All Chapters of CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku: Chapter 141 - Chapter 150

159 Chapters

141. Apa Kabar?

Cheryl tercengang.Sosok dokter di hadapannya begitu tampan. Terlalu tampan. Seperti tokoh komik yang mewujud nyata dalam balutan jas putih yang tersemat anggun di tubuhnya yang tinggi tegap dan atletis. Rahangnya tegas, hidungnya mancung, dan sorot matanya tetap tajam di balik kacamata.Ada sesuatu dalam cara dokter itu menatapnya, tatapan yang begitu lembut dan menghargai. Jenis kelembutan yang mampu mengoyahkan hati siapa pun tanpa aba-aba.Tatapannya turun ke dada pria itu, pada bordiran rapi di atas saku jasnya: dr. Joshua Valen, Sp.OT, FICS, MBA.Seketika, ada sesuatu dalam ingatannya yang tersentak. Ah. Jadi ini dokter Joshua Valen. Ia ingat pernah bertemu dengannya.Malam itu. Saat ia baru saja selesai menjalani visum di rumah sakit, ditemani Bara.Saat itu, dokter ini sempat mengiranya sebagai Baby. Dan itu sukses menyulut rasa cemburu sekaligus kesal dalam dirinya. Karena kala itu, Cheryl masih mengira Baby adalah kekasih Bara.“Bagaimana kabarmu, Cheryl?”Suara dokter itu m
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

142. Sesak dalam Diam

Langit senja perlahan memudar, meninggalkan semburat jingga yang masih membekas di cakrawala. Lampu-lampu di sepanjang kanal Venesia mulai menyala, memantulkan cahaya keemasan di atas permukaan air yang bergelombang lembut saat gondola-gondola berlalu. Aroma asin laut berpadu dengan wangi kopi Italia dan anggur merah dari restoran-restoran di tepi kanal, menambah nuansa khas kota terapung ini.Di balkon pribadi sebuah restoran eksklusif yang menghadap Grand Canal, perjamuan kecil berlangsung dalam suasana yang hangat. Namun, di balik senyum dan percakapan ringan, ada ketegangan yang menyelimuti ruangan. Di meja yang tertata elegan dengan taplak linen putih dan lilin-lilin kecil yang berkelip lembut, orangtua Milena, yaitu Adiguna Wongso dan Dania, duduk berdampingan, berhadapan langsung dengan Rudi Wongso dan Warda Salim yang merupakan kakek dan neneknya Milena.Sementara Tuan Sigit duduk di sisi lain meja dengan ekspresi tenang dan penuh wibawa. Pemandangan Venesia yang memukau se
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more

143. Sapaan yang Menghangatkan Hati

Cahaya matahari pagi merayap masuk melalui tirai tipis berwarna gading, menciptakan bayangan lembut di ruangan perawatan VIP yang didominasi nuansa beige dan krem. Dindingnya tidak sekadar putih polos seperti kamar pasien biasa, melainkan dihiasi aksen kayu yang memberikan kesan lebih hangat dan nyaman.Cheryl menarik napas dalam, mencoba mengabaikan rasa sakit yang mulai terasa semakin nyata. Kecelakaan kemarin... baru sekarang efeknya benar-benar menyiksanya. Ia menggigit bibir, berusaha menahan rintihan saat memaksa tubuhnya untuk bangkit. Namun, begitu kakinya menyentuh lantai, sensasi nyeri yang menusuk membuatnya meringis.Perlahan, ia berjalan tertatih ke kamar mandi. Begitu cermin besar di dalam ruangan itu memantulkan bayangannya, ia tertegun. Memar-memar kebiruan menghiasi kulitnya, di bahu, di lengan, bahkan di pinggang. Beberapa luka kecil juga terlihat di pelipisnya, samar tapi tetap mengingatkan akan benturan keras yang ia alami.Cheryl menekan jari-jarinya ke sisi tubu
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

