āļŦāđ‰āļ­āļ‡āļŠāļĄāļļāļ”
āļ„āđ‰āļ™āļŦāļē

āđāļŠāļĢāđŒ

BAB 69

āļœāļđāđ‰āđ€āļ‚āļĩāļĒāļ™: jasheline
last update āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ”: 2025-01-25 22:02:16

Setelah kembali dari makam, Selena terkejut melihat keramaian yang terjadi di depan rumah Rangga. Warga setempat tampak berkerumun dengan keluhan gatal-gatal yang merata. Mereka berasumsi bahwa leluhur mereka marah akibat perbuatan ayah Rangga yang melakukan pesugihan monyet dan melanggar aturan yang ada di kampung mereka.

Tak hanya itu, anak didik Ustadz Sholeh dari pondok juga datang menyusul. Mereka bercerita bahwa di pondok terjadi kerasukan, dan seluruh penghuninya mengalami gatal-gatal yang sama. Ustadz Sholeh pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke pondok.

"Ini pasti gara-gara Warsono nyugih! Bawa sial bener orang ini!" teriak salah seorang warga, marah-marah.

"Heh! Heh! Heh! Yang benar kalian ngomong! Abangku udah meninggal, kalian baru sekarang ngeluh dan protes begini!" balas adiknya Ayah Nicholas dengan suara keras, tampak sangat kesal. Emosinya memang mudah tersulut, dan kali ini ia tampak benar-benar terbakar.

"Ya karena sebelumnya kita nggak tahu! Ini pasti leluhur kita
āļ­āđˆāļēāļ™āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āđ€āļĨāđˆāļĄāļ™āļĩāđ‰āļ•āđˆāļ­āđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩ
āļŠāđāļāļ™āļĢāļŦāļąāļŠāđ€āļžāļ·āđˆāļ­āļ”āļēāļ§āļ™āđŒāđ‚āļŦāļĨāļ”āđāļ­āļ›
āļšāļ—āļ—āļĩāđˆāļ–āļđāļāļĨāđ‡āļ­āļ

āļšāļ—āļ—āļĩāđˆāđ€āļāļĩāđˆāļĒāļ§āļ‚āđ‰āļ­āļ‡

  • CALON TUMBAL   BAB 70

    Malam itu, Selena benar-benar meminta izin pada ayah Nicholas untuk menginap di rumah Rangga. Rumahnya masih ramai, banyak orang yang sedang melekan dan melanjutkan tahlilan. Selena, Linggar, dan Rangga duduk bersama di ruang tamu, sementara orang-orang lain masih melanjutkan doa-doa mereka. Namun, satu hal yang tidak bisa Selena temukan: ibunya Rangga.Tiba-tiba, terdengar suara aneh yang mencuri perhatian Selena. "Srek! Srek! Srek!" Suara itu seperti orang yang sedang mengasah pisau dengan batu asahan.Hanya Selena yang mendengar suara itu, sementara yang lain tampak tidak merespons. Perasaan cemas mulai tumbuh dalam dirinya. ‘Ada apa ini?’ batin Selena, semakin yakin ada sesuatu yang tidak beres. Dia berdiri, dengan hati-hati mengikuti arah suara itu. Dari pintu belakang dekat dapur, Selena melihat ibunya Rangga yang sedang mengasah pisau dengan wajah kosong dan tanpa ekspresi.Malam yang sunyi dan sepi, ditambah dengan ibunya Rangga yang tampak begitu aneh, membuat siapapun pasti

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-01-26
  • CALON TUMBAL   BAB 71

    Selena dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh ayahnya. Nafasnya tersengal, tubuhnya dingin, dan darah terus mengalir dari lukanya. Waktu terasa berjalan lebih lambat bagi mereka yang menyaksikannya. Beruntung, ayah Nicholas adalah seorang dokter, dia tahu harus berbuat apa dalam situasi genting seperti ini.Di ruang tunggu, Linggar duduk gelisah di samping ayah Nicholas. Tangannya gemetar, bajunya ternoda darah Selena.“Selena bakal baik-baik saja, kan, Om?” tanyanya lirih, suaranya nyaris bergetar.Ayah Nicholas menatap kosong ke depan, seakan meyakinkan diri sendiri sebelum menjawab. “Dia harus baik-baik saja. Dia pasti baik-baik saja.”Hening sejenak. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar.“Selena selalu terlalu baik,” gumam ayah Nicholas. “Bahkan dengan mereka yang sudah tidak hidup sekalipun, dia masih merasa kasihan. Dan inilah yang paling aku takutkanâ€Ķ Dukun itu bisa melakukan apa saja.”Linggar menoleh cepat. “Dukun?”Tatapan ayah Nicholas berubah tajam. Ia bangkit dari

