Home / Horor / CALON TUMBAL / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of CALON TUMBAL: Chapter 91 - Chapter 100

115 Chapters

BAB 90

Selena terbangun dengan mata yang tajam, menyapu sekeliling dengan cepat. Suara itu masih menggema di telinganya, dan saat ia menoleh, sebuah sosok berdiri di kejauhan, tersenyum sinis dengan tatapan penuh tipu daya.Makhluk itu bukan sembarang sosok, ia adalah penghasut, yang senang mengajak manusia yang tengah terpuruk dalam masalah untuk mengakhiri hidupnya. Biasanya, ia berbisik pelan di telinga, merayap masuk ke dalam pikiran, dan perlahan menguasai tubuh manusia hingga mereka tak sadar melakukan tindakan yang tak seharusnya.'Ayo, mati... Ikutlah aku.'"Kamu menghasutku?" Selena menatap tajam.'Lihat, dia di sini. Kamu nggak mau ikut dengan dia?' Sosok itu berubah rupa menjadi Raka, wajah yang dikenal Selena.Selena merasa perih di hati, namun ia tahu itu bukan Raka. Dengan cepat, Selena membaca doa, dan sosok itu menghilang begitu saja. Ia bukanlah jenis makhluk yang dikirimkan, melainkan jiwa yang pernah terperangkap dalam keputusasaan hingga memilih jalan tragis, lalu berusah
last updateLast Updated : 2025-02-22
Read more

BAB 91

Nicholas menuangkan air ke dalam gelas, lalu mengambil obat untuk Selena. Tapi sejak tadi, senyum di wajahnya tak kunjung hilang. Berkali-kali ia berdehem, berusaha menetralisir kegugupannya."Ehem!" deheman kecil itu terdengar lagi. Ia tak bisa menyembunyikan rasa bahagianya. Ketakutannya ternyata tak menjadi kenyataan."Astaghfirullah…" gumamnya, masih tak percaya.Siapa sangka, saat ia mengajak ayahnya bicara di ruang kerja, reaksinya justru di luar dugaan. Ia mengira akan dimarahi, atau setidaknya mendapat teguran keras. Namun yang terjadi malah sebaliknya, ayahnya ikut bahagia.[Flashback Nicholas, On..]Setelah Nicholas mengungkapkan perasaannya pada ayahnya, lelaki paruh baya itu terkejut bukan kepalang."Astaghfirullah, Abang! Akhirnya!" seru ayahnya, nyaris bersorak.Nicholas mengernyit. Ia sudah siap menghadapi kemarahan, atau paling buruk, tamparan. Tapi senyum lebar malah menghiasi wajah ayahnya."Papa nggak marah?" tanyanya ragu."Marah? Enggak lah! Papa malah seneng. Pap
last updateLast Updated : 2025-02-26
Read more

BAB 92

KEESOKAN HARINYASelena duduk di meja belajarnya, pena menari di atas halaman sebuah buku bersampul biru muda, buku diary miliknya. Senyum manis menghiasi wajahnya, membuat siapapun yang melihatnya tahu betapa bahagianya ia saat ini.Dari sudut ruangan, ibunya memperhatikan putrinya dengan penuh kasih. Kebahagiaan Selena seolah menular padanya.“Apa yang bikin kamu bahagia, sayang?” suara lembut ibunya menyapa.Selena tersentak, hampir lupa bahwa ibunya tak bisa ia sentuh lagi. Refleks, ia hampir saja memeluk sosok yang begitu dirindukannya."Hmm, sepertinya Bunda tahu," lanjut ibunya dengan senyum penuh arti. "Anak Bunda lagi kasmaran, ya?"Selena tersipu. “Hehe... Bunda.”"Menurut Bunda, Bang Nicholas gimana?" tanyanya, ragu-ragu tapi penuh harap."Nicholas?" sang ibu tersenyum. "Dia anak yang baik. Saleh, sopan santun, dan penyayang."Selena semakin tersenyum malu-malu. Pipinya bersemu merah."Bunda, Selena udah jadi pacarnya Bang Nicholas," bisiknya dengan nada bahagia.Ya, pacarn
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

