Semua Bab Bersandar pada Ketakutan: Bab 41 - Bab 50

50 Bab

41. Dekapan Yang Mengikat

Pagi itu, setelah sarapan Dominic membawa seorang wanita yang dikenal sebagai dr. Eleanor datang ke rumah untuk sesi konseling seperti yang ia janjikan pada Amethyst. "Kenalkan, aku Eleanor. Panggil saja begitu," ucap dr Eleanor dengan senyum ramah dan hangat. "Ah, ya ... Aku Amethyst. Mohon bantuannya." Walau merasa sedikit canggung, tapi ia lega melihat senyum yang dipancarkan wanita paruh baya itu. Dominic merangkul pundak Amethyst dan mencium keningnya tanpa ragu di depan dr Eleanor. "Aku akan berada di ruang kerja. Beri tahu aku kalau kau merasa tak nyaman."Amethyst tersenyum malu melirik keberadaan dr Eleanor yang terlihat biasa saja. "Oke ... pergilah." bisiknya.Dia mengusir Dominic pelan mencoba menyembunyikan wajahnya yang bersemu. Bisa-bisanya pria itu menciumnya dihadapan orang lain. "Sepertinya, hubungan kalian cukup harmonis," kata dr Eleanor tertawa pelan. "Seperti itulah," Jawab Amethyst sekenanya. "Mari, silakan kita ke ruangan baca saja.""Tentu."---Dominic
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-26
Baca selengkapnya

42. Darah dan dendam

Aiden menyusuri jalan sempit diantara gedung tua yang terbengkalai. Dengan bantuan cahaya bulan yang remang-remang, dia berjalan waspada. Setelah beberapa lama, ia sampai di sebuah rumah tradisional yang tampak kumuh diterangi lampu pijar. Satu tangannya meraih handgun yang ia sembunyikan dibalik jaket hitamnya sementara ia mengetuk pintu pelan. Menunggu sejenak, ia kemudian masuk ke dalam disambut seorang wanita muda yang duduk dibalik meja resepsionis. "Tuan Aiden?" tanya wanita itu memastikan. Dibalas anggukan oleh Aiden. "Mari ... Ibu sudah menunggu di dalam."Aiden dibimbing masuk ke sebuah pintu yang terhubung ke lorong panjang dengan banyak pintu yang terlihat dihuni. Hingga akhirnya, mereka berhenti di sebuah pintu besar tepat di ujung. "Ibu, Tuan Aiden sudah datang," katanya setelah mengetuk pintu. Tak lama terdengar sahutan dari dalam dan wanita itu menunduk pamit pada Aiden mempersilakannya masuk. Ketika Aiden masuk, aroma bunga yang menyengat bercampur asap rokok lan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

43. Tautan Rasa

Ketika Dominic memasuki kamar, ia melihat Amethyst yang tidur meringkuk membelakanginya. Dia langsung melenggang ke kamar mandi meski tau kalau Amethyst hanya berpura-pura tidur. Setelah beberapa saat, Dominic keluar dengan keadaan segar dan hanya mengenakan celana pendek. Merebahkan diri di ranjang dan memeluk Amethyst dari belakang. "Aku tau kau menguping, sayang," ucap Dominic berbisik. Namun, mengejutkan Amethyst. Dominic semakin memeluk Amethyst erat seolah mencari kekuatan. "Kau ingat sedikit cerita tentang kematian ibuku, bukan?" Perlahan, nafas Dominic semakin memberat. "Kecelakaan itu adalah konspirasi yang dibuat ayahku untuk memanipulasi publik. Ia tak ingin perusahaan terganggu dengan insiden bunuh diri yang dilakukan istrinya." "Sejak aku kecil, aku selalu melihat ibuku yang diperlakukan tidak adil. Semua jenis kekerasan fisik dan verbal ia terima. Hingga akhirnya memilih menyerah." Dominic mengelus rambut Amethyst yang mulai terisak. "Itu belum seberapa dibandi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-28
Baca selengkapnya

