Home / Romansa / Bersandar pada Ketakutan / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Bersandar pada Ketakutan: Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

31. Keraguan Yang Terus Hinggap

Dominic bernafas lega terbangun dengan Amethyst di pelukannya. Hal yang selama ini ia dambakan. Harum surai hitam gadis itu seperti nikotin untuknya. Ia mengecup pucuk kepalanya dengan sayang. Melihat Amethyst yang tak terusik, Dominic beralih mengecup bibir yang sejak tadi mencuri perhatiannya. Bibir manis yang membuatnya bergairah sejak ia merasakannya pertama kali. Hingga Amethyst akhirnya terbangun mendapati Dominic telah menindih tubuhnya dengan bibirnya yang menjadi tawanan. Amethyst menepuk bahu Dominic berulang kali berharap pria itu berhenti. Namun, tindakannya tanpa sadar malah semakin memancing singa itu bangun sepenuhnya. Beberapa menit berlalu, Dominic menghisap lama bibir bawahnya sebelum berhenti dengan nafas terengah. Bagian bawahnya sudah terasa sesak dan ia butuh pelampiasan. Namun, tidak sekarang. Akan ada waktunya dia mendapatkan apa yang ia inginkan. Dipandanginya wajah Amethyst dengan seksama. Nampak cantik seperti pertama kali ia melihatnya. Dan s
last updateLast Updated : 2024-12-15
Read more

32. Kejatuhan William

Keesokan harinya, sebuah headline berita menggemparkan seluruh negeri. Potret William Blackwood yang dikenal karismatik dan bersahaja terpampang di seluruh surat kabar bahkan hingga ditayangkan di megatron. Setiap sudut kota memuat berita yang sama. > Presdir Onix Horison yang dikenal sebagai pribadi yang luar biasa ternyata seorang pembunuh. > Presdir William Blackwood adalah dalang pembunuhan co-founder Onix Horison, Bernard Hawthorne. Hampir seluruh negeri sibuk dengan ponselnya. Berbondong-bondong mengirim sumpah serapah menyebabkan situs web resmi Onix Horison lumpuh total. Dominic duduk bersandar di kursi kebesarannya dengan seringai puas tercetak di wajahnya. "Kau adalah orang paling gila yang tersenyum ditengah harga saham perusahaan mu yang terus merosot tajam," sindir Lucas. "Kalau dia muram, itu akan lebih membahayakan sayang ... biarkan dia dengan dunianya." Saran Olivia santai. Disaat semua orang sibuk dengan perspektif mereka tentang kasus ini, lima orang
last updateLast Updated : 2024-12-16
Read more

33. Persimpangan Takdir

Amethyst kini mulai membiasakan diri terbangun di kamar mewah. Tidak munafik, ia memang menyukai desain kamar ini. Awalnya, ia kira kamar Dominic akan bernuansa gelap dan kelabu. Namun, yang ia dapati justru kamar bernuansa krem pastel dan putih gading. Banyak foto yang mereka abadikan, dipajang di atas nakas dan dinding. Pria otoriter dan protektif itu punya sisi hangat yang telah membuatnya jatuh cinta. Akan tetapi, kini Amethyst menanyakan cinta yang ia rasakan sudah tak lagi sama. Bersamanya memang hal ternyaman dan ia sendiri merasa aman. Namun, ia juga menyadari kalau Dominic membawa tekanan tersendiri untuknya. Amethyst mengusir bayangan kabur itu dan berusaha untuk tetap di sini. "Dominic adalah jawaban yang kucari selama ini." Netranya mengedar dan melihat sebuah kotak besar yang terlihat mencolok di sofa. Begitu Amethyst mendekat, ia melihat sebuah memo kecil yang tertempel disana. - aku tidak sabar melihatmu memakainya, sweetheart. Amethyst menimbang dan memili
last updateLast Updated : 2024-12-17
Read more

