All Chapters of CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku: Chapter 101 - Chapter 110

161 Chapters

101. Sulit Untuk Diampuni

"Aku tahu… aku telah menyakitimu, Bara." Suara Rini bergetar di antara isakannya. "Aku tidak meminta pengampunan, karena aku tahu kamu berhak marah, berhak membenciku. Tapi setidaknya, jangan membenci papamu sendiri."Bara tercengang. Untuk pertama kalinya ada seseorang yang berhasil membuatnya tercengang dalam sebuah pembicaraan empat mata.Bah. Atas dasar apa wanita itu menguliahinya?Sungguh. Ia angkat topi atas ‘ketidaktahuan diri’ wanita itu. Mungkin jika ada ‘lomba orang paling tidak tahu diri sedunia’, wanita itulah pemenangnya.Tatapan Bara yang semula datar berubah dingin, menusuk, tanpa setitik pun belas kasih. Ia mencondongkan tubuh, melipat tangannya di permukaan meja. "Setiap perbuatan ada harganya."Rini yang sejak tadi berdiri—karena Bara tidak mempersilakannya duduk— mengatupkan bibirnya rapat-rapat. Ia tahu percakapan ini tidak akan ia menangkan. Tapi ia juga tidak datang untuk menang."Ayahmu sakit, Bara." Kali ini suaranya lebih lembut, seperti membujuk. "Apa kau
last updateLast Updated : 2025-03-10
Read more

102. Gadis yang Baik

“Nama yang bagus.” Rini berkata setelah membaca deretan huruf yang tertera di ID card Cheryl. “Cheryl Anindita.” Ia mengulang nama itu pelan, seperti ingin mengingatnya. "Ayahku yang menamainya," Cheryl tersenyum kecil. “Katanya, Cheryl berasal dari bahasa Perancis chérie, yang artinya tersayang atau tercinta.""Lalu, Anindita?" tanya Rini, sambil tersenyum kecil. "Itu dari bahasa Sansekerta.” Cheryl tersenyum malu-malu. “Artinya sempurna, tanpa cacat, atau unggul."Rini mengangguk-angguk pelan. "Wah, namamu berarti… seseorang yang layak dicintai dengan sempurna. Nama adalah doa. Ayahmu pandai sekali mendoakanmu.”Cheryl terkekeh kecil. "Ayahku memang sangat mencintaiku. Tapi aku jauh dari sempurna."Rini tersenyum seraya memperhatikan gadis itu lebih lekat. "Tapi kamu memiliki sesuatu yang istimewa, sehingga kamu akan terlihat begitu sempurna di mata orang yang mencintaimu.”Cheryl tertawa kecil, tapi ada sesuatu yang redup di matanya. Ada rindu yang mendalam yang terasa begitu n
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

103. Cinta yang Tak Ingin Kalah

Rini membiarkan pikirannya melayang ke masa lalu. Ia tahu betul perasaan takut yang diungkapkan oleh gadis di dalam lift tadi, Cheryl. Perasaan takut salah memilih, takut jatuh cinta pada seseorang yang tak seharusnya. Ia pernah ada di posisi itu. Pernah merasa begitu kecil di hadapan cinta yang terhalang oleh kenyataan pahit.Dulu, ia hanyalah seorang gadis biasa, putri dari pemilik restoran kecil yang sederhana. Tempat di mana para pelanggan tetap datang bukan karena kemewahannya, melainkan karena cita rasa dan pelayanan yang tulus. Dan di antara pelanggan itu, Wishnu menarik perhatiannya. Dia putra dari seorang konglomerat yang datang dengan pakaian mahal, mobil mewah, dan sikap santai yang bertolak belakang dengan latar belakangnya yang penuh aturan. Tapi berbeda dari kebanyakan orang kaya, Wishnu tidak pernah bersikap angkuh. Ia menikmati setiap hidangan dengan sungguh-sungguh, berbicara dengannya tanpa memandang statusnya sebagai pelayan restoran. Lalu, entah bagaimana, per
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

