Home / Horor / CALON TUMBAL / Kabanata 71 - Kabanata 80

Lahat ng Kabanata ng CALON TUMBAL: Kabanata 71 - Kabanata 80

115 Kabanata

BAB 70

Malam itu, Selena benar-benar meminta izin pada ayah Nicholas untuk menginap di rumah Rangga. Rumahnya masih ramai, banyak orang yang sedang melekan dan melanjutkan tahlilan. Selena, Linggar, dan Rangga duduk bersama di ruang tamu, sementara orang-orang lain masih melanjutkan doa-doa mereka. Namun, satu hal yang tidak bisa Selena temukan: ibunya Rangga.Tiba-tiba, terdengar suara aneh yang mencuri perhatian Selena. "Srek! Srek! Srek!" Suara itu seperti orang yang sedang mengasah pisau dengan batu asahan.Hanya Selena yang mendengar suara itu, sementara yang lain tampak tidak merespons. Perasaan cemas mulai tumbuh dalam dirinya. ‘Ada apa ini?’ batin Selena, semakin yakin ada sesuatu yang tidak beres. Dia berdiri, dengan hati-hati mengikuti arah suara itu. Dari pintu belakang dekat dapur, Selena melihat ibunya Rangga yang sedang mengasah pisau dengan wajah kosong dan tanpa ekspresi.Malam yang sunyi dan sepi, ditambah dengan ibunya Rangga yang tampak begitu aneh, membuat siapapun pasti
last updateHuling Na-update : 2025-01-26
Magbasa pa

BAB 71

Selena dilarikan ke rumah sakit terdekat oleh ayahnya. Nafasnya tersengal, tubuhnya dingin, dan darah terus mengalir dari lukanya. Waktu terasa berjalan lebih lambat bagi mereka yang menyaksikannya. Beruntung, ayah Nicholas adalah seorang dokter, dia tahu harus berbuat apa dalam situasi genting seperti ini.Di ruang tunggu, Linggar duduk gelisah di samping ayah Nicholas. Tangannya gemetar, bajunya ternoda darah Selena.“Selena bakal baik-baik saja, kan, Om?” tanyanya lirih, suaranya nyaris bergetar.Ayah Nicholas menatap kosong ke depan, seakan meyakinkan diri sendiri sebelum menjawab. “Dia harus baik-baik saja. Dia pasti baik-baik saja.”Hening sejenak. Hanya suara detak jam dinding yang terdengar.“Selena selalu terlalu baik,” gumam ayah Nicholas. “Bahkan dengan mereka yang sudah tidak hidup sekalipun, dia masih merasa kasihan. Dan inilah yang paling aku takutkan… Dukun itu bisa melakukan apa saja.”Linggar menoleh cepat. “Dukun?”Tatapan ayah Nicholas berubah tajam. Ia bangkit dari
last updateHuling Na-update : 2025-01-27
Magbasa pa

BAB 72

"BRAK!!!"Pintu gubuk reyot itu terhempas dengan keras. Serpihan kayu beterbangan, menggema di tengah keheningan hutan. Para warga menyerbu masuk, beberapa dari pintu depan, yang lain dari pintu belakang, sementara beberapa orang berjaga di jendela, siap menangkap dukun santet itu jika ia mencoba melarikan diri.Namun, begitu pintu terbuka… Bau busuk langsung menyergap hidung mereka.Bukan sekadar bau darah ini lebih mengerikan. Campuran anyir, bangkai, dan sesuatu yang tak bisa mereka jelaskan memenuhi udara dengan begitu pekat, menusuk hingga ke tenggorokan."Hrrgh...! Bau apa ini!?" salah seorang warga langsung menutup hidung, wajahnya berubah pucat.Yang lain ikut tersedak. Beberapa refleks menutup mulut dan hidung mereka dengan tangan atau kain, tapi bau itu seakan menempel di kulit mereka, merasuk ke dalam paru-paru."HOEEK!!"Seorang pria tak mampu menahan diri. Ia membungkuk, muntah seketika. Yang lain menyusul, wajah mereka semakin pucat saat kaki mereka melangkah lebih jauh
last updateHuling Na-update : 2025-01-28
Magbasa pa

