All Chapters of Rahasia Hati: Terperangkap Menjadi Istri Kedua CEO Dingin : Chapter 61 - Chapter 70

264 Chapters

61. Jawaban Rasa Gelisah

‘Jadi di mana William?’ tanya Lilia dalam hati. Ia menurunkan ponsel dari samping telinganya saat pelayan masuk dan mendekat pada Lilia. Pria berseragam itu bertanya kapan mereka bisa membawa masuk makanannya. Tapi, karena firasatnya buruk dan berpikir bahwa William tidak akan datang, maka Lilia meminta mereka untuk membawa masuk makanan utamanya saja—steak yang diminta oleh Keano. Awalnya, pria berseragam itu tampak bingung. Tetapi karena ia bertugas menuruti permintaan pelanggan, maka ia melakukan apa yang diminta oleh Lilia. “Keano, duduk dulu, Sayang,” pinta Lilia pada Keano agar bocah kecil itu duduk di kursinya. “Iya, Mama.” Saat makanan yang ia inginkan dibawa masuk dan Lilia membantu untuk memotongnya, bocah kecil itu membuka percakapan dengan bertanya, “Apakah Papa tidak akan datang?” Irisnya menatap Lilia dengan penuh pengharapan. “Mungkin lain kali Papa akan ikut bergabung, tapi malam ini, bagaimana kalau Keano menikmati steak dan kembang apinya dengan Mama saja?” buj
last updateLast Updated : 2024-12-18
Read more

62. Dia Yang Ternoda

Jas milik William, kemeja serta celana dan ikat pinggang pria itu tergeletak sembarangan di lantai. Sedangkan si pemiliknya tampak tidak peduli dengan apa yang terjadi di sekitarnya dan tenggelam di dalam lelapnya. ‘Apa yang terjadi?’ tanya Lilia dalam hati. Ia melihat Gretha yang masih tak mengangkat wajahnya, isak tangisnya terdengar pilu, seolah ia telah kehilangan sesuatu berharga yang dimilikinya. Gadis itu bangun dengan masih menggunakan tangannya untuk menutupi bagian depan dadanya yang pasti akan terlihat karena Lilia menjumpai beberapa kancingnya tercecer di lantai. Gretha tak mengatakan apapun saat ia pergi melewatinya tetapi Lilia dengan cepat mencegahnya. “Nona,” panggil Lilia, menghadang langkahnya sehingga gadis itu berhenti. “A-apa yang terjadi?” tanyanya memberanikan diri. Gretha tak serta-merta menjawabnya. Ia masih menunduk di hadapan Lilia yang sekali lagi memanggilnya. “Nona Gretha?” Gretha menghela dalam napasnya, seperti sedang mengumpulkan tenaga untuk
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

63. Akibat Setengah Gelas Wine

“Akh—!” William meremas rambutnya saat ia perlahan membuka mata. Kepalanya terasa pening, ia mencoba bangun dan duduk untuk mengumpulkan nyawanya. William mengerutkan alisnya saat menoleh ke samping kanan. Pada keberadaan seorang pemuda dalam setelan jasnya yang berdiri tak jauh dari pintu kamarnya. Giff, pemuda itu jatuh kedua bahunya saat melangkah mendekat sewaktu William bertanya, “Apa yang kamu lakukan di kamarku, Giff?” tanyanya kebingungan. “Saya terpaksa harus membatalkan meeting penting karena Anda sepertinya sedang dalam kondisi yang tidak baik, Tuan William,” jawabnya. William tak serta-merta menanggapi Giff. Ia menunduk, melihat dirinya yang tidak mengenakan pakaian sama sekali selain selimut yang menutupi setengah tubuhnya. “Kenapa aku tidak memakai baju?” tanyanya pada Giff. “Apa yang terjadi?” “Saya tidak tahu,” jawab pemuda itu. “Saya yang harusnya bertanya, apa yang Anda lakukan? Nona Lilia menghubungi saya bahwa Anda tidak datang ke hotel yang Anda pesan, Tuan W
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