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-01-27
  • CALON TUMBAL   BAB 72

    "BRAK!!!"Pintu gubuk reyot itu terhempas dengan keras. Serpihan kayu beterbangan, menggema di tengah keheningan hutan. Para warga menyerbu masuk, beberapa dari pintu depan, yang lain dari pintu belakang, sementara beberapa orang berjaga di jendela, siap menangkap dukun santet itu jika ia mencoba melarikan diri.Namun, begitu pintu terbukaâ€Ķ Bau busuk langsung menyergap hidung mereka.Bukan sekadar bau darah ini lebih mengerikan. Campuran anyir, bangkai, dan sesuatu yang tak bisa mereka jelaskan memenuhi udara dengan begitu pekat, menusuk hingga ke tenggorokan."Hrrgh...! Bau apa ini!?" salah seorang warga langsung menutup hidung, wajahnya berubah pucat.Yang lain ikut tersedak. Beberapa refleks menutup mulut dan hidung mereka dengan tangan atau kain, tapi bau itu seakan menempel di kulit mereka, merasuk ke dalam paru-paru."HOEEK!!"Seorang pria tak mampu menahan diri. Ia membungkuk, muntah seketika. Yang lain menyusul, wajah mereka semakin pucat saat kaki mereka melangkah lebih jauh

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-01-28
  • CALON TUMBAL   BAB 73

    Akhirnya, Selena dibawa ke Jakarta tanpa sepengetahuan Rangga. Ambulans melaju kencang, diiringi oleh mobil polisi dan kendaraan ayah Nicholas, membelah jalanan malam menuju ibu kota. Sirene meraung tanpa henti, menciptakan gema yang menusuk keheningan."Ni! Nu! Ni! Nu! Ni! Nu!" Sementara itu, di desa...Rangga hanya bisa menatap layar ponselnya dengan perasaan hampa. Pesan dari Linggar terasa seperti hantaman keras ke dadanya. Selena telah pergi. Rasa bersalah menggerogoti hatinya. Seharusnya dia bisa melakukan sesuatu. Seharusnya dia bisa melindungi Selena.Di tempat lain, ibunya Rangga telah dibawa kembali ke pondok pesantren. Para kyai bersiap untuk meruqyah dan membersihkan tubuhnya dari makhluk-makhluk yang telah bersarang akibat pesugihan terkutuk itu. Namun, pembersihan ini bukan proses singkat memutus rantai tumbal pesugihan bukanlah hal yang bisa selesai dalam satu malam.Keesokan harinya...Perburuan dimulai. Semua warga telah menyebar. Mereka menggeledah hutan, menyisir s

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-01-29
  • CALON TUMBAL   BAB 74

    Langit tidak mendung, dan hujan pun tidak turun, namun petir menyambar keras di siang bolong. Suara gemuruhnya menggetarkan udara, dan seketika seluruh warga terdiam, merasakan ketegangan yang tiba-tiba muncul. Namun, kakek bongkok itu justru terkekeh geli, merasa petir itu adalah sahutan dari rajanya, yang seolah merestui tindakannya."Cepat, bakar dia!" Ujar adik ayah Rangga, suaranya tegas. Dia mulai mengatur kayu-kayu besar dan menumpuknya mengelilingi tubuh kakek bongkok yang sudah terikat.Kayu yang digunakan bukan kayu sembarangan, seakan cukup untuk memanggang domba seberat satu ekor hingga matang sempurna. Dengan penuh kehati-hatian, bensin disiramkan, bahkan sampai ke tubuh kakek bongkok itu sendiri, dan korek api pun mulai dinyalakan.Adik ayah Rangga sudah tersenyum penuh kepuasan. Dia merasa, akhirnya, dukun santet yang selama ini telah menimbulkan banyak penderitaan akan menemui akhir yang setimpal. Namun, saat dia hendak melemparkan korek api ke tumpukan kayu, tiba-tiba

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-01-30
  • CALON TUMBAL   BAB 75

