Semua Bab Penakluk Sihir Iblis : Bab 21 - Bab 30

173 Bab

Kakak Beradik Jian Di Kota Lanyin

Arc 2. PUSARAN KENANGANTahun ke-8 Jing, Kekaisaran Bìxiāo, Dermaga Kota LanyinSerombongan anak muda berusia antara lima belas hingga delapan belas tahun melompat kegirangan dari perahu yang baru saja merapat ke dermaga. Tawa riang dan sorak gembira mengiringi langkah mereka, sementara beberapa di antaranya terhuyung, tampak mabuk akibat perjalanan panjang melintasi air yang bergelombang.Di antara hiruk-pikuk itu, suara riang Jian Huànyǐng terdengar paling lantang. Bahkan sebelum kakinya menjejak daratan. Dia melompat turun dari perahu dengan lincah, tanpa peduli tatapan heran dari beberapa orang yang terganggu oleh tingkahnya."Huànyǐng, ingat! Kau harus selalu menjaga sikap selama di sini!" Seorang gadis yang juga baru turun dari perahu, memperingatkan pemuda itu.Dia adalah Jian Xia, Nona Muda Pertama Jian dari Klan Jian Sekte Pemecah Langit. Dengan hanfu ungu muda yang melayang lembut di udara dan ikat pinggang ungu tua yang menjunt
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-27
Baca selengkapnya

Restoran Baili

Restoran Baili berdiri megah di tepi Sungai Ungu Gelap, sungai yang membelah Kota Lanyin sebelum berakhir di Danau Hitam. Airnya memantulkan warna ungu lembut, berasal dari kelopak-kelopak bunga wisteria yang terbawa arus dari Lembah Wisteria. Tempat ini terkenal tidak hanya karena keindahan pemandangannya, tetapi juga masakan yang lezat, menjadikannya tujuan utama para pelancong dan penduduk kota."Dà Jiě ke sini!" Jian Huànyǐng melambaikan tangan. Suaranya riang menembus hiruk-pikuk pengunjung. Ia telah duduk di meja dekat jendela besar yang terbuka, memperlihatkan pemandangan sungai yang mengalir tenang di bawah cahaya senja.Jian Xia tersenyum kecil, langkahnya ringan saat mendekati meja bersama Jian Lei dan rombongan. Aroma khas sungai bercampur wangi masakan yang menggoda mengisi udara, menciptakan suasana nyaman di dalam restoran.Seorang pelayan tua segera menyambut mereka dengan senyuman sopan. "Selamat datang, G
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Simfoni Malam di Kota Lanyin

Jian Huànyǐng berdiri di atas atap. Matanya menyapu pemandangan luas Kota Lanyin yang tenggelam dalam keheningan malam. Udara dingin menyusup hingga ke tulang, membawa aroma samar bunga wisteria yang bermekaran di kejauhan. Namun, pikirannya tidak terfokus pada itu, melainkan pada suara seruling merdu yang terus mengalun. Memecah kesunyian malam seperti bisikan halus yang membawa kerinduan tak berwujud.Di bawah, kota yang biasanya riuh tampak seperti dunia yang berhenti bergerak. Lampu-lampu redup bersinar di antara jendela-jendela rumah, sedangkan jalanan tampak kosong, nyaris seperti lukisan yang terperangkap dalam waktu. Tapi di ujung pandangannya, di antara lembah yang diselimuti pepohonan wisteria berbunga lebat, terlihat air terjun yang memantulkan sinar rembulan. Kelap-kelip kunang-kunang menari di antara kelopak ungu, menambah keindahan yang hampir terasa magis.“Dari arah sana…” gumamnya perlahan. Suara seruling itu berasal dari dekat sungai yang mengalir
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Melodi Surgawi Di Sungai Ungu Gelap

