Home / Fiksi Remaja / Ratu Indigo VS Bad Boy / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Ratu Indigo VS Bad Boy: Chapter 31 - Chapter 40

90 Chapters

Bab 31. Kelas Tanpa Amira

Kelas XI-A tampak sepi. Siswa-siswi yang ada di dalam kelas menulis dengan tenang, sampai akhirnya bel pulang berbunyi. “Pelajaran hari ini cukup sampai di sini.” Raga bersorak senang di kursinya. Dia memang sudah menunggu jam pelajaran berakhir sejak tadi. Wakil ketua kelas pun memimpin salam, dan kelas resmi dibubarkan. “Raga! Tunggu sebentar!” Raga mendengar seseorang memanggilnya lagi. Ini sudah perempuan kelima hari ini, dan kesepuluh jika dihitung dari hari kemarin. Para siswi Laveire terus mengganggunya, dan semakin parah sejak Amira tidak masuk. Beberapa siswi bahkan berani menghampirinya langsung seperti yang satu ini. “Minta nomor elo, dong! Mau gue masukin elo ke grup kelas.” Raga menoleh dari tempatnya duduk. Padahal dia tinggal memasukkan buku terakhir, dan selesai. Namun, siswi di depannya ini mengganggunya. Barusan, apa yang gadis itu bilang? Grup kelas? Cewek ini memangnya siswa kelas XI-A? Kok Raga tidak ingat? “Tinggal elo yang belum masuk grup,” sambung s
last updateLast Updated : 2024-11-26
Read more

Bab 32. Terselip Perhatian

Raga membuka pintu ruang rawat Amira tanpa mengetuk. Dia sungguh terkejut karena tidak mendapati siapapun di sana. “Amira!” Raga berteriak panik. Matanya mencari-cari. Namun, Amira tidak terlihat dimanapun. Alex mengikuti langkah Raga yang berlari ke luar ruangan. Di lorong rumah sakit, Alex mendapati Raga yang bertanya pada salah satu perawat yang bertugas. “Pasien bernama Amira belum keluar rumah sakit, jadi–” “Trus dia ada di mana?” Raga membentak marah. Dia menghela tidak sabaran, cemas dan khawatir jika Amira sampai hilang. Alex segera bergerak menenangkan Raga, menariknya mundur. Dia kemudian berbicara dengan tenang dan jelas, mewakili tuan mudanya. “Kira-kira, pasien pergi ke mana? Apa ada perawat yang melihatnya?” Alex mencoba mencari informasi. Saat ini, Alex sungguh berharap akan mendapatkan jawaban yang baik. Tuan muda di belakangnya ini, tampak akan meledak jika tidak mendapatkan jawaban yang diinginkan. Sudut mata Raga mengawasi gerakan perawat yang sedang be
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 33. Kesabaran Seorang Raga

Kedatangan Raga yang mengganggu ketenangannya, membuat Amira kesal. Amira bangkit dari kursi taman dan melangkah masuk ke dalam rumah sakit, meninggalkan Raga begitu saja. “Heh! Amira! Lo mau ke mana lagi?” Tegur Raga kesal. Namun, Amira tidak menjawab. Dia membiarkan Raga mengikuti sampai mereka naik lift, terus berjalan kembali ke kamar rawat Amira. Di belakang keduanya, Alex dan si perawat senior masih mengikuti. “Ke kamar, lah,” jawab Amira setelah mereka sampai. Raga berdecak kesal. “Gue juga tau!” Amira pun membalas tak mau kalah. “Kalo udah tau kenapa nanya?” Raga mengacak rambutnya kasar. Di sekolah, ada lusinan perempuan yang mendekatinya, yang minta diperhatikan. Namun, seorang Amira yang dia beri perhatian, malah bertingkah menjengkelkan. “Lo ngajak ribut?” Balas Raga dengan nada tinggi. Jangan ajarkan dirinya untuk bersabar. “Enggak!” Ketus Amira. Amira berjalan ke sofa dan duduk di sana, sementara Raga masih betah berdiri karena kesalnya belum padam. “Gue cu
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 34. Kamarnya Kenapa?