144. Kenyataan Pahit

Langit Venesia membentang jernih dengan semburat oranye keemasan yang perlahan memudar di ufuk timur. Angin sepoi-sepoi membawa aroma air asin dari kanal yang berkilauan, menyapu lembut wajah Milena saat kursi rodanya meluncur perlahan di lantai kayu balkon. Bara mendorongnya dengan hati-hati, memastikan setiap roda melaju tanpa tersendat.Mereka berjalan-jalan sambil berbincang ringan. Tentang cuaca yang sempurna, tentang seorang anak kecil yang tertawa riang di seberang kanal, tentang perjalanan yang selama ini membawa mereka ke titik ini. Setelah sampai di tepi balkon, Bara mengunci roda kursi, lalu duduk di sebuah kursi kosong di samping Milena. Matanya menatap lurus ke arah kanal yang mulai dipenuhi gondola yang melaju perlahan, membawa pasangan-pasangan yang tenggelam dalam suasana romantis kota tua itu. Pemandangan itu seketika menusuk dadanya dengan kerinduan. Cheryl.Ia bisa membayangkan dirinya ada di sana, duduk berdua dengan wanita itu, membiarkan angin sore membelai waja
last updateLast Updated : 2025-03-24
Read more

145. Terlalu Muda

Ruang perawatan Cheryl terasa terlalu luas dan sunyi. Dan kesunyian itu membuatnya gelisah, seakan detik waktu berjalan lebih lambat saat ia tak melakukan apa pun.Cheryl mengambil tablet dari tasnya. “Untung aja ini selamet dari kecelakaan kemarin,” gumamnya sambil menghidupkannya. Segera ia membuka email satu per satu. Matanya menyapu setiap pesan yang masuk, memastikan tak ada yang terlewat. Salah satu email dari tim Aldo Wicaksono – Head Designer AW Suits, mengingatkannya tentang jadwal pengukuran pembuatan setelan jas untuk Bara yang rencananya akan dilaksanakan besok.Cheryl segera mengetik pesan kepada mereka.______________________________Subject: Reschedule Measurement SessionHalo,Terima kasih remindernya.Fyi, Pak Bara saat ini sedang ada agenda di LN selama satu minggu. Jadi kita perlu menyesuaikan ulang jadwalnya ya. Mengenai informasi jadwal kosong Pak Bara selanjutnya, akan segera aku update setelah mendapat konfirmasi.Terima kasih.Best regards,Cheryl Anindita__
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

146. Kejutan

“Halo, Cheryl?”Cheryl yang tengah melamun sontak menoleh. Matanya membelalak saat melihat sosok yang berdiri di ambang pintu. "Bu Rini?" Cheryl mengedip beberapa kali, sedikit terkejut karena Rini betul-betul datang membesuknya. Dan tidak dengan tangan kosong. Sebuah kotak kayu kecil tampak dalam genggaman wanita itu."Aku bawakan sesuatu untukmu," kata Rini sambil meletakkan kotak itu di atas nakas. "Cobalah. Rasanya pasti beda dari makanan rumah sakit yang hambar itu.""Wah. Ibu nggak perlu repot-repot, tapi aku penasaran, ini apa?"Rini segera membuka kotaknya, memperlihatkan matcha warabi mochi dengan taburan kacang dan saus kuromitsu. Mochi bening kehijauan itu tampak begitu lembut, seolah siap meleleh di mulut, diselimuti bubuk matcha yang sedikit pahit dan ditaburi kacang cincang renyah. Di sebelahnya ada wadah kecil berisi saus kuromitsu, sirup gula hitam khas Jepang yang kental dan harum."Mochi?" Mata Cheryl berbinar-binar. "Ini yang kayak di restoran Jepang itu?"Rini me
last updateLast Updated : 2025-03-25
Read more

147. Mungkinkah Dia Jahat?

Tapi. Kalau Wishnu Wardhana di hadapannya ini adalah ayah kandung Bara, berarti… Rini adalah ibu tiri Bara? Cheryl menegang. Seketika ia teringat pada ucapan Bara kala itu."Aku harus membawa Sabira pergi dari mansion keluarga kami, karena tempat itu terlalu berbahaya untuknya. Banyak ular di sana."Lalu Bara menegaskan bahwa yang ia sebut sebagai ular itu adalah ibu tiri dan ketiga anaknya.Mungkinkah orang-orang baik ini tega menancapkan luka di hati Bara? Luka yang, ia lihat di malam itu, begitu nyata dalam sorot matanya saat ia membicarakan Sabira dan keluarga tirinya.Jantung Cheryl berdebar tak karuan saat melirik ke arah Rini. Mungkinkah wanita selembut ini… sanggup menyakiti orang lain? Tapi faktanya… ia ingat Bara pernah berkata, “Papa menikah lagi, saat mama sedang sakit keras dan akhirnya meninggal.”Dan Rini ternyata adalah… wanita itu. Wanita yang tega menikahi suami dari seorang wanita yang sedang sekarat. Tatapan Cheryl berpindah dari Rini, ke Alina yang serius beker
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

