Home / Rumah Tangga / Maafkan Aku Telah Mendua / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Maafkan Aku Telah Mendua: Chapter 101 - Chapter 110

183 Chapters

Bab 101 Kedatangan Damar

“B? Golongan darahnya B?” ulang Damar.Bu Rahma tampak terkejut melihat reaksi Damar, tapi wanita paruh baya itu hanya mengangguk. Sementara Damar terdiam dan terlihat linglung. Entah apa yang sedang ada di benaknya kali ini. Tanpa sengaja dia juga memiliki golongan darah yang sama dengan Zafran. Apa itu artinya …“Memangnya golongan darahmu juga B, Damar?” Tiba-tiba Bu Rahma bertanya membuyarkan lamunan Damar.Damar mendongak menatap dengan bingung. Bibirnya terkatup rapat, tapi kepalanya dengan refleks mengangguk. Tentu saja reaksi Damar membuat Bu Rahma terkejut. Jantung Damar kembali berpacu lebih cepat. Ia takut Bu Rahma akan berpikir yang bukan-bukan tentangnya.“Huh, tahu gitu Tante langsung menghubungimu. Saat itu kami kesulitan mencari donor darah untuk Zafran. Dia sempat … .”Damar merasa lega saat tahu Bu Rahma malah sibuk menceritakan tentang kesulitannya mencari darah untuk Zafran ketik
last updateLast Updated : 2025-01-15
Read more

Bab 102 Aku Ayahnya

“Atau perlu kubuktikan dengan test DNA kalau Zafran anakku?” imbuh Damar.Aina tercengang. Matanya melebar menatap tanpa lepas pria di depannya. Ia tidak menduga pada akhirnya situasi seperti ini akan dia hadapi. Belum ada jawaban dari bibir Aina. Ia terlihat bingung dan tak tahu harus menjelaskan dari mana.“A—ku … aku juga tidak tahu kalau dia anakmu.” Akhirnya Aina bersuara dan terdengar bergetar saat ini. Bisa jadi banyak rasa yang sedang ditahannya sejak tadi.“Yang pasti … usai kejadian malam itu, aku memang langsung hamil,” imbuh Aina.Kini dia menunduk dan berusaha menghindar dari tatapan Damar. Kejadian malam itu mati-matian dilupakan Aina. Disimpan rapat dalam memorinya sebagai kenangan terburuk dalam hidupnya. Tidak diduga kejadian itu membuat dia berpisah dengan Fakhri dan malah mempertemukannya dengan Damar kembali.“Aku benar-benar tidak tahu dia anak siapa. Semuanya baru a
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bab 103 Hati yang Bersabar

“Bunda … Bunda … semalam tidur Zafran nyenyak banget. Terus Zafran juga mimpi dipeluk Ayah,” ucap Zafran pagi itu.Bocah laki-laki itu tampak ceria dengan senyum manis yang terukir di wajah tampannya. Ia sedang berdiri di samping Aina. Ada Damar yang duduk di depannya memperhatikan.Aina yang sedang menyiapkan sarapan hanya terdiam. Sesekali matanya melirik Damar yang duduk di depannya. Zafran memang tidak tahu jika semalam Damar tidur dengannya bahkan pria manis itu memeluknya sepanjang malam.“WAH!!! Asyik Bunda bikin nasi goreng ama omelet!!!” Lagi-lagi suara Zafran mendominasi suasana ruang makan tersebut.“Emang Zafran suka omelet?” Kini Damar yang sedari tadi diam mengajukan pertanyaan.Zafran mengangguk sambil tersenyum. “Iya, Om. Apalagi omelet buatan Bunda enak banget.”Damar sontak terdiam, menatap Zafran dengan bibir terkatup rapat. Entah mengapa ada sakit yang dirasa s
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bab 104 Menjadi Anak Berbakti