104. Dingin

Cheryl melangkah menuju coffee shop di lobi gedung dengan langkah ringan, meskipun pikirannya masih dipenuhi berbagai hal tentang pekerjaan barunya. Aroma kopi yang baru diseduh menyambutnya begitu ia masuk, menciptakan kehangatan yang kontras dengan udara dingin dari pendingin ruangan di luar.Ia langsung menuju meja kasir, memasukkan pesanannya di layar digital—satu untuk dirinya sendiri dan satu lagi untuk Sofyan. Setelah membayar, ia berdiri menunggu di dekat counter, jari-jarinya secara refleks menggulir layar ponsel tanpa benar-benar membaca apa pun.Getaran halus di tangannya membuatnya tersadar. Nama Sofyan muncul di layar. Ia segera mengangkatnya.“Cher, beliin satu lagi buat Pak Bara,” suara Sofyan terdengar santai di seberang.Cheryl melirik ke arah barista yang sedang menyiapkan pesanannya. “Oke, tapi dia suka kopi apa?” tanyanya, memastikan.“Pahit. Kopi tanpa gula.”“Iya, tapi apa? Espresso atau long black?”“Long black aja, biar nggak terlalu ekstrem,” jawab Sofyan.C
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

105. Tempat Untuk Hatiku

Tatapan itu… seperti menelanjangi setiap gerak-geriknya, membuat napas Cheryl tercekat seketika.Untuk pertama kalinya, ia merasakan tekanan yang berbeda. Bara memang selalu tampak dominan dan sulit ditebak, tapi tidak pernah seperti ini. Tidak pernah sedingin ini.Sejak tadi lelaki itu tidak berkata apa-apa. Hanya diam, menatapnya dengan sorot mata yang nyaris tak berperasaan.Sejenak, Cheryl terpaku di tempat. Tangannya refleks menggenggam cangkir kopi lebih erat, seakan benda itu bisa memberinya perlindungan dari hawa intimidasi yang menguar dari sosok Bara.Ia menelan ludah, lalu akhirnya memaksakan bersuara. "Kopinya, Pak."Langkahnya terasa berat saat ia maju, mendekati meja Bara. Jarak di antara mereka terasa begitu jauh, padahal hanya beberapa meter.Saat ia meletakkan kopi di atas meja, Bara masih belum berkata apa-apa. Tidak ada anggukan, tidak ada isyarat. Hanya sorot mata itu, yang terus tertuju padanya.Dan entah kenapa, itu lebih menakutkan dibandingkan omelan atau kema
last updateLast Updated : 2025-03-11
Read more

106. Tidak Bisa Berhenti

Cheryl merasakan udara di sekelilingnya berubah, terasa kian menipis, menyempitkan ruang bernapasnya. Dunia seakan mengecil, menyisakan hanya dirinya dan Bara.Dada pria itu hanya sejengkal darinya. Kehangatannya merembes ke kulit Cheryl, membakar pertahanan yang selama ini mati-matian ia jaga.Tangan Bara masih bertahan di pinggangnya, begitu kokoh dan menguasai. Sementara tangan satunya membelai pipi Cheryl, kelembutannya bertolak belakang dengan sosoknya yang keras, dingin, tak tersentuh."Terima kasih buat apa?" Bara menghela napas. Jemarinya bergerak pelan di wajah Cheryl, seolah memastikan wanita itu nyata, bukan ilusi, bukan sekadar bayangan yang bisa lenyap sewaktu-waktu."Terima kasih karena kamu menerimaku, mau menerima pelukanku." Sesederhana itu. Tapi kalimat itu sanggup mengguncang sesuatu dalam diri Cheryl.Selama ini, ia melihat Bara sebagai ancaman. Pria itu seperti gunung es yang sanggup membekukan setiap langkahnya. Tapi kini, ia melihat sisi lainnya yang lebih man
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

107. Menginginkanmu

Bara seharusnya menghentikan ini.Seharusnya.Tapi begitu bibir Cheryl terbuka untuknya, membiarkannya masuk lebih dalam, seluruh kendali yang mati-matian ia pertahankan runtuh seketika.Ciumannya bukan lagi sekadar tuntutan. Ia menginginkannya lebih, menginginkannya sepenuhnya. Bara awalnya kesal.Kesal karena Cheryl selalu membuatnya kehilangan kendali. Kesal karena perempuan itu tak pernah benar-benar pergi, tapi juga tak sepenuhnya tinggal. Seperti bayangan di batas cahaya. Dekat, tapi tak bisa digenggam.Lalu rasa itu berubah menjadi sesuatu yang lebih dalam. Lebih kelam. Posesif.Bara tak bisa membayangkan ada orang lain yang bisa memahami Cheryl seperti dirinya. Ia membenci bagaimana pikirannya dipenuhi oleh sosok itu, bagaimana dadanya terasa kosong setiap kali Cheryl menarik diri. Ia ingin mengunci gadis ini di sisinya, menjadikannya bagian dari dunianya, meskipun ia tahu… kakeknya mungkin tidak akan suka, tidak akan setuju.Dan itu, terasa lebih menakutkan daripada kehilan
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