Cukup lama Jian Huànyǐng terpesona oleh alunan guqin yang merdu itu. Suaranya mengalir lembut, bagaikan sungai yang mengalun tenang di malam yang sunyi, diterangi oleh sinar bulan purnama yang memantulkan cahaya keperakan di permukaan air. Pemuda yang memetik senar guqin itu seperti seorang dewa musik, memainkan melodi surgawi yang seolah datang dari alam lain, mengisi ruang dengan keindahan yang tak terlukiskan."Dia Yue Èr Gōngzǐ, Yue Tianyin Gōngzǐ." Suara lembut Baili Yunhua terdengar hampir seperti bisikan angin. Lirih, hampir tak terdengar, tetapi cukup jelas bagi Jian Huànyǐng."Ah, jadi dia salah satu dari Dewa Musik Lanyin," gumam Jian Huànyǐng, paham akan siapa yang dimaksud. Pandangannya kembali tertuju pada sosok yang duduk di bebatuan di tengah sungai berwarna keunguan itu. Namun, kini dia melihat pemuda itu berhenti memetik guqinnya, seolah menyadari bahwa keheningan malam sudah cukup untuk menenangkan jiwa.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-28
Baca selengkapnya

Surga Tersembunyi di Kota Lanyin

Sebuah gerbang sederhana berdiri anggun di bawah sinar mentari pagi. Terdiri dari dua pilar batu putih dengan ukiran wisteria ungu yang tampak hidup. Aroma manis bunga-bunga wisteria yang bergelayut di pohon-pohon tua memenuhi udara, menyambut para tamu yang baru tiba di kaki Lembah Wisteria. Di balik gerbang, anak tangga batu yang berliku naik perlahan dengan dipagari pohon-pohon wisteria. Bak sebuah lorong ungu yang indah menuju sebuah surga tersembunyi di lembah yang berada di ketinggian Kota Lanyin.Jian Xia memandang gerbang itu dengan takjub sebelum menoleh pada kakak tertuanya. “Dà Gē, kenapa kita harus singgah di Kediaman Aroma Wisteria?” tanyanya. Suaranya sedikit gemetar, kagum sekaligus penasaran pada pemandangan di sekitarnya.Jian Wei, kakak pertama mereka, tersenyum tipis. Matanya memandang barisan wisteria dengan tenang. “Selain karena jadwal kalian masuk ke Akademi Bìxiāo masih dua bulan lagi, ini kesempatan baik untuk mengh
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Pertemuan Sederhana Yang Istimewa

Jian Huànyǐng memperhatikan Baili Yunhua yang berjalan dengan langkah anggun di sampingnya. Cucu pemilik Restoran Baili itu, dengan senyum lembutnya, telah bersedia mengantarkannya menuju Kediaman Aroma Wisteria di Lembah Wisteria.Tempat itu tidak jauh dari pusat Kota Lanyin. Hanya perlu menelusuri Sungai Ungu Gelap yang membelah kota hingga mencapai lembah sunyi di ujungnya. Di lembah itu, tersembunyi keindahan Kediaman Aroma Wisteria. Tempat tinggal Klan Yue sekaligus pusat Sekte Musik Abadi yang terkenal.“Jiějie, aku mau membeli itu!” seru Jian Huànyǐng dengan mata berbinar. Pandangannya terpaku pada gula kapas putih bersih yang berputar seperti gumpalan awan di langit.“Belilah, Dìdi. Setelah sampai di Kediaman Aroma Wisteria, kau takkan menemui semua manisan dan camilan ini,” sahut Baili Yunhua sambil menepuk lengannya dengan lembut. Seolah membujuk anak kecil yang penuh semangat.Tanpa ragu, Jian Huànyǐng segera berlari ke kedai terdekat.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Sekte Atau Pemakaman ?

Jian Huànyǐng melangkah perlahan di jalan setapak berlapis batu alam, setiap injakan kakinya disambut lembut oleh gemericik air dari parit kecil di sisi jalan. Tebing-tebing batu yang menjulang kokoh di kedua sisi tampak melindungi jalannya, seperti tembok alam yang sunyi.Di sela-sela tebing itu, tumbuh bunga liar dengan warna-warna cerah, sementara di tepi parit, daun-daun hijau bergoyang mengikuti irama angin. Di kejauhan, suara kicau burung liar dan gemuruh air terjun menciptakan harmoni alam yang menenangkan.“Sepi sekali,” gumam Jian Huànyǐng, membiarkan pikirannya mengembara dalam keheningan itu.Sambil berjalan, ia mengulum tanghulu yang manis menggigit lidahnya. Satu tangannya menggenggam batang bambu tempat sisa tanghulu itu tertusuk, sementara matanya sesekali melirik ke sekeliling. Memperhatikan tiap detail jalan dengan iseng sambil bersiul pelan.Setelah menempuh perjalanan cukup lama, ia t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-29
Baca selengkapnya