BAB 93

Selena tiba di sebuah perumahan yang tampak sepi, bayangan pohon menari-nari di bawah cahaya lampu jalan yang redup. Di depan sebuah rumah kosong, Linggar sudah menunggu dengan wajah tegang. Begitu melihat mobil Selena berhenti, ia langsung berlari menghampiri, nafasnya tersengal."Selena, tolongin sepupuku!" serunya panik.Selena turun dari mobil, ekspresinya berubah tajam. "Dimana dia? Jangan bilang kamu tinggalin dia sendirian!?""Enggak! Abangnya ada di atas, jagain dia," jawab Linggar cepat. Tanpa banyak bicara, mereka segera masuk ke dalam rumah, langkah kaki mereka menggema di lorong gelap menuju lantai atas.Begitu mencapai lantai dua, suara teriakan menggema dari dalam salah satu kamar. Selena merasakan hawa yang begitu berat, seakan udara di ruangan itu lebih padat dari biasanya."Deon!" Linggar menerobos masuk, melihat sepupunya yang tengah mengamuk.Di tengah ruangan yang berantakan, Deon meronta-ronta, tubuhnya dipeluk erat oleh kakaknya yang sudah kelelahan menahannya. M
last updateLast Updated : 2025-02-28
Read more

BAB 94

Sepupu Linggar sudah sadar, dan kini mereka semua berada di dalam mobil. Seharusnya mereka segera pergi dari rumah itu, tapi Selena masih berat meninggalkan dua anak kecil yang dilihatnya di dalam.Di luar, Linggar sibuk bertanya kepada warga sekitar tentang rumah kosong itu. Salah satu yang bersedia berbicara adalah seorang tukang kebun yang tinggal di sebelahnya."Setelah tahun 2011, pemilik rumah ini pergi entah ke mana. Tiba-tiba aja kosong. Beberapa bulan kemudian, ada plang ‘Rumah Dijual’ dipasang," ujar si tukang kebun.Linggar mengangguk, mendengarkan dengan saksama."Setiap malam ada suara-suara aneh," lanjut pria itu. "Kadang suara perempuan teriak, kadang kayak orang berantem sambil banting-banting barang. Padahal nggak ada yang tinggal di situ. Pernah juga ada maling yang masuk, malah dia sendiri yang teriak minta tolong. Katanya lihat kuntilanak!"Linggar merinding. "Jadi rumah ini memang angker, ya, Pak?" tanyanya.Tukang kebun itu mengangguk mantap. "Angker banget. Stra
last updateLast Updated : 2025-03-01
Read more

BAB 95

Selena kembali ke alam nyata dan langsung melihat Linggar meneriaki Deon dari atas. Wajah Deon pucat pasi, tubuhnya sedikit gemetar. Padahal baru saja dia merasa lebih baik, tapi kini kembali terjebak dalam pengalaman mistis yang mengerikan. "Kenapa, De!?" seru Linggar, nada suaranya penuh kekhawatiran. "I-it... tadi gue lihat orang nggak ada kepalanya..." suara Deon bergetar saat dia menunjuk ke arah dapur. Selena menatapnya serius. "Li, Deon sebaiknya nggak di sini. Dia lumayan sensitif." "Bang, bawa Deon keluar. Tunggu di mobil aja," ujar Linggar kepada abang sepupu mereka. Tanpa banyak tanya, abangnya langsung menggandeng Deon yang masih shock dan membawanya pergi. Kini, perhatian Selena kembali pada sosok perempuan di hadapannya, wanita yang menangis tersedu-sedu. Wanita itu masih tidak sadar bahwa anak-anaknya sudah lama meninggal. Meski tinggal dalam rumah yang sama, mereka tak pernah bertemu karena berada di dimensi yang berbeda. Waktu kematian mereka pun terjadi pa
last updateLast Updated : 2025-03-06
Read more

BAB 96

Selena akhirnya kembali ke rumah setelah seharian berada di rumah kosong yang misterius. Di sana, dia sempat mengungkap beberapa rahasia, meski masih ada yang belum terpecahkan, jasad Liora, Adel, dan kepala ayah mereka yang belum ditemukan. Keletihan menghampirinya. Setelah mandi, Selena merebahkan tubuhnya di ranjang, meski hatinya belum tenang.Dia belum mendapat kabar dari Nicholas, tampaknya Nicholas belum tiba. Padahal, sebelum transit, Nicholas sempat menghubunginya, namun Selena sedang sibuk memikirkan sosok-sosok yang baru saja dia bantu. Ada sesuatu yang terasa berbeda malam itu. Di luar rumahnya, Selena merasa ada energi besar yang mengintai.Tiba-tiba, ibunya muncul di depan kamar Selena, tapi wajah cantiknya berubah menjadi wajah seram, dengan aura yang mengandung energi kuat, seolah siap melindungi Selena dari bahaya yang datang."Ada yang ikut aku, ya?" gumam Selena dengan cemas.Dengan kekuatan mata batinnya, Selena melihat sesosok bayangan hitam besar berdiri di luar,
last updateLast Updated : 2025-03-07
Read more

