Home / Horor / CALON TUMBAL / Kabanata 101 - Kabanata 110

Lahat ng Kabanata ng CALON TUMBAL: Kabanata 101 - Kabanata 110

115 Kabanata

BAB 100

Setelah menunaikan sholat maghrib, Selena duduk di kamar, masih mengenakan mukenanya. Ponselnya bergetar, menampilkan panggilan video dari Nicholas. Senyum merekah di wajahnya saat ia mengangkat panggilan itu.Di layar, Nicholas juga masih mengenakan koko, tampak baru saja selesai sholat."Assalamu’alaikum," Nicholas menyapa lebih dulu."Wa’alaikumussalam. Abang udah bangun? Mau Subuhan?" tanya Selena, melihatnya dengan tatapan lembut.Nicholas mengangguk, "Iya. Kapan kita bisa sholat bareng, ya?"Selena terkekeh. "Masih lama, Bang. Abang jadi dokter dulu."Nicholas ikut tertawa. "Hehehe, gimana kuliah hari ini, Dek?""Lancar, Alhamdulillah. Tapi abang nggak bilang kalau di kampus ada banyak sosok..." Selena mengerucutkan bibir, seolah sedikit menggerutu.Nicholas langsung waspada. "Sosok?! Terus kamu diganggu, Sayang?""Iya, ada yang jail. Terus beberapa hari lalu ada kerasukan massal, Bang. Lima orang kena gara-gara ulah hantu iseng. Sekarang aku malah terkenal di kampus, katanya si
last updateHuling Na-update : 2025-03-12
Magbasa pa

BAB 101

Seluruh kelas tenggelam dalam keheningan, mata mereka tertuju pada dosen yang tengah menerangkan materi dengan penuh antusias. Namun, fokus mereka buyar seketika saat sesuatu meluncur melewati jendela dengan kecepatan tinggi."BRAK!!"Terdengar dentuman keras menghantam tanah di luar."KYAAAA!!!"Teriakan histeris menyusul dari arah luar kelas."Apa itu barusan!?""Kayak ada yang jatuh, ya?""Astaga! Itu... itu ada orang di bawah!" seru seorang mahasiswa yang duduk dekat jendela.Seisi kelas sontak berdiri, berdesakan mendekati jendela. Selena ikut mengintip, jantungnya berdegup kencang melihat seorang mahasiswa tergeletak di dekat parkiran. Darah mengalir deras dari tubuhnya, membentuk genangan merah yang kontras dengan aspal.Di bawah sana, suasana semakin kacau. Beberapa mahasiswa menjerit ketakutan, sementara yang lain terpaku, tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi. Benturan yang begitu keras membuat kepala korban pecah, sementara kaki dan tangannya tampak patah dengan pos
last updateHuling Na-update : 2025-03-13
Magbasa pa

BAB 102

Setelah jam istirahat tiba...Sosok senior itu kembali mendekati Selena. Kini Selena merasa pusing, seolah terperangkap antara dunia yang ia kenal dan dunia yang tak pernah ia inginkan. Sosok Roy, yang sudah lama tiada, terus meminta tolong padahal Selena tahu, sudah tidak ada yang bisa dilakukan untuknya. Sama seperti Raka.'Kak Roy, mau nggak lihat siapa gadis yang selama ini kakak kejar dan cintai? Mumpung kakak sudah jadi hantu, pasti bisa lihat lebih jelas sekarang.' bisik Selena, berusaha memberi tawaran yang membuat sosok Roy diam sejenak, penasaran."Maksudnya?" tanya Roy, tatapannya penuh tanda tanya.'Tunggu sebentar,' jawab Selena, matanya melirik ke arah Linggar yang sedang duduk tak jauh dari mereka."Selena, makananmu nggak enak?" tanya Linggar, memergoki Selena yang hanya mengaduk-aduk makanannya."Enak kok, kenapa?" jawab Selena, mencoba untuk tampak biasa."Lu dari tadi cuma diaduk-aduk aja, apa kurang suka?" Linggar melanjutkan dengan nada sedikit curiga."Gara-gara
last updateHuling Na-update : 2025-03-14
Magbasa pa

