Beranda / Lainnya / Luka Tak Terlihat / Bab 71 - Bab 80

Semua Bab Luka Tak Terlihat: Bab 71 - Bab 80

97 Bab

BAB 71

Aris menahan napas, tubuhnya membeku mendengar ancaman pria bersenjata itu. Danu berdiri di depannya, melindungi Aris dengan tubuhnya yang lebih besar."Jika kalian ingin dokumen ini, kalian harus melewati kami dulu," kata Danu tegas, suaranya tak gentar meskipun jumlah lawan jauh lebih banyak.Salah satu pria itu tertawa sinis. "Jangan terlalu percaya diri, Danu. Kau tahu kami tidak main-main.""Dan kalian tahu aku juga tidak pernah main-main, balas Danu, sambil menarik pistol kecil dari balik jaketnya.Dalam sekejap, ketegangan di dalam gudang semakin memuncak. Para pria bersenjata itu mulai menyebar, mengepung mereka berdua."Aris, dengarkan aku baik-baik," bisik Danu sambil melirik ke arah pintu belakang. "Saat aku memberi aba-aba, lari ke pintu itu. Jangan lihat ke belakang."Tapi bagaimana denganmu?" bisik Aris, panik."Aku akan mengurus mereka. Keselamatanmu lebih penting."Pelarian yang Penuh BahayaTiba-tiba, Danu melepaskan tembakan ke arah lampu di atas mereka, membuat ruan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

BAB 72

Suara langkah kaki di luar rumah semakin jelas terdengar. Aris menahan napas, merasakan ketegangan menggulung di dadanya. Sasa menggenggam lengannya erat, sementara Danu berdiri di dekat pintu dengan pistol di tangan, siap menghadapi siapa pun yang berada di luar sana. "Jangan bergerak sembarangan," bisik Danu. "Aku akan memeriksa." Perlahan, ia membuka pintu dengan hati-hati, hanya menyisakan celah kecil. Angin malam dingin menerpa wajahnya, namun suasana terasa mencekam. Dalam kegelapan, hanya suara jangkrik yang terdengar, bercampur dengan bayangan samar pohon yang bergerak karena angin. "Tidak ada siapa-siapa," gumamnya sambil melirik. ke kiri dan kanan. Namun, tepat saat ia hendak menutup pintu, sebuah bayangan bergerak cepat ke arahnya. Danu refleks mengangkat pistolnya, namun seseorang langsung menyerang dan mendorongnya ke belakang. Serangan Mendadak Aris dan Sasa terkejut melihat Danu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-20
Baca selengkapnya

BAB 73

Malam itu, Aris memandang foto Pak Bram yang ada di tangannya. Simbol Eleanor Group yang terpampang di latar belakang foto membuat pikirannya berkecamuk. Bagaimana bisa seorang guru baru terhubung dengan kelompok misterius yang selama ini menghantuinya? “Jangan percaya siapa pun, termasuk gurumu,” kata-kata dalam surat itu terus terngiang di benaknya. Pikirannya melayang ke kejadian-kejadian aneh belakangan ini. Andre, yang tampaknya tahu lebih banyak dari yang ia tunjukkan, dan sekarang Pak Bram, guru baru yang seolah punya agenda tersembunyi. Semuanya terasa seperti bagian dari sebuah konspirasi besar yang perlahan-lahan menjebaknya. --- Percakapan Rahasia Pagi berikutnya, Aris memutuskan untuk menceritakan hal ini kepada Sasa dan Danu. Mereka bertemu di taman kecil di dekat sekolah, tempat yang jarang dilalui orang. “Aku menemukan ini tadi malam,” kata Aris sambil menyerahkan foto dan surat itu kepada Sasa dan Danu. Danu mengerutkan kening. “Eleanor Group? Aku pernah mendeng
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

