Home / Horor / CALON TUMBAL / Kabanata 61 - Kabanata 70

Lahat ng Kabanata ng CALON TUMBAL: Kabanata 61 - Kabanata 70

115 Kabanata

BAB 60

Selena dan Ustadz Sholeh akhirnya tiba kembali di rumah Rangga. Suara lantunan ayat-ayat suci terdengar dari dalam, suara Linggar yang sedang membaca Al-Qur'an dengan penuh konsentrasi. Namun, lantunan itu segera terhenti ketika Linggar menyadari kedatangan mereka."Assalamu’alaikum," salam Ustadz Sholeh dengan nada tegas."Wa’alaikumussalam, Ustadz," jawab Linggar cepat.Mata Ustadz Sholeh segera tertuju pada ibunya Rangga yang terbaring dengan tatapan kosong menembus langit-langit. Tubuhnya tampak kaku, tetapi auranya penuh dengan energi yang kelam dan meresahkan. Wajahnya kini menyerupai mayat hidup, jauh berbeda dari sosok keibuan yang seharusnya."Tadi ibunya Rangga sempat bangun dan mencoba menyerang," ujar Linggar dengan wajah serius. "Alhamdulillah, ikatannya tidak sampai lepas."Tiba-tiba, suara tawa kecil terdengar dari arah tempat tidur. Ibunya Rangga terkekeh perlahan, suaranya menyelinap seperti ancaman yang tak kasat mata. Matanya, yang tadi kosong, kini perlahan bergera
last updateHuling Na-update : 2025-01-12
Magbasa pa

BAB 61

Selena, Rangga, Linggar, Ustadz Sholeh, dan ayah Rangga duduk dalam hening di ruang tamu. Ayah Rangga tampak seperti bayangan dirinya yang dulu wajahnya kosong, matanya redup, seperti seseorang yang telah kehilangan semangat hidup.Setelah mendengar semua ucapan Selena sebelumnya, hatinya yang gelap seperti menemukan seberkas cahaya. Kata-kata Selena menjadi cermin yang memantulkan kesalahannya. Kenapa dia harus menjadi penjahat, sementara orang lain hanya menebar kebencian dan iri hati?Namun, meskipun hatinya mulai terbuka, kenyataan pahit tetap menghantui. "Sudah terlambat," gumamnya berulang kali dalam pikiran. Perjanjiannya dengan siluman monyet telah berjalan. Uang yang melimpah dan kios-kios buah yang kini ia miliki adalah hasil dari kesepakatan terkutuk itu."Saya akan bantu semampu saya, Pak Warsono. Semoga Allah memberi jalan," ujar Ustadz Sholeh, suaranya penuh harapan."Selamatkan Bude, Pak Ustadz. Aku juga akan bantu sebisa mungkin," Selena menambahkan dengan nada tegas,
last updateHuling Na-update : 2025-01-14
Magbasa pa

BAB 62

Hingga fajar menyingsing, ayah Rangga masih belum juga kembali. Usaha pencarian tak membuahkan hasil. Di sisi lain, ibunya Rangga mulai menunjukkan tanda-tanda kesembuhan. Dia sudah bisa berbicara kembali seperti biasa, meskipun tubuhnya masih lemas karena rangkaian proses ruqyah yang intens untuk mengusir energi gelap yang menguasainya."Bude, makan yang banyak ya, biar cepat sehat," ujar Selena dengan lembut, menyuapi ibunya Rangga yang masih tampak lemas.Rangga duduk di pojok ruangan, sibuk memijat kakinya yang terasa pegal, sementara Linggar duduk di sofa, menatap penuh perhatian kepada ibu Rangga. Linggar pun merasa iba, mengingat betapa dekatnya ibunya Rangga dengan bahaya menjadi tumbal. Beruntunglah, Ustadz Sholeh dan para Ustadz lainnya berhasil menyelamatkannya dari cengkeraman gelap tersebut.Linggar masih teringat bagaimana dia dan ayahnya pernah teror oleh siluman ular di rumah mereka, sebuah perasaan yang sangat menakutkan. Untungnya, Selena ada di sana untuk menolong,
last updateHuling Na-update : 2025-01-14
Magbasa pa