44. Dominic yang mendominasi

Dominic menggenggam tangan Amethyst erat setelah sampai di pelataran kantor Onyx Horizon yang terlihat menjulang. Amethyst merasa sedikit tak nyaman dengan pandangan para pegawai yang memandang keduanya penasaran. Sesekali, ia melihat baju yang ia pakai. Memastikan pakaiannya sopan dan rapi ketika mereka berjalan di lobi ditemani seorang asisten laki-laki yang berjalan dibelakangnya. Dominic menuntun Amethyst masuk ke lift dan menekan tombol ke ruangannya. “Seharusnya kau tidak perlu sejauh ini," gerutu Amethyst pelan sedikit merajuk. Ia tersenyum sungkan pada asisten Dominic yang nampak sopan dan menundukkan pandangan. Dominic menatapnya sekilas. “Kau ingin bekerja bukan? Jadi, inilah pekerjaan mu. Menemaniku kemanapun aku pergi," ucapnya dengan enteng. Amethyst berdecak, merasa kesal dengan keputusan Dominic. Lift berdenting ketika sampai di pantai tujuan. Amethyst terkagum melihat interior kantor yang modern dan khas anak muda. Sama seperti di bawah, para pegawai di sini jug
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

45. Sebuah Rahasia

Setelah selesai makan siang, Ethan membimbing Amethyst untuk kembali ke ruangan Dominic tanpa mengatakan apapun. Amethyst berjalan diam disampingnya dalam keheningan. Kemudian ia teringat dengan perkataan ambigu yang sering diucapkan padanya. “Ethan,” panggilnya pelan. Namun, Ethan yang peka langsung menoleh tanpa menghentikan langkahnya. “Ya?” Amethyst merasa ragu sejenak. “Kau pernah bilang … aku bisa menghubungimu kalau butuh bantuan. Apa alasan kau mengatakan itu padaku?” Hening sejenak, kala Ethan mulai melambatkan langkahnya. “Kau terlihat mandiri dan kuat walau keadaan memaksamu untuk menggila." Amethyst mengerutkan kening. “Jadi, kau merasa kasihan padaku begitu?” "Anggap saja seperti itu." ucap Ethan cuek mendahului Amethyst. Seolah tak ingin memberitahu lebih. Langkah Amethyst terhenti. Ia tertegun menatap punggung Ethan yang makin menjauh. Namun, ia mulai mengejar Ethan dan memberanikan diri untuk bertanya hal lain yang sejak dulu mengganggu pikirannya. “Ethan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

46. Sisi Gelap Dominic Blackwood

Ruangan minimalis bergaya etnik itu diisi oleh Dominic dan Ayah besar yang tengah duduk santai dengan kopi hitam di meja. "Bagaimana dengan proyek terbaru yang kuserahkan padamu?" Suara berat itu bertanya santai. Dominic memutar pena yang ia pegang dengan pandangan kosong. "Semua berjalan lancar." Nada bicaranya bahkan terdengar datar tanpa emosi. Mata tua Fernaldi tentu tak melewatkan detail kecil ini. "Gadis itu membuat suasana hatimu jelek rupanya." Mata Dominic berkilat mendengarnya. Ia menegakkan tubuh untuk menatap Fernaldi yang tampak menyeringai. "Itu urusanku," tekannya. "Kalau kau membuat keributan karena dia...," Fernaldi bangkit, memberikan sedikit tekanan untuk Dominic. "Kau tau kalau aku bukan orang yang berbelas kasih, Dominic." Dia menepuk bahu Dominic sebelum meninggalkan ruangan. Tatapan Dominic menggelap. Pena yang semula ia mainkan kini telah menjadi dua bagian akibat amarahnya. Ketika akan pergi, Ethan sudah menunggunya sambil bersandar di pintu, bersi
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

47. Kegelapan Yang Mengelilingi

Di ruang konsultasi rumah sakit, Dominic duduk menyilangkan kaki merasa dingin di hatinya menunggu penjelasan tentang keadaan Amethyst.Di hadapannya, dokter Eleanor, spesialis kejiwaan memaparkan kondisi Amethyst secara profesional dan juga simpati."Tuan Blackwood," ujar dokter Eleanor pelan. Ia membuka hasil evaluasi yang ia pegang sedikit gentar dibawah tatapan Dominic yang menusuk."Setelah observasi yang kami lakukan terhadap keadaan nona Amethyst, kita bisa melihat kalau beliau mengalami depresi berat dan beberapa tingkahnya mengarah ke bipolar. Kondisi itu bisa muncul ke permukaan jika beliau berada pada tingkat stress yang cukup tinggi."Dominic terdiam mendengar penjelasan yang terasa menusuk. Rasa bersalah mulai menggelayutinya. Namun, egonya mengatakan hal lain. "Dengan ini, Amethyst pasti akan bergantung padaku sepenuhnya," pikirnya. "Apa penyebabnya?" tanya Dominic sedikit tegang, walau ia sudah tahu jawabannya. Dokter Eleanor menghela napas, meletakkan kedua tanganny
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