“Maaf, Damar. Sepertinya aku harus segera pulang. Ibu kolaps,” ujar Aina.Ia baru saja mengakhiri panggilannya dengan Rini dan langsung berkata seperti itu ke Damar. Damar mengangguk mengiyakan permintaan Aina.“Kalau begitu biar aku pesankan tiket pesawatnya. Kebetulan aku juga akan pulang hari ini.”Aina mengangguk, mengiyakan tawaran Damar. Dari dulu, ia selalu mengkhawatirkan keadaan ibunya. Bahkan Aina sempat mengurungkan niatnya pindah keluar pulau sebelumnya.Selang beberapa saat mereka sudah tiba di kota asal. Aina tampak berjalan tergesa menyusuri lorong rumah sakit. Ada Zafran digandeng Aina dengan Damar juga di sana. Langkah Aina terhenti begitu melihat Rini di depan ruang tunggu.“Rin, Ibu gimana?” seru Aina.Rini menoleh dan langsung berhambur memeluk Aina.“Gak tahu, Mbak. Dokter masih menanganinya. Semoga saja Ibu bisa melaluinya kali ini.”Rini menjawab dengan sese
last updateLast Updated : 2025-01-16
Read more

Bab 105 Pertemuan Tak Sengaja

“Mas Fakhri!!!” seru Aina.Sosok itu membeku, berdiri di tempatnya sambil menatap Aina tanpa kedip. Memang sosok yang baru masuk ruangan rawat inap Bu Hani adalah Fakhri. Fakhri tampak masih mengenakan baju kerja. Dasinya masih terpasang, jasnya juga melekat pas, penampilannya sama seperti yang dulu. Yang berbeda hanya satu, ia sudah memotong habis rambut gondrongnya dan tentu saja penampilannya kali ini membuat Aina terkejut.Jakun Fakhri naik turun menelan saliva kemudian menganggukkan kepala dengan kikuk dan tersenyum.“Aina … kamu di sini?” Gugup Fakhri bersuara.Aina mengangguk, bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri Fakhri. Langkah Aina terlihat penuh percaya diri apalagi tatapan matanya sangat tajam tidak seperti dulu.“Iya. Mas, ada keperluan apa ke sini?” Aina malah balik bertanya.Fakhri terdiam sesaat. Mulutnya terbuka dan tertutup tampak kebingungan bersuara, kemudian matanya mel
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 106 Kekesalan Wulan

“Mas, akhir pekan ini Mama dan Papa ngajak kita liburan ke puncak. Aku sudah menyetujuinya dan kamu pasti ikut, kan?” ujar Wulan pagi itu.Fakhri hanya diam, tidak menanggapi dan tampak sibuk menikmati makan paginya. Wulan tersenyum sambil terus menatap Fakhri berharap mendapat jawaban darinya.“Devi dan suaminya juga ikut, jadi liburan kita kali ini akan ramai.” Wulan menambahkan kalimatnya. Kali ini dia bahkan menyebut nama adiknya.“Oh ya, aku hampir lupa kemarin Devi telepon. Dia bilang, suaminya mau pinjam kamu uang untuk modal usaha. Dikit kok, Mas. Cuman lima ratus juta. Aku jawab iya saja. Kamu pasti punya, kan?”Seketika Fakhri mengangkat kepala dan menoleh ke arah Wulan. Wulan langsung tersenyum membalas tatapan Fakhri.“Lima ratus juta? Bukannya tempo hari sudah pinjam lima ratus juta juga belum kembali. Kenapa kini pinjam lagi? Memangnya dia bikin usaha apa?”Wulan terlihat kesal me
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 107 Dia Baik-baik Saja

“Gak usah, Mas!!” seru Aina.Dia sangat terkejut dengan kehadiran Fakhri yang tiba-tiba ditambah dengan ucapannya tadi. Aina menggeleng sambil menatap Fakhri yang berdiri di depannya.“Kenapa? Apa salahnya aku membantu?” ucap Fakhri.Aina menarik napas sambil melihat tangan Fakhri yang terulur sambil memegang black card-nya.“Simpan saja uangmu. Bukankah Wulan yang lebih membutuhkan. Lagi pula aku sudah punya pekerjaan dan sanggup membayarnya.”Aina menyingkirkan tangan Fakhri menjauh kemudian menyodorkan black card miliknya ke karyawan rumah sakit tersebut.“Ini, Mbak,” ucap Aina.Fakhri tidak bersuara, tapi matanya melirik kartu yang disodorkan Aina barusan. Sempat terlintas tanya di benak Fakhri. Dari mana Aina mendapat uang? Kalaupun dia bekerja apa mungkin bisa mendapat penghasilan setara dengannya. Bukankah pemilik black card hanya orang tertentu saja. Apa mungkin Aina bekerja deng
last updateLast Updated : 2025-01-17
Read more