BAB 74

Aris berusaha kembali ke rutinitasnya sebagai siswa SMA meskipun pikirannya masih dipenuhi oleh misteri Eleanor Group. Pagi itu, ia berjalan memasuki gerbang sekolah dengan perasaan campur aduk. Banyak tatapan mengarah padanya—sebagian penuh rasa hormat, sebagian lain tampak curiga. Tidak sedikit gosip tentang dirinya mulai menyebar setelah ia berhasil memenangkan lomba penulisan yang mengharumkan nama sekolah.Namun, hari ini, ia tidak sempat memikirkan hal itu. Ada yang lebih mengganggu pikirannya: keberadaan Andre yang tiba-tiba muncul kembali dalam hidupnya dan peringatan dari pesan misterius yang diterimanya malam sebelumnya.---Konflik di KelasDi kelas, suasana terasa lebih ramai dari biasanya. Raka dan Sasa menyambut Aris dengan senyuman hangat, seperti biasa. Namun, tidak jauh dari mereka, Alena duduk dengan tatapan penuh dendam. Ia tidak suka melihat perhatian yang diberikan teman-temannya kepada Aris.“Aris, aku dengar kamu sedang menulis novel baru,” tanya Sasa dengan pen
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-21
Baca selengkapnya

BAB 75

Pagi itu, Aris berdiri di depan rumah orang tua kandungnya dengan ransel kecil di pundaknya. Ia menatap pintu rumah itu sekali lagi sebelum memutuskan untuk melangkah pergi. Udara dingin pagi menyambutnya, namun hatinya lebih hangat karena ia tahu bahwa keputusan ini adalah awal dari kebebasannya. --- Kembali ke Rumah Bu Siti dan Pak Rudi Langkah Aris membawanya kembali ke tempat yang selama ini ia anggap rumah sejatinya—rumah kecil milik Bu Siti dan Pak Rudi. Saat ia mengetuk pintu, Bu Siti langsung membuka dengan senyum lebar. "Aris! Kamu pulang lagi?" tanya Bu Siti, matanya berbinar-binar. Aris mengangguk. "Iya, Bu. Kalau boleh, aku mau tinggal di sini lagi." "Tentu saja boleh! Ini rumahmu juga," jawab Bu Siti tanpa ragu. Pak Rudi yang sedang membaca koran di ruang tamu menyambut Aris dengan tepukan di punggungnya. "Selamat datang kembali, Nak. Rumah ini selalu terbuka untukmu." Kelegaan memenuhi dada Aris. Untuk pertama kalinya dalam beberapa minggu terakhir, ia merasa ben
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-22
Baca selengkapnya

BAB 76

Aris tidak bisa tidur semalaman. Kata-kata Alena dan suara pria misterius itu terus terngiang di telinganya. Ia merasa semakin yakin bahwa dirinya bukan hanya menghadapi konflik biasa, melainkan permainan yang dirancang untuk menghancurkannya secara mental dan emosional.Saat pagi datang, Aris memutuskan bahwa ia tidak akan tinggal diam lagi. Ia harus mencari tahu siapa pria yang berbicara dengan Alena dan apa tujuannya. Namun, sebelum ia sempat menyusun rencana lebih jauh, sebuah kejadian tak terduga terjadi di sekolah.---Kejutan di SekolahSaat Aris memasuki gerbang sekolah, suasana terasa berbeda. Banyak siswa yang menatapnya sambil berbisik-bisik. Ia tidak memperhatikan itu sampai seorang guru menghampirinya."Aris, ikut ke ruang kepala sekolah sekarang," kata guru itu dengan nada serius.Aris merasa jantungnya berdebar. Apa yang sedang terjadi?Di ruang kepala sekolah, ia menemukan Alena sedang duduk dengan wajah berpura-pura sedih. Di sampingnya, pria yang tadi malam ia dengar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

BAB 77

Malam telah larut ketika Aris duduk sendirian di taman kota. Udara dingin menusuk tulang, tetapi rasa ingin tahunya mengalahkan segalanya. Pesan misterius yang ia terima terus terngiang-ngiang di kepalanya. Siapa pun yang ingin menemuinya malam ini pasti memiliki informasi penting. Aris memeriksa sekeliling. Taman tampak sepi, hanya terdengar suara angin yang menggoyangkan dedaunan. Ia menggenggam erat ponselnya, bersiap jika sesuatu yang buruk terjadi. Tiba-tiba, seorang pria paruh baya dengan mantel hitam muncul dari balik bayangan. Wajahnya tertutup sebagian oleh topi. "Kamu Aris, bukan?" tanya pria itu dengan suara serak. "Iya, saya Aris. Anda siapa?" tanya Aris dengan nada curiga. Pria itu tersenyum tipis. "Namaku tidak penting. Aku di sini untuk memberitahumu sesuatu tentang Eleanor Group dan keluargamu." --- Kebenaran yang Mengejutkan Pria itu duduk di bangku taman di depan Aris. Ia membuka tas kecil yang dibawanya dan mengeluarkan beberapa dokumen. "Lihat ini," katany
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-24
Baca selengkapnya