Amira duduk di ranjang ruang rawatnya dengan wajah sumringah. Dia merasa lega saat perawat melepas jarum infus yang menempel di lengannya. Setelah meyakinkan dokter, akhirnya Amira bisa pulang. Kebetulan sekali, kondisi fisik Amira sudah memungkinkan. Beruntungnya lagi, Raga sudah membayar semua tagihannya. “Ini obatnya, harus diminum sesuai jadwal. Jangan lupa kontrol ke rumah sakit besok lusa,” Ujar dokter, mengingatkan. Amira mengangguk. Dia mengucapkan terima kasih dan berpamitan. Kaki Amira melangkah senang menuruni lift, terus menuju ke pintu keluar. Begitu keluar dari rumah sakit, Amira melihat deretan taksi. Namun, dia tidak memilih satupun dari taksi itu. Sebagai gantinya, Amira melanjutkan langkah menuju halte bus, mencari ojek yang mangkal di sana. “Pak, antar!” Amira menepuk satu pengemudi ojeg yang tampak berumur. Dia lebih memilih pria yang jauh lebih tua. Amira menyebutkan alamat, lalu motor pun mulai berjalan mengantarnya. Di atas kendaraan roda dua yang mel
last updateLast Updated : 2024-11-27
Read more

Bab 35. Masalah Baru

Amira termenung di dalam kamar kontrakannya sendiri. Dia masih tidak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Ini adalah kamarnya, tapi ada barang-barang asing yang bukan miliknya. Dengan hati-hati, Amira mendekat. Tangannya meraba kulkas satu pintu yang berwarna biru gelap di depannya. Amira menyentuh kulkas itu ragu. Namun, rasa penasaran berhasil menguasai Amira. Tangannya bergerak membuka kulkas yang tidak dia kenali itu. “Ada isinya!” Sekarang Amira sibuk mengeluarkan isi kulkas itu satu-persatu. Ternyata, kulkas itu penuh dengan makanan. “Gue enggak pernah beli ini! Ini siapa yang beli? Ini punya siapa? Bukan punya gue!” Amira pun berbalik. Sekarang dia menatap sebuah meja asing yang lengkap dengan kompor di atasnya. “Ini juga bukan punya gue, tolong.” Namun, lagi-lagi karena penasaran, tangan Amira memutar knop kompor. Pendar api berwarna biru yang menyala membuat dia terperangah. “Kompornya nyala lagi!” Amira menunjuk menuduh. “Ini pasti kompor baru.” Setel
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 36. Malam Penuh Kejutan

Raga duduk di dalam mobilnya dengan perasaan kalut. Dia tahu apa yang dilakukannya kali ini beresiko. Mungkin Heri, kakeknya, akan mulai mencurigai apa yang Raga lakukan. Mungkin Raga akan dipindahkan ke sekolah lain secara paksa. Mungkin dia tidak bisa bertemu Amira lagi setelah ini. Namun, meski segala konsekuensi itu ada, Raga tak bisa tetap diam. Mana mungkin Raga bersikap tidak peduli? Amira itu hidup sendirian. Amira tidak punya keluarga. Dia juga tidak membawa handphone ataupun uang. Bagaimana bisa Raga tidak memikirkan hal buruk yang mungkin akan terjadi pada Amira? “Tuan Raga, keluar di malam hari akan jadi lebih berbahaya. Apa Tuan Raga yakin?” Pertanyaan Alex menyadarkan Raga dari lamunan. Memang benar apa yang Alex katakan. Suasana malam hari seperti ini akan lebih berbahaya, apalagi Raga termasuk orang yang diincar. Sebenarnya, sejak awal Alex sudah melanggar tugasnya sebagai seorang pengawal. Dia yang memberitahu Raga tentang Amira, mendorong Raga untuk mengambil ke
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 37. Tiba-tiba Masak Bareng

Di dalam rumah kontrakan ini, Alex terjebak di sudut ruangan. Dia hanya bisa menatap Raga dan Amira yang masih berbincang. Alex tidak mau mengganggu pembicaraan keduanya, tapi dia juga ingin memastikan keadaan aman. Tangan Alex bergerak menutup pintu rumah kontrakan Amira, berjaga jika ada serangan dari luar. Gelapnya malam membuat Alex harus waspada. Sementara itu, Raga dan Amira sedang sibuk saling pandang, seolah keduanya ada di dalam dunia mereka sendiri. Raga mendekat ke arah Amira. Dia berbisik dalam suara rendah. “Elo liat apa barusan?” Amira mendengus. “Enggak ada,” jawabnya singkat. Amira tidak mau mengucapkan kejujuran. Dia memilih mengalihkan topik. “Ngomong-ngomong, elo yang kasih ini semua?” Tanya Amira sambil menunjuk ke arah kulkas dan kompor yang ada di dalam kamarnya. “Kamar gue jadi tambah sempit, tau!” Gerutu Amira sinis. “Tagihan listrik jadi tambah mahal juga nanti!” Raga memutar bola mata kesal. Setelah berusaha sejauh ini, lagi-lagi kebaikan hatinya
last updateLast Updated : 2024-11-28
Read more

