunggu operasi. Menjelang fajar, pintu ruang operasi terbuka dan dokter kepala operasi yang berprofesi sebagai spesialis internis keluar dan segera disambut oleh Ratih, Morgan dan Rosalind. “Tuan Tenan berhasil melewati masa kritis. Dia seorang pejuang dan tidak menyerah. Kami bersyukur atas CPR Tuan Maxwell yang menyelamatkan Tuan Tenan untuk kali pertama dan informasi penting tentang CIPA-nya. Saat ini Tuan Tenan sedang berada di ruang pemulihan dan satu jam dari sekarang akan dibawa ke ICU untuk pengawasan lebih lanjut,” kata d
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 156

Katon dirawat intensif selama seminggu di ICU. Ketika masa kritisnya lewat dan ia diperbolehkan pindah ke kamar rawat inap VVIP. akan tetapi, Katon masih belum juga sadarkan diri. The Collins menyewa dua kamar VVIP untuk menemani Katon. Hanya ada The Collins, The Deisle dan para bodyguard. Ratih diijinkan ada bersama keluarga karena ia tunangan Katon. Lily bahkan membolos sekolah demi menunggui kakak sulungnya dan mengerjakan tugas-tugas sekolah melalui daring. Kedua orang tua Ratih sudah bertolak ke Paris untuk mengurus ijin cuti kuliah putrinya dan kembali ke Indonesia setelah mengurus segala keperluan. Sampai dengan hari ketiga menghuni kamar inap VVIP. Katon tidak kunjung sadar dari komanya. “Bagaimana, Dok? Apa yang terjadi pada putera kami?” tanya Satria. Ia sungguh khawatir Katon terlampaui golden time nya dan hal itu memperburuk kondisinya saat pria itu tidak sadarkan diri. Satria sedang berhadapan dengan Dokter Internis spesialis CIPA yang merawat Katon, Dr. Calix Apollo T
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 157

Ratih menghela napas berat. Ia tidak bisa menyalahkan Morgan begitu saja. Apapun bisa terjadi pada perang. Sebagai mahasiswi sosial psikologi, Ratih sangat paham akan hal tersebut. Meratapi kejadian yang sudah lewat tidak penting lagi. Sekarang bagaimana menata hidup kedepan. “Setidaknya, mulai sekarang. Berhentilah kalian menyia-nyiakan hidup,” katanya pelan. Bahkan saat ini, Ratih ingin sekali menjewer telinga Katon. “Well, katakan itu padanya kalau dia sudah bangun,” kata Morgan pelan. Matanya menunjuk pada Katon di atas tempat tidur. “Tidak hanya mengatakan. Aku akan melakukannya.” Ratih sungguh bertekad dengan kalimatnya. “Melakukan apa?” tanya Morgan bingung. Ratih mendengkus. “Memenjara dan memborgolnya jika perlu!” desisnya kejam. Morgan jadi tidak bisa menahan dengusan tawanya. “Yeah, sepertinya Katon menemui batunya sekarang. Tidak sabar melihat dia jadi pria rumahan,” kekeh Morgan. “Jika dia mau bangun,” desis Ratih kesal dan berdiri meninggalkan Morgan untuk berada
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 158

“Nyonya Anindito?” Dokter Intern tersebut mencari Arini selaku wali keluarga Katon. “Ma-mama mertua saya pingsan, Dok. Tolong jelaskan kepada saya,” pinta Ratih terbata. Kedua tangannya mengait di depan dada dengan jemari saling meremas saking kalutnya. Matanya berkali-kali melirik lagi ke arah Katon yang masih dibenahi baju pasiennya kembali oleh perawat di dekatnya. “Tuan Tenan baru saja mengalami serangan jantung. Tetapi kami berhasil menstabilkan kembali. Seperti yang bisa Nona lihat, indikator kehidupannya sudah kembali normal. Kami akan tetap memantau setiap 30 menit sekali hingga kestabilannya kontinyu,” jelas dokter intern tersebut kepada Ratih yang mengangguk-anggup paham sekaligus tidak sabar ingin segera mendekati Katon. Nyatanya, ia sibuk menerima penjelasan dari Dokter Intern tentang kondisi Katon dan Morgan yang lebih dahulu mencapai sahabatnya dan meraih tangan Katon seolah akan mengajak panco tetapi hanya meremasnya dengan kuat. Wajah Morgan berbinar senang. “Aku t
last updateLast Updated : 2025-02-02
Read more

Bab 159

Beberapa jam setelah sadar dari koma, kondisi Katon perlahan semakin baik dan stabil. Ia sudah diperbolehkan melepas selang oksigen karena saturasi sudah memadai dan pasien bisa bernapas mandiri. Setelah meraih kesadaran penuh dan bisa menjawab semua pertanyaan dokter dengan baik, Dokter Calix memutuskan tidak ada kelainan di badan Katon, dan telah melewati fase kritis. Hanya menunggu penyembuhan dari cedera tulang rusuk saja. Satria yang terlambat diberitahu tentang perkembangan baru kondisi Katon, sudah telanjur terbang dan hanya bisa transit di Doha, Qatar. Arini yang sudah bisa tertawa, sekarang berbicara dengan Rosalind yang lagi-lagi tidak bisa meninggalkan perusahaannya. Arini mentertawakan Satria yang terjebak pada penerbangan tidak berguna. “Sudahlah, biar kusuruh Papa tetap lanjut ke Greece saja,” kata Rosalind. “Lho jangan! Nanti kalau ketemu, Mama malah diomelin,” keluh Arini. “Biarin! Mama selalu begitu kalau urusan tentang Mas. Papa diabaikan. Mas sudah ada Mbak Rati
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more

Bab 160

Satria tiba di General Hospital of Loannina satu hari selang serangan jantung Katon. Ia masuk ke kamar VVIP putranya di pagi-pagi buta. Segera ia menemukan Morgan yang tidur di sofa dengan televisi menyala tanpa suara. Ratih yang tidur di samping Katon, bergelung seperti kucing tampak mungil di sebelah Katon yang bertubuh tinggi dan kekar. Satria membiarkan bodyguard yang berjaga di luar yang menutup pintu saat ia mengendap masuk ke ruangan sebelah mencari istri mungilnya. Arini masih tertidur dan kelihatan jika lelah sekali. Bagaimanapun fasilitas disediakan di rawat inap VVIP, tetap saja tidak bisa membuat penghuninya beristirahat dengan nyaman. Satria melepas sepatu dan naik ke tempat tidur untuk memeluk istrinya. Arini tergeragap bangun. “Hei, hei, ini suamimu,” bisik Satria. “Tria! Bikin kaget!” desisnya dengan suara mengantuk. Tetapi walaupun protes, Arini langsung bersandar ke tubuh Satria seolah Satria adalah lubang puzzle yang pas untuknya. Arini segera terlelap lebih ten
last updateLast Updated : 2025-02-03
Read more
PREV
1
...
1415161718
...
25
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status