BAB 103

Selena, Linggar, dan Deon beranjak dari kantin menuju gedung parkiran. Bangunan itu menjulang hingga lantai lima, memberikan pandangan luas ke sekitar kampus. Dari tempatnya berdiri, Selena bisa melihat dengan jelas pohon beringin tua yang berdiri angkuh di kejauhan. Dedaunan yang rimbun tampak bergetar diterpa angin malam, menambah kesan menyeramkan.Malam semakin larut, dan seiring itu, sosok-sosok tak kasat mata mulai bermunculan, seolah penasaran dengan keberadaan Selena, satu-satunya yang bisa melihat mereka.“Di sana?” tanya Selena pelan, matanya mengikuti arah tatapan sosok Rhea.Rhea mengangguk. “Hari itu… Hari Jumat. Seminggu lagi kami wisuda. Kami bertemu di apartemennya, dekat kampus ini…”(Kilas Balik Rhea Dimulai)Siang itu, di hari Jumat, Rhea datang ke apartemen pacarnya seperti biasa. Mereka selalu bertemu di sana, melakukan hal-hal yang mereka anggap sebagai bukti cinta.Namun, hari itu berbeda. Pacarnya tampak kesal. Permainan mereka tidak berjalan seperti yang diing
last updateHuling Na-update : 2025-03-15
Magbasa pa

BAB 104

Seakan waktu berhenti. Ayah Rhea yang sejak tadi berusaha tegar kini tak mampu lagi mempertahankan ketegarannya. Matanya membelalak, tubuhnya bergetar, dan nafasnya tercekat.“H-hamil…?” gumamnya. Suaranya nyaris tak terdengar, hanya getaran lemah yang pecah di udara.Bibirnya bergetar, menelan ludah berulang kali seolah berharap itu akan menghilangkan rasa sakit yang mengoyak dadanya. Tapi rasa itu justru semakin menggunung, menyesakkan, menyiksa.Dan akhirnya tangisnya pecah.“Hm! Hm! Hm! Hiks! Ya Allah…”Ia menggenggam dadanya, berusaha keras menahan gejolak di hatinya. Tapi sekuat apa pun ia mencoba… luka itu terlalu dalam untuk diabaikan."Om, Tante… saya datang kemari atas permintaan Rhea. Dia ingin kalian tahu bahwa dia sudah tiada. Setiap hari, Rhea merasa bersalah dan sedih melihat Tante menangisinya di kamar," ujar Selena dengan suara pelan, namun tegas.Ibu Rhea menatap Selena dengan mata penuh harapan, seolah menggantungkan segala kemungkinan pada satu pertanyaan, "Rhea pu
last updateHuling Na-update : 2025-03-16
Magbasa pa

BAB 105

Di sebuah jalanan kumuh di pinggiran Jakarta, seorang gadis melangkah dengan hati-hati. Malam begitu kelam, dan udara berbau lembab menusuk hidung. Wajahnya tersembunyi di balik masker, bukan hanya untuk melindungi diri dari debu dan bau tak sedap, tetapi juga dari sesuatu yang lebih dalam, sebuah rahasia yang tak boleh diketahui siapa pun.Langkahnya terhenti di depan gang sempit yang nyaris tak terlihat. Ia menyelinap masuk, melewati tembok-tembok kusam yang dipenuhi coretan dan lumut, hingga akhirnya sampai di depan sebuah rumah tua yang tampak terlupakan oleh waktu. Catnya mengelupas, jendelanya berdebu, dan aura suram menyelimutinya.Dengan sedikit ragu, gadis itu mengetuk pintu. Tak butuh waktu lama, engsel pintu tua itu berderit, dan seorang perempuan tua muncul. Rambutnya sepenuhnya memutih, matanya tajam namun menyimpan kebijaksanaan yang mengerikan."Silakan masuk, cah ayu..." Suaranya parau, namun penuh arti.Gadis itu melangkah masuk. Ruang tamunya terlihat biasa saja, tap
last updateHuling Na-update : 2025-03-17
Magbasa pa

BAB 106

Saat jam istirahat tiba, akhirnya Selena mengizinkan sosok bernama Roy untuk berbicara. Wajah hantu itu dipenuhi kecemasan, matanya memohon dengan putus asa."Tolongin dia, Selena."Selena menatapnya lekat. Ia sudah tahu kekhawatiran Roy. Sudah sejak lama ia menyadari bahwa Faaz berada dalam bahaya besar."Iya, aku tahu," ujar Selena, suaranya tenang tapi tegas. "Tapi ini nggak mudah."Selena menarik napas, menatap lurus ke arah Roy yang kini menunduk. "Masalahnya, apa yang ada di belakang Intan itu bukan sekadar sosok biasa. Intan jelas-jelas sudah melakukan perjanjian sama setan."Ucapan itu membuat udara di sekitar mereka terasa lebih dingin. Roy mengepalkan tangannya."Selain Kak Roy, siapa teman Kak Faaz yang paling dekat sama dia?" tanya Selena."Doni! Kamu ingat wakil ketua BEM, kan?" jawab Roy cepat.Selena mengangguk. "Oke, aku bakal minta bantuan Kak Doni. Semoga dia gampang diajak ngomong."Setelah itu, Selena kembali ke alam nyata. Begitu kesadarannya kembali, ia langsung
last updateHuling Na-update : 2025-03-18
Magbasa pa