148. Pasien Darurat

Wajah Cheryl masih pucat ketika ia melangkah melewati pintu kaca gedung Apex. Sisa-sisa kelelahan masih melekat di tubuhnya, seolah tiap helaan napas masih menyimpan jejak sakit yang belum sepenuhnya pergi. Tapi ia tidak membiarkan kelemahan itu terlihat.Punggungnya tetap tegak, langkahnya mantap meski ada sedikit getaran nyeri halus di pergelangan kakinya. Tapi ia tetap menunjukkan bahwa ia baik-baik saja, bahwa ia masih kuat, meski rasa sakit di kakinya nyaris berkhianat.Di bawah sorotan lampu-lampu lobi yang terang, Cheryl mengangkat dagunya sedikit lebih tinggi, memaksa dirinya untuk tetap terlihat prima. Ia tak mau terlihat payah di hadapan Nina nanti. Tidak mau.Begitu memasuki lobi, langkah Cheryl sedikit melambat tanpa ia sadari. Di tengah lalu-lalang para pegawai, pandangannya bertemu dengan sepasang mata tajam Axel yang langsung mengunci gerakannya. Masih terlihat ada ‘rasa suka’ yang berpendar di dalam bola matanya, meskipun samar."Hai, Axel?" sapanya ringan, mencoba bers
last updateLast Updated : 2025-03-27
Read more

149. Superman

Cheryl menyandarkan punggungnya ke kursi kantor, matanya berkilat kesal sembari mengusap kakinya yang masih berdenyut nyeri. Ia tak henti-hentinya menggerutu, "Kupikir dia dokter yang sabar, tapi ternyata bisa galak juga. Mau apa coba dia ke sini? Kelamaan! Apa susahnya sih kasih resep saja? Bisa-bisa aku keburu klenger kesakitan."Ia cepat-cepat meraih ponsel dan menghubungi OB. "Heri, tolong belikan Counterpain dan obat anti nyeri. Merk apa aja terserah, yang penting buat anti nyeri," ujarnya dengan nada tak sabar.Menunggu OB datang, Cheryl merebahkan diri di sofa, meringkuk sambil memegangi kakinya yang nyeri. Matanya terpejam, mencoba mengatur napas setiap kali rasa sakit itu kembali menyerang seperti sengatan tajam.“Sialan. Demi menghindari Bu Rini biar jangan sampai tahu alamat rumahku, aku malah nekat ke kantor dan sekarang jadi apes gini.”Cheryl mengerutkan kening, menduga-duga. “Aku kok masih nggak yakin ya kalau semua itu cuma kebetulan? Jangan-jangan Bu Rini memang ingi
last updateLast Updated : 2025-03-28
Read more

150. Terjebak di Bawah Langit Venesia

Malam itu, Venesia berpendar dalam cahaya keemasan. Lampu-lampu jalan memantulkan kilau lembut di permukaan kanal, menciptakan riak-riak cahaya yang menari di antara arus tenang. Dari balkon sebuah hotel bintang lima, pemandangan kota tampak seperti lukisan hidup. Gedung-gedung tua berdiri anggun di sepanjang tepian air, sementara gondola melintas perlahan, dayungnya mengiris permukaan air dengan keheningan yang indah. Sementara itu di dalam ruangan hotel, alunan musik klasik mengisi udara, berpadu dengan suara gelas beradu dan gumaman percakapan, menciptakan atmosfer hangat di antara mereka yang hadir.Di meja utama, dua keluarga besar duduk dalam keakraban yang dengan cepat tercipta. Para pelayan bergerak anggun, menuangkan anggur ke dalam gelas-gelas kristal para tamu tanpa sedikit pun mengganggu percakapan yang tengah mengalir.Di antara semua yang hadir, sosok Tuan Sigit paling mencuri perhatian. Pria tua itu mengenakan kemeja linen berwarna gading dengan kerah terbuka, dipaduk
last updateLast Updated : 2025-03-29
Read more
PREV
1
...
111213141516
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status