Keesokan harinya, Aris memulai rutinitas seperti biasa, tapi pikirannya terus berkecamuk. Ancaman dari Haris, kehadiran dua pria mencurigakan, dan rencana yang sedang disusun bersama Victor membuatnya semakin tegang. Namun, ia tahu tak ada waktu untuk lengah. Saat jam istirahat di sekolah, Aris mendekati Haris yang sedang duduk di pojokan bersama beberapa teman dekatnya. Tatapan Haris penuh ejekan saat melihat Aris mendekat, tapi Aris tetap tenang. "Kita harus bicara, Haris," kata Aris dengan nada tegas. Haris menyilangkan tangannya di dada, tersenyum sinis. "Oh? Akhirnya kamu mau tunduk, Aris? Apa kamu datang untuk meminta maaf?" "Bukan soal tunduk atau minta maaf. Ini soal masalah yang sudah terlalu jauh. Kita bisa selesaikan ini dengan baik, atau..." Aris berhenti sejenak, sengaja memberi jeda agar kata-katanya lebih berbobot. "...kita teruskan, dan aku pastikan kamu nggak akan pernah menang." Teman-teman Haris mulai berdiri, menunjukkan sikap ingin membela Haris, tapi Har
Last Updated : 2025-01-06 Read more