108. Tak Pernah-Pernahnya

Ruang rapat utama di gedung Apex dipenuhi atmosfer serius. Cahaya putih dari lampu LED memantulkan kilau samar di permukaan meja kaca panjang yang menghadap jendela besar dengan pemandangan kota yang sibuk.Bara duduk di kursi eksekutif di ujung meja, sorot matanya tajam namun tenang, mencerminkan kendali penuh atas situasi. Di hadapannya, tiga perwakilan dari Prima Sentosa duduk dengan ekspresi serius. Richard, direktur utama perusahaan tersebut, membuka pembicaraan dengan nada percaya diri.“Kami ingin membangun kawasan terpadu yang mengintegrasikan hunian, bisnis, dan gaya hidup. Untuk itu, kami memerlukan sistem pembayaran digital yang dapat menyatukan seluruh transaksi dalam ekosistem kami. Apex memiliki teknologi dan infrastruktur yang kami butuhkan.”Bara tidak langsung menanggapi. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi, membiarkan keheningan mengisi ruangan. Taktik sederhana, tetapi cukup untuk membuat lawannya mulai bertanya-tanya.Dengan gerakan santai, Bara meraih remote di me
last updateLast Updated : 2025-03-12
Read more

109. Pulang Disambut Ayang

Taksi melambat saat tiba di depan sebuah gerbang tinggi. Cheryl segera menelepon petugas keamanan, “Tolong buka gerbangnya.” Hanya butuh beberapa detik sebelum gerbang besi hitam itu terbuka secara otomatis, suara mekanisnya bergema pelan di antara azan magrib yang mulai menggema dari toa masjid di kejauhan.Jalan masuk menuju rumah Bara yang semegah istana itu cukup panjang, membentang lurus dengan lampu-lampu kecil tertanam rapi di sepanjang tepian, menerangi hamparan rumput yang terawat sempurna. Pepohonan tinggi menjulang di kedua sisi, seolah menciptakan lorong alami yang menambah kesan eksklusif dan… misterius.Tak lama, tampak bangunan utama, berdiri megah dengan arsitektur klasik yang dipadukan sentuhan modern. Pilar-pilar tinggi menjulang, fasadnya diterangi lampu-lampu dinding yang memberikan semburat keemasan pada marmer putih yang mendominasi eksteriornya. Air mancur besar berdiri di tengah halaman depan, suara gemericik airnya terdengar lembut di antara suara azan yan
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more

110. Jangan Jatuh Cinta

Cheryl mengusap sisa air mata di pipinya sebelum akhirnya melangkah pelan, menelusuri "kamar lamanya" yang kini telah kembali menjadi miliknya. Jika hanya ingin menunjukkan kemurahan hatinya saja, Bara bisa saja memberinya uang dalam jumlah besar, hal yang jauh lebih mudah untuknya. Karena bagi pria itu, uang sama sekali bukan masalah.Namun, Bara memilih sesuatu yang lebih personal, lebih manis. Ia mengembalikan semua yang pernah Cheryl jual satu per satu, seakan ingin menghapus jejak luka yang pernah ia alami.Itu bukan sekadar kemurahan hati. Bukan kebiasaan seorang pria kaya yang hanya sebatas ingin menunjukkan belas kasihnya.Cheryl menggigit bibirnya. Dulu, ia pikir Bara hanyalah seseorang dengan ego besar dan sifat dominan yang menyebalkan. Tapi sekarang? Sekarang ia melihat sisi lain pria itu. Dan itu jauh lebih berbahaya.Berbahaya untuk hatinya.Cheryl mendesah pelan dan kembali mengedarkan pandang ke seisi kamar. Setiap sudut terasa begitu familiar, namun ada sesuatu yang
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more
PREV
1
...
910111213
...
17
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status