    Malam Hari di JakartaSelena akhirnya membuka mata setelah tak sadarkan diri sejak kemarin. Pandangannya masih buram, tetapi yang pertama kali ia lihat adalah wajah seorang perempuan sangat dekat, hampir menempel dengan wajahnya."Astaghfirullah!" Selena tersentak, jantungnya berdebar kencang."HUAA!" Sosok perempuan itu juga terkejut, seolah tak menyangka dirinya bisa terlihat. Dalam sekejap, ia menghilang begitu saja.Kalau saja Selena punya penyakit jantung, mungkin dia sudah mati di tempat. Baru saja sadar, dia langsung dihadapkan dengan sesuatu yang tak seharusnya ada di dunia nyata.Matanya bergerak liar, mencoba memahami situasi. Ini rumah sakit, jelas dari bau obat yang menyengat dan lampu putih redup di langit-langit. Tapi ada sesuatu yang ganjil. Sekelilingnya, berjejer sosok perempuan dalam balutan kain putih panjang, rambut mereka tergerai menutupi sebagian wajah. Mereka menatapnya dalam diam.Selena menelan ludah. "Kenapa kalian ngeliatin aku kayak gitu?"Para sosok itu s

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-01-31
  • CALON TUMBAL   BAB 76

    Setelah ibunya menceritakan kisah kelam hidupnya yang singkat itu pada Selena, kini Selena tengah berusaha membujuk ibunya agar bisa pergi dengan tenang ke tempat yang lebih baik. Selena tahu betul bahwa ibunya sangat mencintainya, tetapi dia tak ingin ibunya terus terjebak di dunia ini, terikat oleh masa lalu yang penuh penderitaan."Bunda nggak mau ada yang nyakitin kamu, Selena... Bunda mau terus melindungi kamu," ujar ibunya, dengan suara penuh keputusasaan dan air mata yang terus mengalir."Tapi Selena sudah baik-baik saja sekarang, Bunda. Bunda sudah berhasil melindungi Selena dari kakek jahat itu. Bunda bisa pergi sekarang, Bunda," kata Selena, mencoba meyakinkan ibunya."Apakah Bunda nggak kangen sama Ayah? Selena yakin Ayah pasti ingin sekali bertemu dengan Bunda sekarang. Ayah pasti bangga, karena Bunda berhasil melindungi Selena dengan sangat baik," tambah Selena dengan suara lembut, meski hatinya terasa sangat berat."Mas Sinclar..." gumam ibunya, mengenang nama yang begit

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-01
  • CALON TUMBAL   BAB 77

    Selena terbelalak dan langsung menutup mulutnya, terkejut melihat sosok yang sedang berdiri di kamar. Sosok itu adalah orang yang selalu dirindukannya, Nicholas..."Bang Nicholas?!" ujar Selena, hampir tak bisa mempercayai apa yang dilihatnya.Ia berniat bangun, tapi terlupa dengan jahitan di perutnya, dan langsung meringis kesakitan."Eh! Eh! Jangan bangun, dek!" Nicholas langsung berlari mendekat, cemas."Ish, bandel banget sih kamu, disuruh nggak bikin diri sendiri celaka, malah kena tusuk." ujar Nicholas sambil melirik Selena yang tampak bingung."Kenapa? Kok ngeliatin abang kayak gitu?" tanya Nicholas, heran melihat Selena yang terlihat kebingungan."Tunggu, ini mimpi bukan ya? Perasaan tadi lagi main di pantai, tapi kok rasanya kayak nyata banget... ini..." Selena bergumam pelan, lalu tanpa pikir panjang mencubit lengan Nicholas."Eh! Sakit dek!" Nicholas meringis."Abang... nyata?" tanya Selena, masih tak percaya."Ya nyata dong, kan abang belum jadi hantu, dek," jawab Nicholas

    āļ›āļĢāļąāļšāļ›āļĢāļļāļ‡āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ” : 2025-02-03

āļšāļ—āļĨāđˆāļēāļŠāļļāļ”