BAB 73

Akhirnya, Selena dibawa ke Jakarta tanpa sepengetahuan Rangga. Ambulans melaju kencang, diiringi oleh mobil polisi dan kendaraan ayah Nicholas, membelah jalanan malam menuju ibu kota. Sirene meraung tanpa henti, menciptakan gema yang menusuk keheningan."Ni! Nu! Ni! Nu! Ni! Nu!" Sementara itu, di desa...Rangga hanya bisa menatap layar ponselnya dengan perasaan hampa. Pesan dari Linggar terasa seperti hantaman keras ke dadanya. Selena telah pergi. Rasa bersalah menggerogoti hatinya. Seharusnya dia bisa melakukan sesuatu. Seharusnya dia bisa melindungi Selena.Di tempat lain, ibunya Rangga telah dibawa kembali ke pondok pesantren. Para kyai bersiap untuk meruqyah dan membersihkan tubuhnya dari makhluk-makhluk yang telah bersarang akibat pesugihan terkutuk itu. Namun, pembersihan ini bukan proses singkat memutus rantai tumbal pesugihan bukanlah hal yang bisa selesai dalam satu malam.Keesokan harinya...Perburuan dimulai. Semua warga telah menyebar. Mereka menggeledah hutan, menyisir s
last updateHuling Na-update : 2025-01-29
Magbasa pa

BAB 74

Langit tidak mendung, dan hujan pun tidak turun, namun petir menyambar keras di siang bolong. Suara gemuruhnya menggetarkan udara, dan seketika seluruh warga terdiam, merasakan ketegangan yang tiba-tiba muncul. Namun, kakek bongkok itu justru terkekeh geli, merasa petir itu adalah sahutan dari rajanya, yang seolah merestui tindakannya."Cepat, bakar dia!" Ujar adik ayah Rangga, suaranya tegas. Dia mulai mengatur kayu-kayu besar dan menumpuknya mengelilingi tubuh kakek bongkok yang sudah terikat.Kayu yang digunakan bukan kayu sembarangan, seakan cukup untuk memanggang domba seberat satu ekor hingga matang sempurna. Dengan penuh kehati-hatian, bensin disiramkan, bahkan sampai ke tubuh kakek bongkok itu sendiri, dan korek api pun mulai dinyalakan.Adik ayah Rangga sudah tersenyum penuh kepuasan. Dia merasa, akhirnya, dukun santet yang selama ini telah menimbulkan banyak penderitaan akan menemui akhir yang setimpal. Namun, saat dia hendak melemparkan korek api ke tumpukan kayu, tiba-tiba
last updateHuling Na-update : 2025-01-30
Magbasa pa

BAB 75

Malam Hari di JakartaSelena akhirnya membuka mata setelah tak sadarkan diri sejak kemarin. Pandangannya masih buram, tetapi yang pertama kali ia lihat adalah wajah seorang perempuan sangat dekat, hampir menempel dengan wajahnya."Astaghfirullah!" Selena tersentak, jantungnya berdebar kencang."HUAA!" Sosok perempuan itu juga terkejut, seolah tak menyangka dirinya bisa terlihat. Dalam sekejap, ia menghilang begitu saja.Kalau saja Selena punya penyakit jantung, mungkin dia sudah mati di tempat. Baru saja sadar, dia langsung dihadapkan dengan sesuatu yang tak seharusnya ada di dunia nyata.Matanya bergerak liar, mencoba memahami situasi. Ini rumah sakit, jelas dari bau obat yang menyengat dan lampu putih redup di langit-langit. Tapi ada sesuatu yang ganjil. Sekelilingnya, berjejer sosok perempuan dalam balutan kain putih panjang, rambut mereka tergerai menutupi sebagian wajah. Mereka menatapnya dalam diam.Selena menelan ludah. "Kenapa kalian ngeliatin aku kayak gitu?"Para sosok itu s
last updateHuling Na-update : 2025-01-31
Magbasa pa

BAB 76

Setelah ibunya menceritakan kisah kelam hidupnya yang singkat itu pada Selena, kini Selena tengah berusaha membujuk ibunya agar bisa pergi dengan tenang ke tempat yang lebih baik. Selena tahu betul bahwa ibunya sangat mencintainya, tetapi dia tak ingin ibunya terus terjebak di dunia ini, terikat oleh masa lalu yang penuh penderitaan."Bunda nggak mau ada yang nyakitin kamu, Selena... Bunda mau terus melindungi kamu," ujar ibunya, dengan suara penuh keputusasaan dan air mata yang terus mengalir."Tapi Selena sudah baik-baik saja sekarang, Bunda. Bunda sudah berhasil melindungi Selena dari kakek jahat itu. Bunda bisa pergi sekarang, Bunda," kata Selena, mencoba meyakinkan ibunya."Apakah Bunda nggak kangen sama Ayah? Selena yakin Ayah pasti ingin sekali bertemu dengan Bunda sekarang. Ayah pasti bangga, karena Bunda berhasil melindungi Selena dengan sangat baik," tambah Selena dengan suara lembut, meski hatinya terasa sangat berat."Mas Sinclar..." gumam ibunya, mengenang nama yang begit
last updateHuling Na-update : 2025-02-01
Magbasa pa