Keributan Di Aula Harmoni

Sepasang mata yang dalam bak samudera biru membeku itu menatap Jian Huànyǐng dengan tajam. Pemuda berusia lima belas tahun itu bergidik ngeri. Tiba-tiba saja tengkuknya terasa sangat dingin, seolah berada di musim dingin yang menggigit.Tanghulu di tangannya kini tak lagi menggiurkan. Seperti turut membeku karena tatapan itu. Ingin dilemparkannya begitu saja, tetapi dia merasa sayang untuk membuang manisan favoritnya hanya karena sepasang mata biru cemerlang pemuda tampan yang menahan beban tubuhnya saat ini."Yue Èr Gōngzǐ?" Jian Huànyǐng bergumam dalam hati. Menyebut nama pria yang semalam dilihatnya di Sungai Ungu Gelap memainkan melodi surgawi dengan guqin-nya. Namun, tiba-tiba, sesuatu membuatnya terkejut. Seperti ada yang bergerak di belakang tubuhnya, dengan cengkeraman yang membuatnya terperangah."Aiya! Apa yang kau lakukan? Dasar mesum! Kau meremas bokongku!" Jian Huànyǐng berteriak histeris dengan nada tinggi.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Mata Ungu Yang Cantik

Yue Tiānyin berdiri di teras Shuǐyùn Tíng, Paviliun Harmoni Air, kediaman pribadinya. Tempat paling sunyi di Kediaman Aroma Wisteria. Pandangannya tertuju pada langit malam yang seolah dipenuhi samudra bintang. Bulan menggantung terang, meski masa purnama telah lewat. Sinarnya masih menerangi seluruh paviliun, memantul samar di permukaan kolam yang tenang.Dia adalah Tuan Muda Kedua Yue, murid kesayangan Hé Yùn Dàshī, guru besar dari Sekte Musik Abadi. Sejak kecil, Tiānyin selalu menjadi teladan. Sikapnya yang disiplin, bakatnya yang tiada tanding dalam seni musik, membuatnya dijuluki Dewa Musik Lanyin, bersama sang kakak, Yue Lingyin. Namun malam ini, sebuah insiden kecil meruntuhkan segala ketenangan yang selama ini ia jaga."Dasar mesum! Kau meremas bokongku!" teriakan histeris itu terus terngiang dalam benaknya.Wajahnya memanas setiap kali ia mengingatnya. Sebuah tuduhan tak masuk akal yang tak pernah terbayangkan akan ia alami.Seumur hidupn
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya

Malam Sunyi Di Kediaman Aroma Wisteria

Malam di Kediaman Aroma Wisteria terasa begitu sunyi. Tidak ada lagi kesibukan para murid sekte yang terdengar. Hanya ada desau angin malam yang membelai lembut bunga wisteria di luar jendela.Di salah satu kamar, Jian Huànyǐng dan Jian Lei duduk bersisian di depan jendela, menatap bulan yang bersinar terang di langit.“Sepi sekali,” gumam Jian Lei sambil menguap lebar. Ia menyandarkan tubuh pada kusen jendela, tampak setengah mengantuk.Jian Huànyǐng menatap kakaknya dengan sebal. Ia mendorong tubuh Jian Lei agar menjauh darinya. “Jangan menguap di dekatku! Aku tidak suka melihatmu mengantuk lebih dulu. Kalau kau tidur, siapa yang akan menemaniku begadang?”Jian Lei tertawa kecil, meski ia enggan membuka mata. “Huànyǐng, kau tidak tahu nikmatnya tidur lebih awal.”Jian Huànyǐng mendengus, melipat tangan di dada. Setelah beberapa saat ia berkata dengan nada penuh keluhan, “Bagaimana kalau kita berjalan-jalan saja? Aku bosan setengah mati
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status