All Chapters of CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku: Chapter 121 - Chapter 130

159 Chapters

121. Rindu

Di ruang rapat sebuah hotel berbintang lima di Surabaya, suasana terasa formal dan profesional. Cahaya lampu yang menggantung di langit-langit memantulkan kilauan lembut di atas meja rapat panjang yang dipenuhi dokumen, laptop, dan cangkir kopi yang masih mengepulkan asap. Para eksekutif yang hadir tampak serius, membahas angka-angka dan strategi bisnis dengan penuh perhatian.Di tengah atmosfer yang begitu intens, Bara duduk tegap di kursinya, jas Armani abu-abu yang ia kenakan tetap rapi tanpa cela. Tak ada satu pun tanda kelelahan di wajahnya, meskipun kantung matanya sedikit menebal akibat penerbangan pagi yang harus dijalaninya, yang hanya berselang beberapa jam setelah sesi percintaan yang luar biasa dengan Cheryl.Ah, Cheryl…Pikiran tentang istrinya itu melintas begitu saja, membuat bibir Bara tertarik membentuk senyum samar. Ia tak pernah merasa begitu lelah sekaligus bersemangat dalam satu waktu. Tubuhnya mungkin masih menyisakan sisa letih, tetapi hatinya penuh dengan keba
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

122. Belum Pernah Jatuh Cinta

Cheryl bergegas turun dari taksi yang baru saja berhenti di halaman lobi gedung Apec. Sial. Macet tadi benar-benar membuatnya kehilangan banyak waktu. Jam tangannya sudah menunjukkan pukul 16.57. Tiga menit lagi sebelum janji dengan stylist pribadi Bara, dan dia masih harus naik ke kantor Bara yang berada di lantai atas.Di tengah ketergesaannya, ujung heels-nya tersandung undakan pintu masuk lobi. Lututnya goyah. Cheryl hampir saja kehilangan keseimbangan jika bukan karena sebuah tangan kuat yang menangkap lengannya dengan sigap.“Whoa, hati-hati.”Tubuhnya menegang seketika. Suara itu. Seketika ia mendongak, dan matanya bertemu dengan sepasang mata tajam yang begitu familiar.“Axel?”Senyum tipis terulas di wajah pria itu, tapi ada sesuatu dalam sorot matanya yang membuat Cheryl ingin segera mundur. Tanpa membuang waktu, dia cepat-cepat menarik lengannya dari genggaman Axel.“Makasih ya,” ujarnya buru-buru, langkahnya sudah hendak bergerak lagi.Tapi Axel tidak langsung melepaskann
last updateLast Updated : 2025-03-17
Read more

123. Jika Itu Bukan Cinta, Lalu Apa?

Cheryl membuka pintu ruang wardrobe pribadi Bara. Aroma perpaduan kayu mahoni dan cologne maskulin langsung menyergap indra penciumannya, membawa kembali kenangannya bersama Bara.Di sudut ruangan ini, di dekat rak jas hitam yang tersusun rapi, bibir mereka pernah saling bertaut dalam ciuman yang panas dan memabukkan. Cheryl mengerjapkan mata, menepis bayangan yang nyaris menyeretnya ke dalam perasaan yang bisa membuatnya limbung. Tidak. Dia harus fokus. Di kantor ini… ia hanyalah asisten pribadi Bara. Tidak lebih.Nath masuk dengan langkah santai, tangannya otomatis menyusuri kain salah satu jas yang tergantung di rak. "Ah, sudah lama aku tidak masuk ke sini," ujarnya, nada suaranya mencerminkan keakraban akan suasana di dalam ruangan ini. "Tapi koleksi Bara tetap tidak banyak berubah. Dia selalu setia dengan warna-warna klasik."Cheryl menoleh, berusaha fokus pada tugasnya. "Sepertinya dia bukan tipe yang suka bereksperimen dengan gaya.""Benar," Nath mengangguk, tangannya dengan c
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