Bab 108 Penyesalan itu Sakit

“Bunda, ada Ayah!!!” seru Zafran.Fakhri membalikkan badan dan melihat Zafran sedang tersenyum menatapnya. Tidak hanya Zafran yang sedang melihat ke arahnya kali ini. Ada Damar juga yang sedang berdiri di dekat pintu menatap Fakhri.“Kamu di sini, Fakhri,” sapa Damar.Fakhri tersenyum canggung sambil menganggukkan kepala. Di belakang Damar, ia melihat Aina. Sayangnya Aina hanya menunduk dan sama sekali tidak melihat ke arahnya.“Aku … aku hanya mau terima kasih ke Aina karena sudah menjenguk Ibu.” Akhirnya setelah terdiam beberapa saat, Fakhri bersuara.“Akh … iya, tadi Aina cerita. Sayang, aku belum sempat menjenguk, Fakhri.”Alih-alih Aina yang menjawab ungkapan terima kasih Fakhri, malah Damar yang mengambil alih kali ini. Fakhri terdiam, ia menjawab ucapan Damar dengan anggukkan kepalanya.“Ayo, Om. Buruan!! Nanti keburu tutup bioskopnya.” Tiba-tiba Zafran b
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 109 Memulai Karma

“Kamu sudah minum obatnya, Wulan?” tanya Fakhri malam itu.Hampir tiga bulan usai pembicaraan mereka mengenai program hamil dan sepertinya Wulan terpaksa menuruti permintaan Fakhri. Sudah seminggu ini, Wulan minum obat rutin dari dokter kandungan kenalan Fakhri. Sepertinya Fakhri memang tidak sabar ingin mempunyai anak lagi.Wulan hanya mengangguk sambil tersenyum. Fakhri membalas senyumannya. Ia sudah naik ke atas kasur kemudian langsung memeluk Wulan dan mendekatkan wajahnya bersiap mencumbu Wulan.Namun, Wulan buru-buru mendorong tubuh Fakhri. Tentu saja Fakhri terkejut dengan penolakan Wulan kali ini. Kedua alis pria tampan itu terangkat dengan mata bertanya ke Wulan.“Aku lagi halangan, Mas,” cicit Wulan lirih.Fakhri hanya diam. Jakunnya naik turun menelan saliva, kemudian menganggukkan kepala. Seingat Fakhri, Wulan baru saja halangan, tapi mengapa sudah halangan lagi. Bahkan dia sudah hapal siklus istrinya.&ld
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more

Bab 110 Restu Mantan Mertua

“Selamat ulang tahun kami ucapkan. Selamat panjang umur kami kan doakan … .”Sayup-sayup Fakhri mendengar lagu khas ulang tahun diperdengarkan di lantai dua. Kali ini dia memang urung ke toilet melainkan malah membelokkan kakinya ke lantai dua.Tepat dugaannya di sana ada nama Zafran tertulis dengan jelas dan besar sebagai background podium ulang tahun. Lalu ada Zafran, Aina dan Damar berdiri di depan. Mereka tampak tersenyum lebar penuh kebahagiaan.Ada juga Bu Hani dan Rini berada di sana. Fakhri menghela napas panjang sambil meraup wajahnya dengan kasar. Sepertinya hanya dia yang melupakan ulang tahun Zafran. Mungkin itu juga sebabnya Aina sangat membencinya. Dia bukan ayah yang baik untuk Zafran.Padahal kejadian seperti ini pernah Fakhri alami beberapa tahun yang lalu. Zafran pernah mengadakan pesta ulang tahunnya yang ke-2. Ia masih sangat kecil saat itu. Namun, meski demikian Fakhri dan Aina antusias menyiapkan semuanya. Hanya ke
last updateLast Updated : 2025-01-18
Read more
PREV
1
...
910111213
...
19
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status