48. Sangkar Emas

Rumah megah Dominic kini bagai penjara bagi Amethyst. Semua gerakannya selalu diawasi. Bahkan, balkon dan jendela kamar Dominic kini ditambahi teralis besi, semakin membuatnya terpenjara sepenuhnya. Sejak keluar dari rumah sakit, ia tahu... semua telah berubah. Ia tak bisa lagi menatap Dominic seperti sebelumnya. Kini hanya ada rasa takut dan ketidakberdayaan ketika bersamanya. Dokter Eleanor telah memberinya banyak petuah agar Ia tetap bertahan untuk dirinya sendiri. Dan Ia akan berusaha untuk tidak kalah pada keadaan seperti dulu. Ia duduk di kursi membaca buku mencoba mengusir rasa jenuh yang mulai menghampiri. Pintu kamar itu telah dikunci rapat dan dijaga ketat oleh dua bodyguard. Pintu kamar tiba-tiba terbuka, Dominic datang dengan langkah penuh intimidasi, memindai keadaan Amethyst dengan tajam. "Kau tidak tidur," ucap Dominic memecah keheningan. Amethyst menutup bukunya dengan kasar. Matanya dipenuhi kebencian ketika menatap pria itu. "Apa kau kehilangan kosa kata
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

49. Neraka

Michael akhirnya berdiri di depan rumah megah Dominic. Sudah berminggu-minggu ia tak mendapatkan kabar dari Amethyst, setelah pertemuan terakhir mereka. Nomornya tak bisa dihubungi sama sekali. Ia tahu ada yang tidak beres.Saat gerbang besar itu terbuka, ia langsung melangkah masuk mengabaikan para bodyguard yang menatapnya awas. Dominic menenggak sampanye dengan santai di ruang tamu. Menyambut Michael dengan senyuman sinis terkesan mengejek. "Michael Callahan," Dominic menyapa dengan nada dingin. "Apa yang membawamu ke sini?"Michael dipenuhi emosi yang berkecamuk, menatapnya tajam. "Dimana adikku? Aku berusaha menghubunginya selama ini, tapi tak berhasil. Apa yang kau lakukan padanya?!"Dominic bangkit dengan tenang dan melangkah penuh intimidasi pada Michael yang masih berdiri di tengah ruangan. "Amethyst ada di sini, tentunya dia aman bersamaku," katanya dengan nada santai, tetapi matanya tetap dingin seperti es. "Jangan bermain-main denganku, Blackwood!" Michael membalas de
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya

50. Aliansi Tak Terduga

Suara bising klab malam tak mempengaruhi Michael. Sudah hampir tiga jam ia duduk di bar dengan segelas bir yang ia pesan kesekian kalinya. Raut wajah adiknya yang menyedihkan selalu membayanginya. Perkataan Dominic telah memukul telak dirinya. Ia memang egois kala itu, memilih hidup nyaman meninggalkan ibu dan adiknya yang melolong minta pertolongan. Kini, ia ingin menebus semuanya dengan membawa Amethyst pulang bersamanya. "Tunggu kakak, Amy." Kedua mata Michael bersinar dengan tekad kuat. Suara kursi yang berderak mengalihkan perhatian Michael sebentar. Begitu menyadari seorang Ethan Gray yang duduk disebelahnya, senyuman sinis terbit di wajahnya. "Callahan," Ethan menyapa dengan suara rendah. Tangannya melambai, memesan segelas vodka untuknya. "Kudengar kau mendatangi Dominic," ucapnya tanpa basa-basi. Tubuh Michael menegang. Ia tahu Ethan adalah bagian dari Dominic. Laki-laki licik ini pasti menginginkan sesuatu. "Apa yang kau mau?" tanyanya dingin.Ethan menyeringai, matany
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-05
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status