BAB 77

Selena terbelalak dan langsung menutup mulutnya, terkejut melihat sosok yang sedang berdiri di kamar. Sosok itu adalah orang yang selalu dirindukannya, Nicholas..."Bang Nicholas?!" ujar Selena, hampir tak bisa mempercayai apa yang dilihatnya.Ia berniat bangun, tapi terlupa dengan jahitan di perutnya, dan langsung meringis kesakitan."Eh! Eh! Jangan bangun, dek!" Nicholas langsung berlari mendekat, cemas."Ish, bandel banget sih kamu, disuruh nggak bikin diri sendiri celaka, malah kena tusuk." ujar Nicholas sambil melirik Selena yang tampak bingung."Kenapa? Kok ngeliatin abang kayak gitu?" tanya Nicholas, heran melihat Selena yang terlihat kebingungan."Tunggu, ini mimpi bukan ya? Perasaan tadi lagi main di pantai, tapi kok rasanya kayak nyata banget... ini..." Selena bergumam pelan, lalu tanpa pikir panjang mencubit lengan Nicholas."Eh! Sakit dek!" Nicholas meringis."Abang... nyata?" tanya Selena, masih tak percaya."Ya nyata dong, kan abang belum jadi hantu, dek," jawab Nicholas
last updateHuling Na-update : 2025-02-03
Magbasa pa

BAB 78

Nicholas baru saja kembali ke kamarnya. Begitu masuk, dia langsung merasakan perubahan yang mencolok. Pasti ulah adiknya, Selena. Mesin game-nya yang sering dimainkan, buku-buku di rak lemari, semuanya tampak berbeda."Dasar bocah nakal, masih bilang nggak kangen, padahal kamarku udah jadi pelampiasan," gumam Nicholas, setengah kesal namun juga geli.Dia merebahkan diri di ranjang, merasa lelah, tentu saja. Tapi lelah itu sedikit terhapus oleh senyum cerah Selena yang terus terbayang di pikirannya. Meski tubuhnya lelah, dia tak bisa tidur. Jet lag mengganggu, karena di tempatnya di LA, saat ini adalah siang hari, sementara di sini, di Jakarta, malam sudah datang.Sementara itu, di kamar Selena, dia baru keluar dari kamar mandi. Di belakangnya, ada sosok kuntilanak yang mengikuti keluar dari rumah sakit."Eh, kamu udah balik? Udah inget nama kamu belum?" tanya Selena, sedikit penasaran.Sosok itu menggeleng pelan. "Nggak mau inget, kamu jangan ingetin aku, aku nggak mau inget," jawabny
last updateHuling Na-update : 2025-02-04
Magbasa pa

BAB 79

Selena ikut menangis. Kisah yang Yumna ceritakan begitu menyayat hati, membuat dadanya sesak. Rasa sedih Yumna meluap, menular padanya. Hanya sebuah keinginan sederhana, tapi seumur hidupnya, Yumna tak pernah mendapatkannya. Dia hanya ingin disayang.Namun, ada satu hal yang tak bisa Selena pahami mengapa Yumna masih di dunia ini? Bukankah dia anak yang baik? Lagipula, dia meninggal karena sakit, bukan karena hal lain yang mengikatnya di dunia manusia."Kenapa kamu bisa lupa namamu sendiri?" tanya Selena, suaranya lirih."Karena aku nggak pernah dipanggil pakai namaku," Yumna tersenyum miris. "Mereka cuma manggil aku 'heh! heh! heh!' gitu aja."Yumna menirukan cara orang-orang memanggilnya. Tidak ada nama, tidak ada panggilan sayang, hanya seruan tanpa makna."Jahat banget mereka..." gumam Selena, tangannya cepat menghapus air mata yang menggenang di sudut matanya."Cuma nenek yang manggil aku pakai namaku," lanjut Yumna pelan. "Kamu tahu? Waktu aku ngeliatin tubuhku sendiri, aku kasi
last updateHuling Na-update : 2025-02-05
Magbasa pa
PREV
1
...
678910
...
12
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status