64. Putri Yang Hilang

Siang tak seterik biasanya. Mendung dan kelam seperti hati Lilia yang saat ini sedang berada di preschool tempat Keano bersekolah untuk menjemputnya.Ia berdiri melamun di dekat gerbang. Bergeming di antara lalu-lalang wali murid yang ada di tempat itu dan merasakan hatinya yang teriris, perih tak bisa dijelaskan.Seperti ada duri yang tumbuh di dalam dadanya.Kenangan semalam tentang bagaimana ia menjumpai Gretha yang berada di dalam satu kamar dengan William membuat netranya panas, dan secara tak sadar membuatnya meluruhkan air mata.Lilia mencoba menepis dengan berulang kali mengatakan ia tak cemburu atas apa yang dilihatnya.Namun … semakin hal itu ia lakukan, yang terjadi justru hatinya semakin retak. Benaknya berubah menjadi telaga lara.“Mama,” panggil suara manis Keano yang membuat Lilia segera menyeka air matanya sebelum menoleh pada bocah kecil itu.“Halo, Sayang,” sambut Lilia sembari berlutut di hadapannya, membalas pelukannya kemudian melepas tas kecil yang ada di punggung
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

65. Kau Anggap Aku Apa Bagimu?

“Tidak!” jawab William atas tudingan anak lelakinya. “Papa tidak lupa dengan janji Papa pada Keano dan Mama. Lilia—” sebut William, memandang Lilia yang hanya bergeming. Melihat Keano yang tergugu dalam tangis dan hendak melampiaskan segalanya dengan memukul William, Giff yang tadinya hanya menyaksikan dari kejauhan bergegas mendekat. Dipeluknya Keano dan ia angkat pergi dari William serta Lilia. “Ikut Paman Giff dulu, Keano. Biar Mama dan Papa bicara,” bujuknya. Meski mendapat penolakan, tapi Giff bersikeras membawanya menjauh agar Keano tak mendengar percakapan keduanya. Suara tangis Keano menghilang di kejauhan. Menyisakan Lilia dan William yang berdiri berhadapan dalam kebisuan dingin yang membekukan kulit. “Saya tidak mengatakan apapun pada Keano,” ucap Lilia pertama-tama, menunduk meremas jari-jarinya untuk menahan air mata. “Keano melihat sendiri Nona Gretha yang turun dari kamar Anda.” “Lilia—” “Nona Gretha bilang ….” Lilia menyela William, berharap pria itu membi
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

66. Sebuah Kehilangan

William masih tak menyerah agar ia bisa menemui Keano dan Lilia. Ia berjalan menuruni tangga saat malam sudah cukup larut dan berpikir anak serta istriya itu sudah berada di rumah. Di depan pintu kamar Keano, William memuntir kenop dan mendorongnya. Tetapi saat hal itu ia lakukan, pintu itu hanya bergeming. Tak seperti biasanya yang dengan mudah dibukanya, malam ini lain. Pintunya terkunci dari dalam. Ia mendorong napasnya, matanya terpejam dengan pasrah karena sekarang ia merasa tak bisa melakukan apapun. Di dalam rumahnya sendiri … ia terasing. Lilia yang terbiasa diam dan menerima perlakuannya kini memberi sedikit perlawanan yang membuat William sadar bahwa apa yang pernah dipikirkannya benar. Dirinya ini, William Quist tidak bisa hidup tanpanya. Ia lebih suka mendengar Keano mendebatnya, atau mendengar Lilia bicara. Ia rasa itu lebih jauh lebih baik karena William masih bisa melihat dan bertatap muka dengan mereka. Ketimbang seperti ini, diacuhkan dan tak dianggap ada rasan
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

67. Berbagi William

“Kalian saja yang berpikir bahwa pernikahanku dan Lilia dilakukan secara diam-diam,” imbuh William. “Tidak ada hal seperti itu. Ivana yang memohon pada Lilia agar mau menikah denganku, dia juga bilang padaku bahwa dia akan pergi dengan tenang hanya jika Keano dirawat dan memiliki ibu seperti Lilia.” Sepertinya penjelasan darinya itu membuat mereka cukup terkejut. Selama ini mereka menganggap William menikahi Lilia secara diam-diam padahal tidak seperti itu kenyataannya. Keheningan terjadi lebih dari enam puluh detik sebelum suara bariton William kembali terdengar, “Jawabanku masih sama,” katanya. “Akan aku nikahi Gretha jika dia memberiku bukti!” William bangun dari duduknya, ia mengancingkan jas yang ia kenakan sebelum membawa langkah kakinya untuk pergi dari sana. Langkah demi langkah ia meninggalkan rumah orang tuanya untuk menuju pada Giff yang menunggunya di mobil yang ada di halaman. ‘Bukankah Gretha yang pertama kali memberi tahu soal pernikahanku dengan Lilia?’ batin Wil
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

