"Maaf, Nyonya, sepertinya anda salah." Aku berkata lirih sambil mengurai pelukannya. "Kok Nyonya, sih. Tante, atau mama juga boleh," tegas wanita itu, mengoreksi panggilanku. "Iya, Tante salah. Saya hanya tukang bunga, tadi ke sini mau mengantarkan bunga ini." Aku berkata sembari memberikan bunga padanya. "Ah, jangan merendah begitu. Hanya tukang bunga tapi lihat ini auranya." Beliau menatapku dari ujung kepala hingga ujung kaki. "Ayolah, Mam. Jangan bikin Shaynala tidak nyaman," sela Pak Ardi."Benar kan, Bi. Lihat ini, wanita yang mempesona. Tertutup dan terjaga, siapa yang gak mau punya mantu dan istri seperti ini." Mama Pak Ardi berbicara pada Bian. "Ah, iya Tante," balas Bian, tergagap. Pandangan matanya masih menatap tajam padaku tadi, langsung berubah saat menjawab pertanyaan mama Pak Ardi "Maaf, Tante. Tapi saya sudah punya anak. Bagaimana jadi calon istrinya Pak Ardi, Tante benar-benar salah orang."Mendengar perkataanku barusan, wanita itu seperti terkejut dan tak ber
Terakhir Diperbarui : 2025-02-12 Baca selengkapnya