BAB 97

Selena menyapu pandangannya ke sekeliling, mencari sosok ibu Liora. Namun, yang pertama kali tertangkap matanya justru lebih mengerikan seorang pria tanpa kepala berdiri diam, menghadap ke arahnya. Detik berikutnya, ia melihat ibu Liora muncul di lantai dua, berdiri di samping pria itu. Tatapan mereka tertuju ke bawah, ke arah Selena dan Pak Bondan."Selena, sampaikan pada Bang Bondan... kami sangat berterima kasih. Dia selalu peduli pada kami. Bang Bondan adalah abang yang luar biasa, paman yang baik untuk Liora dan Abel," suara lembut ibu Liora menggema, tetapi mengandung kepedihan yang dalam.Ia menarik napas sebelum melanjutkan, "Bilang padanya agar tak lagi bersedih. Kami sudah tenang sekarang. Kami hanya ingin dia terus mendoakan kami. Kami menyayanginya."Selena mengangguk pelan, menyerap setiap kata sebelum menyampaikannya kepada Pak Bondan."Mereka bilang, terima kasih karena Om Bondan sudah menjadi abang dan paman yang baik untuk Liora dan Abel. Om juga jangan bersedih lagi,
last updateLast Updated : 2025-03-08
Read more

BAB 98

Selena dan Linggar melangkah masuk ke dalam kelas. Mereka satu jurusan. Selena duduk di sebelah kanan Linggar, sementara di sisi lainnya, seorang mahasiswi duduk diam. Wajah gadis itu mengingatkan Selena pada seseorang... Saras.Namun, ada sesuatu yang berbeda. Gadis itu menggunakan susuk, dan energinya terasa begitu pekat, lebih gelap dari Saras. Yang Selena lihat bukan sekadar dua lapisan wajah, melainkan banyak. Terlalu banyak.“Kenapa? Kayaknya lu ngeliatin gue terus dari tadi?” suara gadis itu tiba-tiba memecah keheningan.Selena tersentak, tapi dengan cepat menyembunyikan keterkejutannya. “Gue lupa nama lu, boleh kenalan lagi? Gue Selena,” ujarnya santai, berusaha tidak menyinggung perasaan si gadis.“Ohh, bilang dong. Gue Intan, Intan Lupita.” Gadis itu akhirnya memperkenalkan diri.Saat Selena menjabat tangannya, sesuatu yang aneh terjadi. Kulit Intan terasa panas, hampir seperti terbakar. Ada sesuatu yang tidak beres. Pikiran Selena melayang, bertanya-tanya kenapa banyak pere
last updateLast Updated : 2025-03-09
Read more

BAB 99

Selena dan Linggar duduk di lobi universitas, menunggu jemputan masing-masing. Linggar melirik jam di pergelangan tangannya, sementara matanya sesekali mencari sosok Deon, temannya yang beda jurusan dan belum juga muncul."Nyebelin banget tuh orang," gerutu Linggar tiba-tiba. "Pokoknya, nggak ada yang boleh gantiin posisi Rangga di sirkel kita!"Selena menoleh dengan alis terangkat. Nada suara Linggar mengandung sesuatu yang lebih dari sekadar omelan biasa. Ia terkekeh, mengingat bagaimana Linggar dan Rangga selalu saja ribut kalau sedang bersama. Tapi sekarang? Linggar justru menegaskan kalau tak ada yang bisa menggantikan Rangga. Menarik. Tanpa sadar, mereka sebenarnya saling mendukung satu sama lain."Aku rasa Kak Faaz cuma berusaha jadi senior yang baik," sahut Selena santai. "Biar junior-juniornya bisa lebih akrab sama dia juga. Lagian, dia juga nggak sombong, kan? Mau nyapa kita, padahal kita anak baru."Linggar mendecak pelan. "Sama aja, tetap sok asik."Selena tertawa kecil. T
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more
PREV
1
...
789101112
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status