BAB 107

Selena berdiri di dalam ruangan rumah sakit tempat ayahnya dirawat. Matanya terpejam, tubuhnya sedikit gemetar, dan kedua tangannya terangkat seolah sedang menarik sesuatu yang tak terlihat. Bagi orang biasa, ia mungkin tampak seperti sedang melakukan gerakan aneh seperti seseorang yang kesurupan atau berhalusinasi. Tapi di dunia astral, sesuatu yang mengerikan sedang terjadi.Asap hitam pekat merayap keluar dari punggungnya, menggeliat liar seperti makhluk hidup. Selena menggenggam asap itu dengan erat, memaksanya untuk berkumpul di telapak tangannya. Tiba-tiba, asap itu mulai membentuk sosok.Sebuah wajah mengerikan muncul, seorang perempuan dengan mata cekung yang bersinar merah, mulut sobek hingga ke telinga, dan deretan gigi runcing yang meneteskan cairan hitam pekat."Khhk! Khhhk! Lepas!!!" jerit sosok itu, tubuhnya menggeliat kesakitan dalam genggaman Selena.Tapi Selena tetap kuat. Ini bukan pertama kalinya dia menghadapi sesuatu seperti ini."Siapa yang mengirimmu?" tanyanya,
last updateHuling Na-update : 2025-03-20
Magbasa pa

BAB 108

Selena duduk bersama kedua orang tua Kenzo serta saudara kembarnya, Kenzi. Ia telah menyampaikan semua yang dikatakan Kenzo, tanpa ada yang ditutupi. Kini, keheningan menyelimuti ruangan. Ibunya terdiam sesaat sebelum akhirnya membuka suara."Tapi tetap saja, dia itu bawa sial sejak lahir," ucapnya dingin.Kenzi menunduk. Tatapannya kosong, tapi hatinya penuh luka yang selama ini tak pernah sembuh.Selena menghela napas, mencoba tetap tenang meski dadanya bergejolak. "Tante, nggak ada satu anak pun yang bisa memilih dari rahim siapa dia dilahirkan. Lahirnya seorang anak itu anugerah, rezeki. Itu titipan Allah untuk Tante dan Om." Ucapannya lembut, penuh pemahaman, namun tegas.Kenzi menahan napas, matanya berkaca-kaca. Sementara itu, sang ayah menatap Kenzi dengan ekspresi sulit diartikan."Kenzi bukan pembawa sial," lanjut Selena, suaranya sedikit bergetar. "Cap yang Tante kasih ke dia itu doa dari Tante sendiri. Kenapa bisa Tante sebenci itu sama anak kandung Tante? Anak yang Tante
last updateHuling Na-update : 2025-03-22
Magbasa pa

BAB 109

Kenzi dan Selena menaiki eskalator menuju lantai tempat Kenzo dirawat. Sepanjang perjalanan, Kenzi terus menunduk, seolah tak ingin dunia melihat luka yang menggores hatinya. Rasa sakit yang selama ini ia pendam, kini mengalir begitu dalam, membanjiri pikirannya.Sesampainya di depan kamar Kenzo, Kenzi mengambil nafas dalam sebelum mendorong pintu. Begitu masuk, ia langsung disambut pemandangan ibunya yang tengah menangis dalam pelukan sang ayah."Kenzi!" seru ibunya dengan suara bergetar. "Kenzi sayang… maafin Mama, Nak."Dengan cepat, ia bangkit dan langsung memeluk putranya erat, seakan takut kehilangan lagi.Sayang… Ibunya baru saja memanggilnya dengan kata itu. Sesuatu yang selama ini tak pernah ia dengar."Kenzi… maafin Mama," lanjutnya, suaranya terisak. "Mama nggak tau kalau selama ini kamu udah melakukan banyak hal buat kami."Tapi Kenzi hanya diam. Bibirnya melengkung dalam senyuman tipis, tapi hatinya tetap terasa hampa. Tak ada kebahagiaan yang menyeruak, tak ada kehangata
last updateHuling Na-update : 2025-03-24
Magbasa pa
PREV
1
...
789101112
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status