124. Kami Bahkan Sudah Bercinta

Setelah meninggalkan ruang wardrobe, Cheryl dan Nath berjalan menuju ruang kerja asisten pribadi yang terletak di sebelah kantor Bara. Ruangan itu tidak terlalu besar, tetapi tertata rapi dengan meja kerja minimalis, rak dokumen, serta sofa kecil di sudutnya. Nath menjatuhkan tubuhnya ke salah satu kursi di depan meja Cheryl, lalu menyalakan tabletnya dengan sekali ketukan di layar. "Oke, aku sudah menyusun beberapa rekomendasi gaya untuk Bara berdasarkan agenda yang kamu kasih kemarin."Ia menggeser layarnya, memperlihatkan foto-foto dengan berbagai kombinasi pakaian. Cheryl mencondongkan tubuhnya, memperhatikan dengan saksama."Mulai dari yang paling formal," Nath membuka presentasinya dengan tampilan gambar pertama. "Untuk gala dinner dengan investor dan pertemuan dewan direksi, aku rekomendasikan setelan three-piece dengan dasi sutra. Hitam atau navy akan terlihat paling profesional, tapi kalau dia mau sedikit lebih approachable, charcoal grey bisa jadi pilihan menarik."Cheryl m
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

125. Bukan Dia

Pintu lift baru saja hampir tertutup ketika Cheryl dan Nath masuk. Namun, sebelum lift sempat bergerak turun, lampu di dalamnya berkedip sekali, lalu—Bruk!Lift berhenti mendadak dengan sedikit hentakan. Lampu di langit-langit lift berkelip beberapa kali sebelum meredup, meninggalkan hanya semburat cahaya samar, lalu kembali terang.Cheryl terdiam sejenak, lalu menekan tombol lantai mereka. Tidak ada respons. Nath melipat tangan di dada. “Tolong bilang kalau ini bukan adegan klise di drama.” Cheryl menelan ludah. “Nath. Sepertinya… kita terjebak.”“No way!” Nath nyaris menjerit, tampak panik.Cheryl kembali memencet tombol darurat, berharap ini hanya gangguan kecil. Tapi sebelum ia sempat berpikir lebih jauh, suara aneh terdengar dari sebelahnya.“Hhhh—Hhhkk—SIAL!”Cheryl menoleh, mendapati Nath berdiri kaku di sudut lift, wajahnya pucat pasi. Tangannya mencengkeram dinding seolah sedang berada di kapal yang dihantam badai.“Nath?”“Aku nggak bisa… Aku nggak bisa di sini!” Nath mul
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

126. Tak Ingin Menyakiti

Cheryl menyandarkan punggungnya ke pilar lobi, senyumnya masih tertinggal di bibir setelah percakapan panjang yang entah sejak kapan mulai menyimpang jauh dari topik pekerjaan. Malam ini terasa ringan, jauh dari tekanan kerja yang ia bayangkan."Terima kasih atas obrolan yang absurd tapi menyenangkan ini, Cheryl." Nath mengangkat alisnya dengan ekspresi geli. "Sudah kuduga, vibes asisten pribadi Bara yang baru bakal lebih fresh."Cheryl tertawa kecil. "Tak kuduga chemistry kita terbentuk secepat ini, Nath. Kamu orang paling menyenangkan yang pernah kutemui sejak pertemuan pertama."Nath menatapnya dengan mata berbinar jahil, seperti baru menemukan mainan baru yang menarik perhatiannya. "Oh, semoga tidak akan ada percikan asmara di antara kita," godanya.Cheryl mendecakkan lidah, tertawa kecil. "Tentu saja tidak, mengingat aku sudah tergila-gila pada orang lain."Nath menggeleng pelan, dan pura-pura berdecak kesal. "Yeah, nggak heran. Gadis seusiamu memang rawan gila oleh cinta, dear."
last updateLast Updated : 2025-03-18
Read more

127. Kangen Banget

Cheryl menghela napas panjang sebelum mengangkat ponselnya. Tangannya sedikit gemetar, entah karena lelah atau perasaan yang masih bercampur aduk setelah pertemuannya dengan Axel. Ia menekan nomor pos satpam dan menempelkan ponsel ke telinganya."Ini Cheryl, tolong buka gerbangnya."Tak butuh waktu lama, suara dengungan halus terdengar, dan gerbang besi tinggi itu perlahan terbuka secara otomatis. Lampu-lampu di sepanjang jalan masuk menyala, menerangi jalur panjang menuju rumah utama.Seorang satpam mendekat dengan langkah cepat, mengenakan seragam rapi dengan emblem keamanan yang mencerminkan profesionalisme. Ia memberi salam dengan sopan. "Selamat malam, Nona Cheryl.” Cheryl mengangguk kecil. "Bang, tolong antar saya ke dalam," pintanya tanpa basa-basi. Jarak dari gerbang ke rumah utama cukup jauh jika harus ditempuh dengan berjalan kaki, apalagi setelah hari yang melelahkan. Rasanya Cheryl tak punya cukup energi untuk itu.Satpam itu tidak bertanya lagi. Ia segera menuju pos kec
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