34. Terbongkar

Amethyst menikmati waktunya memilih dress yang akan digunakannya untuk wisuda dengan semringah. Sepertinya ia terlalu abai pada dirinya sendiri setelah keluarganya berantakan. Ia teringat saran psikolog yang mendampinginya untuk bahagia lewat hal sederhana. "Kau ingin menghadiri suatu acara?" Tersentak kaget, Amethyst lantas menoleh mendapati Aiden berdiri di belakangnya. Seketika tubuhnya kaku dengan jantung yang berdetak keras. Dominic bilang, pria ini mungkin adalah saingan bisnisnya. Pria yang mengaku sebagai teman kekasihnya itu berdiri dengan senyum hangat. Menyadari Amethyst yang bersikap defensif, Aiden memperlebar senyumnya. "Bisakah kita bicara sebentar?" Berulang kali ia mencoba menemui Amethyst yang baru ia tahu telah pindah ke rumah Dominic. Pria licik itu pasti mengetahui pertemuan mereka saat itu. "Maaf, aku harus pergi," kata Amethyst dengan gugup. Namun, tangannya ditahan mencegahnya kemana-mana. "Kumohon, hanya sebentar." Aiden menunjukkan lencana detekt
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

35. Luka Dalam Pelukan

Amethyst terjatuh ke sofa dengan tubuh gemetar setelah Dominic mendorongnya masuk ke rumah. Matanya telah basah oleh air mata. Sorot matanya terlihat ketakutan saat berdekatan dengan Dominic.Tapi Dominic tidak peduli. Pria itu menutup pintu dengan suara keras, lalu berbalik menatap Amethyst dengan ekspresi gelap. "Kau tidak mengerti apapun, Amethyst." Suara Dominic terdengar rendah dan berbahaya. "Aku melakukan semua ini untukmu."Amethyst menggelengkan kepala, mencoba menyangkal kata-katanya. "Aku tidak pernah memintamu melakukan semua itu."Dominic tertawa kecil menatap Amethyst yang tak berdaya dengan sinis. "Aku memberimu dunia, Amethyst. Aku memastikan kau bahagia, aman, dan dicintai. Dan ini balasan darimu?!""Ini bukan cinta," Amethyst berbisik sedih. Ia sudah terjerat sepenuhnya pada Dominic. Berusaha melawannya seperti ini terasa menyayat hatinya. Dominic mendekatinya, wajahnya penuh dengan kemarahan yang berusaha ia tahan. "Tidak ada yang bisa memahamimu sepertiku, Amethy
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

36. Belenggu Cinta Pria Obsesif

Sudah berhari-hari Amethyst menyendiri. Ia menolak sentuhan Dominic yang selalu berusaha mendekatinya. Makanan yang disiapkan sama sekali tak tersentuh, membuat Dominic kelabakan. Ia merindukan senyum Amethyst yang mendebarkan hatinya, rindu sikap manjanya yang imut, dan ia rindu menjadi tempat bersandar gadis itu. Dominic mendekati Amethyst dengan nampan ditangannya. "Sayang, aku memasakkan pancake untukmu," ucapnya dengan semangat. Namun, Amethyst tak acuh memandang kosong dibalik jendela. Kantung matanya menghitam dengan jejak air mata di pipinya. Dominic menghela napas lelah. "Sedikit saja ya ... kau belum makan dari kemarin." Dengan telaten pria itu memotong pancake dan menyodorkannya pada Amethyst. Namun, diamnya gadis itu membuatnya kesal juga. Dominic membanting pisau ditangannya dengan keras hingga mengejutkan Amethyst. "Makan sekarang juga!" Nada suaranya tidak tinggi. Namun, rendah dan mengancam membuat Amethyst gemetar meraih piring pancakenya. Amethyst makan
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

37. Kembali Luluh

Amethyst duduk di tepi tempat tidur, memandangi dress dan perlengkapan wisudanya yang baru saja diantarkan.Ada sepasang sepatu, tas tangan kecil, dan kotak perhiasan berisi kalung sederhana yang bisa ia tebak berapa mahal harganya.Dominic benar-benar menyiapkannya sedetail mungkin. Harusnya ia bahagia, tapi ia justru merasa hampa. Mata Amethyst beralih pada Dominic yang terlihat mondar-mandir mengatur kebutuhan wisudanya. Disela kesibukannya, pria itu justru dengan senang hati mengurus hal remeh. Wajah pria itu yang serius membuat Amethyst terenyuh. Dominic tetaplah pria yang memang membuatnya jatuh cinta. Tanpa adanya permainan didalamnya, Amethyst pasti juga akan terjatuh pada pesonanya. Hal yang membuat Amethyst kadang bertanya-tanya. Mengapa cintanya pada Dominic begitu mendalam? Ia kembali menangis diam-diam. Knangan manis dan pahit mereka berputar bak roll film di kepalanya. Ketika malam tiba, Dominic pulang dari kantor dengan langkah tergesa. Penampilannya terlihat kusut
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