BAB 78

Aris menatap dokumen-dokumen di hadapannya. Kata-kata dalam surat Dian Prasetya masih terngiang di kepalanya. Konspirasi ini lebih dalam dari yang ia bayangkan, dan kini ia tahu bahwa Alena bukan sekadar pengganggu biasa—dia adalah bagian dari rencana besar untuk menghancurkan keluarganya. Namun, siapa pria di foto bersama Alena dan Dian? Wajah itu tidak dikenalnya, tetapi ia yakin pria itu memainkan peran penting dalam apa yang terjadi pada ayahnya. Aris mengambil ponsel dan segera menghubungi Sasa. “Sasa, aku menemukan sesuatu yang besar. Aku butuh bantuanmu lagi,” katanya dengan nada tegas. “Aris, pelan-pelan. Apa yang kamu temukan?” tanya Sasa di ujung telepon. “Aku nggak bisa jelasin semuanya di sini. Aku akan ke rumahmu sekarang,” jawab Aris sebelum menutup telepon. --- Percakapan Rahasia Sasa terkejut saat melihat ekspresi serius di wajah Aris. Ia tahu temannya itu sedang dalam tekanan besar. “Aku dapat dokumen ini dari seseorang yang nggak aku kenal. Isinya bukti bahw
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-25
Baca selengkapnya

Bab 79

Malam itu, Aris tidak bisa memejamkan mata. Ancaman yang ia terima lewat pesan singkat terus membayanginya, ditambah dengan tatapan aneh dari Alena saat sarapan tadi. Ia merasa diawasi, seperti ada sepasang mata yang terus memantau setiap gerakannya.Aris memutuskan untuk keluar dari kamar dan memeriksa sekeliling rumah. Dalam keheningan malam, ia mendengar suara langkah kaki samar dari arah halaman belakang. Hati-hatinya terpacu. Ia mengambil senter kecil di meja dan perlahan menuju ke arah suara tersebut.---Penemuan yang MengguncangSetelah beberapa menit menyusuri halaman belakang, Aris menemukan jejak sepatu di tanah yang lembab. Jejak itu terlihat segar, seolah baru saja dibuat beberapa saat lalu.“Siapa yang berkeliaran di sini malam-malam begini?” gumam Aris.Ia mengikuti jejak itu hingga mencapai pagar belakang rumah. Anehnya, jejak itu berhenti di sana, tanpa tanda-tanda pelaku melompati pagar atau melanjutkan langkahnya.Namun, sesuatu di sudut pagar menarik perhatiannya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

BAB 80

Malam itu, Aris termenung di depan jendela kamar rumah Bu Siti yang kini sudah gelap. Ponsel yang ditemukan di halaman menjadi petunjuk baru, tetapi juga ancaman yang tak main-main. Pesan singkat yang muncul di layar tadi terus terngiang di benaknya: “Selamat bermain, Aris. Waktumu hampir habis.”Di ruang tamu, Sasa duduk bersama Bu Siti dan Pak Rudi, mencoba menenangkan mereka setelah insiden bom molotov. Sementara itu, Alena duduk di pojok ruangan dengan kepala tertunduk, merasa bersalah atas semua yang terjadi.---Jejak di PonselAris akhirnya memutuskan untuk memeriksa ponsel itu lebih dalam. Dengan bantuan Sasa, mereka menemukan beberapa foto dan pesan rahasia di dalamnya. Salah satu foto memperlihatkan wajah Dian sedang berbicara dengan seorang pria yang Aris kenali sebagai Haris Wibowo.“Jadi ini bukti lain kalau Dian bekerja sama dengan Haris,” kata Sasa sambil memperbesar foto di layar.Namun, Aris tidak merasa lega. Sebaliknya, dadanya semakin berat. “Tapi kenapa mereka beg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-27
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status