68. Sepertinya Bukan Trauma

Selepas pertemuan dengan Nyonya Donna tadi siang, Lilia merenung dan memikirkan kalimatnya lebih banyak. Tak ada yang salah. Beliau memang benar bahwa dunia pasti lebih suka melihat William bersama dengan Gretha daripada dengannya. Di dalam kamar Keano sore ini, Lilia memandang bocah kecil yang masih terlelap itu. Sebuah pikiran menyinggahinya dan memberi dorongan agar sebaiknya ia kabur saja, melarikan diri dari sini, pergi yang jauh, sejauh mungkin ... ke tempat di mana William tak akan pernah bisa menemukannya. Tapi, saat keinginan itu tumbuh semakin hebat, aneh sekali... hati kecil Lilia menolak. Menatap Keano yang polos dan tak tahu apa masalah orang dewasa, seolah tengah membujuk Lilia agar ia bertahan sebentar lagi. Bahwa sekarang ini … bukan hanya dirinya yang hancur, tapi Keano juga. Lilia menoleh ke arah pintu kamar yang terbuka, menjumpai Agni yang masuk dan dengan langkah yang pelan menghampiri Lilia. Wanita paruh baya itu menunduk dan berbisik di telinganya, “Non
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

69. Aku Tak Mau Kehilanganmu

“Setelah itu Anda lakukan, menikahlah dengan Nona Gretha,” ulang Lilia dengan suaranya yang masih sama gemetar. Sekujur tubuhnya terasa kebas, rasa sesak menusuk ulu hatinya hingga retak tetapi ia berulang kali menguatkan diri agar tidak menangis di hadapan William. “Kenapa?” tanya William, satu langkah yang diambilnya justru dibalas Lilia yang menghindarinya dengan beberapa jarak ke belakang. Sedangkan Giff yang tadi datang dengan William lebih memilih untuk pergi, memberi ruang sepenuhnya untuk mereka berdua. “Kita juga tidak menikah secara resmi, akan lebih mudah karena tidak perlu ada yang diurus,” jawab Lilia. “Cukup katakan talak saja pada saya, maka pernikahan kita akan usai.” William tak menanggapinya. Pria itu bergeming. Sementara Lilia menunduk saat melihat rahangnya yang mengetat. Kebisuan memerangkap mereka lebih dari enam puluh detik sebelum Lilia mendengarnya kembali bicara. “Lalu, bagaimana dengan Keano, Lilia?” tanyanya. “Kamu tahu anakku tidak bisa hidup tanp
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

70. Jangan Menyentuh Lilia-ku!

Suara benda pecah belah menggema di setiap penjuru ruang makan. Menimbulkan kebisingan selama beberapa saat sebelum keadaan menjadi hening. “Kamu gila?!” tanya Nyonya Donna dengan suara yang sangat lantang pada anak lelakinya. “Apa yang sedang kamu lakukan ini, Liam?!” Napas William naik turun tak beraturan, matanya sesaat terpejam. Cicit ketakutan dari Gretha yang mencemari indera pendengarnya membuat William justru semakin muak. Matanya terbuka setelah itu, panas, ia bisa merasakan ledakan api meluap-luap dari dalam dadanya. “Bisa-bisanya kalian semua malah makan-makan di sini setelah menyakiti Lilia,” desisnya, menyapukan pandang pada semua orang yang duduk menegang di kursi mereka masing-masing. “Jangan menyentuh Lilia!” peringatnya tak main-main. “Terutama Mama.” Sepasang matanya terarah lurus pada Nyonya Donna yang membeku tatkala melihat kedua telinga William yang memerah. Bara tengah menyulutnya dengan hebat. “Mama pikir aku tidak tahu apa yang Mama lakukan tadi siang p
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more
PREV
1
...
56789
...
27
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status