BAB 63

Semua orang panik mencari keberadaan Selena, bahkan malam telah menyelimuti mereka, namun keberadaannya masih misteri. Linggar, Rangga, Ustadz Sholeh, dan seluruh anak pondok berkeliling mencari, tetapi Selena bagaikan lenyap ditelan bumi. Hingga akhirnya, Ayah Nicholas tiba dengan terburu-buru, langsung melangkah masuk ke pondok."Assalamu'alaikum," sapa Ayah Nicholas dengan suara cemas."Wa’alaikumussalam. Sudah menemukan Selena, Pak?" tanya Ustadz Sholeh dengan wajah penuh kekhawatiran."Belum, Pak. Kami sudah mencari ke seluruh kampung, bahkan ke kampung sebelah, tapi Selena masih belum ditemukan," jawab Ustadz Sholeh dengan suara lemas."Astaghfirullah... Selena, kamu di mana, nak?" gumam Ayah Nicholas, hatinya tercekik cemas.Dia meninggalkan kliniknya yang kebetulan sedang sepi, bahkan menugaskan dokter lain untuk menggantikan tugasnya di rumah sakit, demi mencari putri angkatnya yang hilang. Semua orang berusaha keras, tetapi Selena bagaikan menghilang tanpa jejak. Tak ada yan
last updateHuling Na-update : 2025-01-17
Magbasa pa

BAB 64

Esok harinya, Ayah Rangga pulang ke pondok dengan wajah penuh kelelahan dan ekspresi yang menunjukkan rasa sedih yang mendalam. Begitu sampai, ia langsung disambut oleh Rangga yang terlihat bingung dan cemas."Ayah kemana aja!? Semua orang nyariin ayah, ibu juga nyariin ayah," tanya Rangga dengan penuh kekhawatiran. Ayah Rangga tertegun mendengarnya, seperti tak percaya dengan apa yang dikatakan anaknya."Ibumu? Ibumu sudah sadar?" tanya Ayah Rangga dengan raut wajah penuh kebingungan."Ibu sadar dari kemarin, dia nyariin ayah. Ayah jangan pergi lagi, ayah kan mau dibersihin," jawab Rangga, matanya penuh dengan harapan.Mendengar itu, Ayah Rangga langsung bergegas pergi mencari istrinya. Ia berjalan dengan langkah cepat menuju ruangan tempat ibunya Rangga duduk, termenung sambil menatap keluar jendela. Ketika merasakan kedatangan seseorang, ia menoleh dan melihat suaminya yang berdiri tak jauh darinya."Bu.." suara Ayah Rangga bergetar, matanya mulai berkaca-kaca."Ayah kemana saja?"
last updateHuling Na-update : 2025-01-18
Magbasa pa

BAB 65

Dua hari sudah berlalu sejak Selena menghilang, dan pencarian tak henti-hentinya dilakukan oleh semua orang. Mereka menyusuri setiap sudut, bahkan menjelajahi hutan lebat yang seakan tak ada ujungnya. Saat ini, ayah Nicholas, Linggar, Rangga, Ustadz Sholeh, dan beberapa anak pondok lainnya kembali menapaki jalan yang sama, berharap dapat menemukan jejak Selena.Berbekal petunjuk dari Linggar yang melihat sebuah persimpangan jalan, mereka terus mendalam ke dalam hutan, menyusuri wilayah yang kemarin belum sempat dijelajahi.“Semoga hari ini kita bisa menemukannya,” ucap ayah Nicholas dengan nada cemas, wajahnya penuh kekhawatiran. Ia sudah melakukan shalat Istikharah berulang kali, berharap Allah memberikan petunjuk tentang keberadaan putrinya yang hilang.Dalam mimpi yang dialaminya, ayah Nicholas melihat bahwa Selena masih hidup, dan meskipun hatinya sedikit lega, kecemasan itu belum juga hilang. Keberadaan Selena yang masih belum ditemukan membuatnya semakin gelisah.“Selena pasti b
last updateHuling Na-update : 2025-01-21
Magbasa pa

BAB 66

Di rumah Rangga, suasana terasa mencekam. Ayahnya, yang biasanya sehat dan kuat, kini tampak sangat berbeda. Sejak kemarin, ia mengalami hal-hal aneh yang membuatnya mengurung diri di rumah. Yang lebih mencurigakan lagi, dia tampak terganggu setiap kali mendengar suara adzan, bahkan marah-marah seolah mendengar suara itu sangat menyakitkan bagi telinganya.Semalaman, terdengar teriakan ketakutan dari kamar ayah Rangga. Dia terus berteriak, mengatakan bahwa ia melihat gorila besar bertanduk yang menakutkannya, sambil berteriak meminta ampun dan berkeringat deras. Ibu Rangga, yang melihat suaminya dalam kondisi seperti itu, menjadi sangat khawatir. Sejak kejadian aneh itu, ayah Rangga menolak makan nasi, hanya mau makan pisang dan kacang."Ayah, bangun dulu, yah. Makan dulu," ujar ibu Rangga dengan lembut, berusaha membangunkan suaminya yang terbaring lemah.Wajah ayah Rangga sangat pucat, dan saat dia bangun, matanya terbelalak dan tidak berkedip sama sekali. Ketika ibu Rangga menyentu
last updateHuling Na-update : 2025-01-21
Magbasa pa