38. Ketegasan Dalam Cinta

Hari yang sangat Amethyst tunggu-tunggu akhirnya tiba. Ia berdiri di depan cermin yang ada di walk-in closet memandang berapa cantiknya dress Champagne pilihan Dominic. Netranya memindai penampilannya yang terlihat sempurna berkat aturan Dominic tentu saja. Pria itu secara teliti memastikan semua persiapannya sempurna. Ia bahkan memesan sebuah tiara khusus untuknya. "Kau selalu cantik, sayang," celetuk Dominic begitu melihat Amethyst yang melamun di depan cermin. Penampilan Dominic yang selalu terlihat paripurna dengan setelan jasnya memang selalu menjadi data tarik yang membuat Amethyst terpana setiap saat. Amethyst berdehem dengan wajah yang merona, "terima kasih ... kau juga terlihat tampan seperti biasanya," pujinya dengan tulus. Dominic menghampirinya untuk meletakkan tiara di kepala Amethyst. "Like a queen," gumamnya tepat di telinga Amethyst. Gadis itu menatap kosong pada tiara yang nampak berkilau bertengger di kepalanya. Cantik seperti yang Dominic katakan. Namun,
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

39. Dominasi Dominic

Sepanjang perjalanan, Amethyst hanya diam dan menatap kosong jalanan menggenggam tiara dengan pikiran berkecamuk. Dominic memperhatikannya sembari fokus mengemudi. Ia tak suka Amethyst yang diam seperti ini. “Sayang, apa yang kau pikirkan?” Dominic akhirnya memecahkan keheningan dengan bertanya selembut mungkin untuk menarik perhatiannya. Amethyst tidak langsung menjawab. Ia seolah menimbang sesuatu dan berusaha menyembunyikan kegelisahan yang. “Aku hanya memikirkan kak Michael,” jawabnya dengan pelan nyaris tak terdengar setelah terdiam agak lama. Dominic mencengkeram setir kemudi berusaha meredam amarah dan rasa cemburunya. Dia tak suka Amethyst memikirkan pria lain yang bukan dirinya, bahkan Michael. Pria yang selalu berusaha mengambil Amethyst darinya. "Dia adalah pria dewasa yang tak perlu kau pikirkan," geram Dominic tak habis pikir. Amethyst hanya mengangguk dan kembali tenggelam dalam lamunan. Dominic akhirnya menyerah untuk mengajaknya bicara. Ia berusaha menahan diri
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more

40. Belitan Rantai Tak Kasat Mata

Hari ini Amethyst bangun lebih pagi disaat suasana di luar masih gelap. Ia mencoba bergerak melepaskan belitan tangan Dominic."Domi, aku butuh ke kamar mandi," katanya pelan"Baiklah, sebentar saja." Dominic mengalah dan melepaskannya. Amethyst mengunci pintu kamar mandi sambil menghela nafas panjang. Pikirannya yang bercabang membuatnya sulit untuk tidur lelap. Ia duduk di kloset yang tertutup, menatap ubin yang dingin. "Apakah ini sudah tepat?"Amethyst menggumamkan kalimat itu berulang-ulang di kepalanya. Ia merasa, kembali bersama Dominic adalah keputusan salah dan yang terbaik disaat yang bersamaan. Amethyst terlonjak ketika mendengar suara Dominic dari balik pintu. "Sayang, kau baik-baik saja?" tanya Dominic terdengar dengan sedikit tekanan. "I-ini ... aku akan segera keluar." Gegas, Amethyst mencuci wajahnya untuk menutupi jejak kegelisahan. Ia mengatur nafas sebelum membuka pintu secara natural. Dominic berdiri tegak dibalik pintu kamar mandi bertelanjang dada. Meskipun
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status