  • CALON TUMBAL   BAB 114

    Selena sedang sarapan dengan ayah Nicholas, dan ayah Nicholas menceritakan pada Selena apa yang kemudian Pak Hasan lakukan pada Faaz. Faaz sudah berhasil diselamatkan hanya tinggal pembersihan saja, dan Selena senang mendengarnya."Alhamdulillah ketemu sama Om Hasan, dia orang yang tepat." Ujar Selena."lya, tapi papa lebih bangga sama kamu, karena kamu sudah berhasil menyelamatkan sukmanya Faaz. Om Hasan bilang, nanti siang akan melakukan pembersihan di rumah Faaz." Ujar ayah Nicholas."Siang ya, pa? Aku nggak bisa bantuin dong." Ujar Selena."Nggak apa-apa, nak.. nggak semua hal harus kamu yang lakuin." Ujar ayah Nicholas, akhirnya Selena mengangguk."Tapi semalem bener-bener serem pa, di alam sana itu bukan kayak alam astral yang biasanya, bukan alam kosong, tapi kayak kota Jakarta asli." Ujar Selena."Mungkin yang kamu lihat memang asli, cuma mereka tidak melihat kamu. Ada sebutannya dulu, orang jawa kuno menyebutnya itu adalah merogo sukmo" Ujar ayah Nicholas, Selena pun mengerny

  • CALON TUMBAL   BAB 113

    Selena masuk kedalam kamar-kamar yang ada di ruangan itu, tapi Selena tak menemukan keberadaan Faaz, Selena terus memanggil Faaz, berharap akan ada sahutan. Dan saat itu Selena melihat nenek tua itu sedang muntah-muntah darah."Kak Faaz!" Panggil Selena dengan keras.Selena melihat Intan juga berubah menjadi mengerikan, Intan merangkak kesakitan, seluruh wajah nya berdarah-darah. Nenek tua itu tampak ngesot di lantai dan menuju ke sebuah pintu yang belum Selena masuki, Selena mengikutinya dan dia melihat Faaz."Kak Faaz!" Selena bergegas masuk dan langsung menghampiri Faaz yang sedang tak sadarkan diri."Kak Faaz! Bangun kak!" Selena menepuk Faaz tapi Faaz tetap tidak sadarkan diri."Kak Faaz, bangun ini Selena." Ujar Selena, dan saat itu Faaz membuka matanya."Kak, ayo kita pergi dari sini." Ujar Selena, dia menggandeng tangan Faaz tapi Faaz kebingungan."Kita dimana?" Tanya nya."Aku jelasin ntar, ayo sekarang kita pergi." Ujar Selena, dan menarik tangan Faaz.Faaz menutup mulut nya

  • CALON TUMBAL   BAB 112

    Faaz duduk dan keheranan karena semua orang sedang mengaji, dan dia diletakkan di tengah seperti mayit. Tapi dari tatapan nya, Faaz terlihat seperti bukan Faaz.Ibunya hendak bangun dan menghampiri Faaz tapi dilarang oleh Selena."Jangan tante, tante harus tetap duduk." Ujar Selena."Kalian ngapain ngaji kayak gini!?" Faaz marah."Karena kami ingin mengeluarkan kamu, dari tubuh kak Faaz." Ujar Selena."Hei! Kamu pikir siapa kamu!? Suruh mereka berhenti!" Ujar Faaz, tapi tentu Selena tidak mendengarkan nya."Kamu nggak kenal dia, Fa? Dia Selena, bukan nya lo sering bahas dia?" Ujar Doni, dan Faaz tampak mengalami sakit kepala.'Selena?' Faaz seolah berpikir keras, siapa gerangan Selena yang dimaksud. "Kak Faaz nggak bakal inget, dia bukan dia karena di otak nya cuma dipenuhi oleh Intan." Ujar Selena, seketika Faaz menatap Selena."Mana pacar gue! Kalian apain pacar gue!" Faaz hendak menghampiri Selena tapi langkah nya terhenti karena dia seolah menabrak pembatas."Om, tante.. semuanya

  • CALON TUMBAL   BAB 111

    Akhirnya pada sore harinya ketika kuliah berakhir, Doni langsung mencegah Faaz yang hendak keluar kelas. Faaz juga sudah mendapat panggilan dari ayah nya tapi Faaz menolak pulang dengan alasan dia ada tugas yang harus dikerjakan. "Fa, bokap lu nelpon gue, dia bilang minta lu pulang." Ujar Doni, Faaz menatap Doni dengan tatapan yang sangat dingin. "Lu yang minta, kan? Mau ngapain si lu!?" Ujar Faaz dan Doni sedikit tertegun. "Fa, lu tuh dalam bahaya dan kita semua sedang berusaha nyelamatin elu. Kita semua care sama nyawa lu jadi please pulang ya, Fa." Ujar Doni, Faaz hanya tersenyum dingin. "Nggak! Jangan ikut campur urusan gue, jangan deket-deket gue, jangan ganggu gue, lu paham!?" Ujar Faaz dengan penuh penekanan. Faaz hendak melangkah pergi tapi Doni akhirnya melakukan hal nekat. "BUGH!!" "UKH!" Doni memukul kepala Faaz sampai pingsan. "Sorry, Fa. Kalo nggak gini, lu nggak slamet." Ujar Doni, lalu menyeret tubuh Faaz. Selena sedang berjalan menuju ke kelas Faaz dan