Bab 38. Rindu yang Tak Terlihat

Di dalam rumah kontrakan Amira ini, Raga merasa gerah. Bukan karena tidak ada pendingin udara, bukan pula karena kompor sebelum ini menyala, tapi karena suasananya. Semua berawal dari pertanyaan Amira. Amira menyenggol lengan Raga, menyadarkan cowok itu dari lamunan. “Lo mikirin apa sih?” Tanya Amira, sinis. Amira tidak tahu jika Raga sedang terjebak dalam kebimbangan hanya karena pertanyaan asal yang dia berikan. Bagi Amira, pertanyaannya terdengar biasa saja. Namun, bagi Raga berbeda. Pertanyaan itu seperti ajakan terselubung yang membuatnya galau berat. “Udah duduk,” ujar Amira sambil menarik Raga. Amira mengajak Raga duduk di sampingnya. Dia memberikan piring kosong pada Raga. Tangannya kemudian meraih rice cooker mendekat, membuka tutupnya dan membiarkan Raga mengisi piring dengan nasi sebanyak yang dia mau. Saat menoleh, Amira baru mengingat Alex. Dia harusnya menawari Alex juga. “Lo enggak bakal ngajak pengawal lo makan?” Tanya Amira sambil menunjuk Alex yang mas
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab 39. Bucin Pagi-Pagi

Pagi ini, Raga bersiap lebih cepat. Dia sudah siap bahkan sebelum Alex muncul di depan pintu kamarnya. “Elo telat,” sindir Raga sambil menyipitkan mata pada Alex yang baru berjalan mendekat. Padahal cuma beda beberapa detik, tapi Raga menyindirnya sampai seperti ini. “Saya sudah datang lebih awal dari biasanya. Tuan Raga yang terlalu cepat,” balas Alex tak mau kalah. Raga tersenyum dengan jawaban Alex. Awalnya dia sempat cemas jika Alex ditekan oleh Heri, tapi mungkin pengalihan topik yang Raga lakukan semalam cukup berhasil. “Kakek nanya semalem?” Tanya Raga sambil memimpin jalan. Raga melangkah menuju dapur, dengan Alex yang setia di sisinya. “Tidak, Tuan Raga,” jawab Alex singkat. Alex tidak ingin membuat Raga khawatir, jadi dia berbohong. Namun, Raga tentu saja menyadari jawaban singkat Alex yang terdengar pelan. “Bikin dua sandwich, ya,” ucap Raga begitu sampai di dapur. Salah satu asisten rumah tangga mengangguk mendengar permintaan Raga. Dia pergi sesaat seb
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more

Bab 40. Cuma Lo, Amira

Kelas XI-A heboh lagi. Saat ini, seluruh perhatian kelas tertuju pada meja Raga. Padahal bel pulang sudah berbunyi, tapi masih banyak siswa yang enggan beranjak. Mereka ingin mendapatkan tontonan gratis dari cowok most wanted di Laveire. “Raga!” Panggilan itu membuat Raga menoleh. Dia mendapati dua orang perempuan yang berdiri di depannya. “Mau ngapain?” Tanya Raga sinis. Raga bisa menebak jika keduanya akan mencari masalah dengannya. “Lo kok gitu sama temen sekelas sendiri?” Salah satu dari mereka berucap. “Padahal Angel udah baik banget sama lo! Dia cuma mau pastiin lo enggak ketinggalan info di kelas, makanya dia minta nomor lo!” Raga menatap kedua perempuan itu sekilas. Dia baru sadar kalau salah satunya adalah cewek yang mengganggunya kemarin. Cewek yang mendapatkan tendangan meja dari Raga. “Emangnya semua orang yang minta nomor lo itu suka sama lo? Jangan kepedean!” Raga menatap keduanya muak. Dia sungguh tidak punya waktu untuk hal ini. Raga sudah punya janji untuk
last updateLast Updated : 2024-11-29
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status