BAB 67

Selena akhirnya kembali ke rumah. Tanpa menunggu lama, ia segera masuk ke kamar mandi, membasuh tubuhnya sebersih mungkin. Bau anyir darah yang menempel di kulitnya membuatnya mual. Ia menuangkan sampo dan sabun berkali-kali ke tubuhnya, seakan ingin menghapus jejak mimpi buruk yang baru saja dialaminya. Namun, bau itu tetap terasa, samar tapi nyata, menghantui pikirannya.Usai membersihkan diri, Selena duduk di ruang tamu bersama ayahnya dan Ustadz Sholeh. Di hadapannya, sepiring makanan tersaji. Perutnya yang kosong selama dua hari terakhir akhirnya mendapat asupan selain air sungai. Dengan lahap, ia menyantap setiap suapan, sementara ayah Nicholas dan Ustadz Sholeh hanya bisa menatapnya dengan perasaan campur aduk, antara lega dan prihatin."Alhamdulillah..." Selena menghela nafas lega setelah meneguk air."Nak, kamu pasti kelaparan... Kasihan sekali kamu." Suara bibi yang sedari tadi memperhatikan nya terdengar lirih.Selena tersenyum, menatap bibinya yang tampak berkaca-kaca. "Ma
last updateHuling Na-update : 2025-01-23
Magbasa pa

BAB 68

Malam semakin larut. Di ruang tamu rumah Rangga, suasana begitu sunyi, hanya suara detak jam yang terdengar samar. Selena, Rangga, Linggar, Ustadz Sholeh, dan Ayah Nicholas duduk melingkar, masih diselimuti ketegangan.Di sofa, Ayah Rangga terbaring tak sadarkan diri. Bukan sekadar pingsan, tapi tubuhnya kaku seperti orang yang terkena stroke. Raja monyet itu memang telah terusir, namun jiwa Ayah Rangga seolah ikut terbawa. Napasnya tersengal-sengal, wajahnya pucat, seperti bayangan hidup tanpa jiwa. Harapan untuknya kembali sadar terasa semakin tipis.Selena menghela nafas panjang. "Rangga, kami pulang dulu. Udah malam banget, besok kita coba lagi. Siapa tahu ada keajaiban, ayahmu bisa sadar," ujarnya lembut.Rangga mengangguk pelan, tapi matanya masih dipenuhi kebingungan. "Sel, makasih… Aku seneng banget kamu selamat. Tapi siapa yang nyulik kamu? Kamu tau orangnya?" tanyanya hati-hati.Sebelum Selena sempat menjawab, Linggar sudah lebih dulu menyahut dengan nada penuh amarah. "Boka
last updateHuling Na-update : 2025-01-24
Magbasa pa

BAB 69

Setelah kembali dari makam, Selena terkejut melihat keramaian yang terjadi di depan rumah Rangga. Warga setempat tampak berkerumun dengan keluhan gatal-gatal yang merata. Mereka berasumsi bahwa leluhur mereka marah akibat perbuatan ayah Rangga yang melakukan pesugihan monyet dan melanggar aturan yang ada di kampung mereka.Tak hanya itu, anak didik Ustadz Sholeh dari pondok juga datang menyusul. Mereka bercerita bahwa di pondok terjadi kerasukan, dan seluruh penghuninya mengalami gatal-gatal yang sama. Ustadz Sholeh pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke pondok."Ini pasti gara-gara Warsono nyugih! Bawa sial bener orang ini!" teriak salah seorang warga, marah-marah."Heh! Heh! Heh! Yang benar kalian ngomong! Abangku udah meninggal, kalian baru sekarang ngeluh dan protes begini!" balas adiknya Ayah Nicholas dengan suara keras, tampak sangat kesal. Emosinya memang mudah tersulut, dan kali ini ia tampak benar-benar terbakar."Ya karena sebelumnya kita nggak tahu! Ini pasti leluhur kita
last updateHuling Na-update : 2025-01-25
Magbasa pa
PREV
1
...
56789
...
12
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status