  • CALON TUMBAL   BAB 110

    Selena tiba di universitas dengan langkah cepat. Kini, ia sudah bersama Linggar. Matanya langsung menangkap sosok Doni di kejauhan, dan tanpa ragu, ia menghampirinya sambil membawa sebotol air putih di tangannya, air yang telah didoakan."Kak..." panggil Selena lembut.Doni mengangguk tanpa banyak bicara, menerima air itu dengan ekspresi tenang. Tanpa menunggu lama, Selena berbalik dan melangkah masuk ke dalam kelasnya bersama Linggar.Sementara itu, Doni juga berjalan menuju kelasnya. Begitu masuk, ia melihat Faaz duduk sambil memegangi kepalanya. Raut wajahnya tampak kesakitan."Lu kenapa, Fa?" Doni bertanya dengan nada khawatir.Faaz menghela napas berat. "Nggak tahu kenapaâ€Ķ kepala gue sakit banget."Tanpa berpikir panjang, Doni mengulurkan botol air yang baru saja diberikan Selena. "Nih, minum dulu."Faaz, yang tengah kesakitan, langsung meneguknya tanpa curiga sedikit pun. Seteguk, dua tegukâ€Ķ Air itu mengalir melewati tenggorokannya, memberikan sensasi dingin yang aneh.Doni mena

  • CALON TUMBAL   BAB 109

    Kenzi dan Selena menaiki eskalator menuju lantai tempat Kenzo dirawat. Sepanjang perjalanan, Kenzi terus menunduk, seolah tak ingin dunia melihat luka yang menggores hatinya. Rasa sakit yang selama ini ia pendam, kini mengalir begitu dalam, membanjiri pikirannya.Sesampainya di depan kamar Kenzo, Kenzi mengambil nafas dalam sebelum mendorong pintu. Begitu masuk, ia langsung disambut pemandangan ibunya yang tengah menangis dalam pelukan sang ayah."Kenzi!" seru ibunya dengan suara bergetar. "Kenzi sayangâ€Ķ maafin Mama, Nak."Dengan cepat, ia bangkit dan langsung memeluk putranya erat, seakan takut kehilangan lagi.Sayangâ€Ķ Ibunya baru saja memanggilnya dengan kata itu. Sesuatu yang selama ini tak pernah ia dengar."Kenziâ€Ķ maafin Mama," lanjutnya, suaranya terisak. "Mama nggak tau kalau selama ini kamu udah melakukan banyak hal buat kami."Tapi Kenzi hanya diam. Bibirnya melengkung dalam senyuman tipis, tapi hatinya tetap terasa hampa. Tak ada kebahagiaan yang menyeruak, tak ada kehangata

  • CALON TUMBAL   BAB 108

    Selena duduk bersama kedua orang tua Kenzo serta saudara kembarnya, Kenzi. Ia telah menyampaikan semua yang dikatakan Kenzo, tanpa ada yang ditutupi. Kini, keheningan menyelimuti ruangan. Ibunya terdiam sesaat sebelum akhirnya membuka suara."Tapi tetap saja, dia itu bawa sial sejak lahir," ucapnya dingin.Kenzi menunduk. Tatapannya kosong, tapi hatinya penuh luka yang selama ini tak pernah sembuh.Selena menghela napas, mencoba tetap tenang meski dadanya bergejolak. "Tante, nggak ada satu anak pun yang bisa memilih dari rahim siapa dia dilahirkan. Lahirnya seorang anak itu anugerah, rezeki. Itu titipan Allah untuk Tante dan Om." Ucapannya lembut, penuh pemahaman, namun tegas.Kenzi menahan napas, matanya berkaca-kaca. Sementara itu, sang ayah menatap Kenzi dengan ekspresi sulit diartikan."Kenzi bukan pembawa sial," lanjut Selena, suaranya sedikit bergetar. "Cap yang Tante kasih ke dia itu doa dari Tante sendiri. Kenapa bisa Tante sebenci itu sama anak kandung Tante? Anak yang Tante

  • CALON TUMBAL   BAB 107

    Selena berdiri di dalam ruangan rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Matanya terpejam, tubuhnya sedikit gemetar, dan kedua tangannya terangkat seolah sedang menarik sesuatu yang tak terlihat. Bagi orang biasa, ia mungkin tampak seperti sedang melakukan gerakan aneh seperti seseorang yang kesurupan atau berhalusinasi. Tapi di dunia astral, sesuatu yang mengerikan sedang terjadi.Asap hitam pekat merayap keluar dari punggungnya, menggeliat liar seperti makhluk hidup. Selena menggenggam asap itu dengan erat, memaksanya untuk berkumpul di telapak tangannya. Tiba-tiba, asap itu mulai membentuk sosok.Sebuah wajah mengerikan muncul, seorang perempuan dengan mata cekung yang bersinar merah, mulut sobek hingga ke telinga, dan deretan gigi runcing yang meneteskan cairan hitam pekat."Khhk! Khhhk! Lepas!!!" jerit sosok itu, tubuhnya menggeliat kesakitan dalam genggaman Selena.Tapi Selena tetap kuat. Ini bukan pertama kalinya dia menghadapi sesuatu seperti ini."Siapa yang mengirimmu?" tanyanya,

  • CALON TUMBAL   BAB 106

    Saat jam istirahat tiba, akhirnya Selena mengizinkan sosok bernama Roy untuk berbicara. Wajah hantu itu dipenuhi kecemasan, matanya memohon dengan putus asa."Tolongin dia, Selena."Selena menatapnya lekat. Ia sudah tahu kekhawatiran Roy. Sudah sejak lama ia menyadari bahwa Faaz berada dalam bahaya besar."Iya, aku tahu," ujar Selena, suaranya tenang tapi tegas. "Tapi ini nggak mudah."Selena menarik napas, menatap lurus ke arah Roy yang kini menunduk. "Masalahnya, apa yang ada di belakang Intan itu bukan sekadar sosok biasa. Intan jelas-jelas sudah melakukan perjanjian sama setan."Ucapan itu membuat udara di sekitar mereka terasa lebih dingin. Roy mengepalkan tangannya."Selain Kak Roy, siapa teman Kak Faaz yang paling dekat sama dia?" tanya Selena."Doni! Kamu ingat wakil ketua BEM, kan?" jawab Roy cepat.Selena mengangguk. "Oke, aku bakal minta bantuan Kak Doni. Semoga dia gampang diajak ngomong."Setelah itu, Selena kembali ke alam nyata. Begitu kesadarannya kembali, ia langsung

āļšāļēāļ‡āļ—āļĩāļ„āļļāļ“āļ­āļēāļˆāļˆāļ°āļŠāļ­āļš

āļŠāļģāļĢāļ§āļˆāđāļĨāļ°āļ­āđˆāļēāļ™āļ™āļ§āļ™āļīāļĒāļēāļĒāļ”āļĩāđ† āđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩ
āđ€āļ‚āđ‰āļēāļ–āļķāļ‡āļ™āļ§āļ™āļīāļĒāļēāļĒāļ”āļĩāđ† āļˆāļģāļ™āļ§āļ™āļĄāļēāļāđ„āļ”āđ‰āļŸāļĢāļĩāļšāļ™āđāļ­āļ› GoodNovel āļ”āļēāļ§āļ™āđŒāđ‚āļŦāļĨāļ”āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āļ—āļĩāđˆāļ„āļļāļ“āļŠāļ­āļšāđāļĨāļ°āļ­āđˆāļēāļ™āđ„āļ”āđ‰āļ—āļļāļāļ—āļĩāđˆāļ—āļļāļāđ€āļ§āļĨāļē
āļ­āđˆāļēāļ™āļŦāļ™āļąāļ‡āļŠāļ·āļ­āļŸāļĢāļĩāļšāļ™āđāļ­āļ›
āļŠāđāļāļ™āļĢāļŦāļąāļŠāđ€āļžāļ·āđˆāļ­āļ­āđˆāļēāļ™āļšāļ™āđāļ­āļ›
DMCA.com Protection Status