128. Tak Bisa Lepas

Cheryl terpejam sejenak, membiarkan tubuhnya yang masih lelah terbenam dalam dekapan hangat Bara. Napasnya masih sedikit tidak beraturan, efek dari badai gairah yang baru saja mereka lalui. Sementara itu Bara membiarkan jemarinya menggambar pola-pola tak beraturan di punggung telanjang istrinya, menikmati momen setelah gelombang panas yang baru saja reda.“Apa saja yang terjadi hari ini, Sayang? Harimu menyenangkan?” Bara berbisik, suaranya rendah, nyaris berbisik di atas rambut Cheryl.Cheryl bergumam pelan sebelum mengangkat wajahnya, menatap Bara yang masih bersandar santai di kepala ranjang. “Imel dipecat. Sofyan yang memecatnya.” Lalu, Cheryl bercerita sedikit soal tadi pagi.Bara terkekeh, suara beratnya terdengar begitu dalam di ruangan yang masih diselimuti kehangatan mereka.Cheryl mendengus, menyembunyikan senyum kecil di bahu telanjang pria itu. “Kenapa terdengar seperti itu hal yang lucu bagimu?”Bara mengangkat satu bahunya dengan santai. “Di sini memang harus steril dari
last updateLast Updated : 2025-03-19
Read more

129. Tidak Pernah Setakut Ini

Bara menatap wajah Cheryl yang terlelap di pelukannya. Napas gadis itu teratur, bibirnya sedikit terbuka, dan wajahnya terlihat damai dalam tidurnya. Jemarinya tergerak membelai rambut Cheryl, menyibakkannya ke belakang telinga. Memandang Cheryl, ada perasaan hangat yang menjalar di dadanya, sekaligus kegelisahan yang sulit ia kendalikan.Ia mencintai Cheryl. Tuhan, ia benar-benar mencintai gadis ini. Istrinya. Namun, dunia tidak boleh mengetahuinya. Setidaknya belum. Bara menghela napas panjang, pikirannya tiba-tiba kembali melayang pada percakapannya dengan sang kakek sore tadi."Milena sakit. Dia sedang dirawat di rumah sakit di Venesia. Cepat temui dia dan perbaiki hubungan kalian, Bara." Tuan Sigit berkata tegas.Bara menegang. Rahangnya mengeras. "Tapi, aku tidak mencintainya, Opa." Akhirnya… ia memberanikan diri menyuarakan isi hatinya.Tuan Sigit mengangkat alis, seolah sudah menduga jawaban itu. "Cinta? Itu hanya soal perasaan.” Ia tersenyum kecil, tatapannya tetap dingin
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

130. Setidaknya

Bara memeluk Cheryl erat-erat, seakan gadis itu bisa menghilang dari pelukannya kapan saja. Napasnya bergetar, dadanya terasa sesak oleh ketakutan yang tak pernah ia rasakan sebelumnya.Selama ini, ia selalu menjadi pria yang tegar. Sejak kecil, ia diajarkan bahwa kelemahan adalah musuh. Air mata adalah kegagalan dalam mengendalikan diri, simbol kelemahan yang tidak boleh sembarang ia tunjukkan.Tapi malam ini…Saat ia menyadari betapa ia mencintai Cheryl. Saat ia sadar betapa rapuhnya kebahagiaan yang ia genggam. Saat ia sadar bahwa sewaktu-waktu Cheryl bisa lepas dari hidupnya—entah karena keadaan atau karena ia sendiri yang dipaksa memilih—sesuatu dalam dirinya terasa retak.Tanpa bisa dicegah, matanya memanas. Kelopak matanya bergetar, dan sebelum ia sempat menguatkan dirinya lagi, setetes air mata jatuh di rambut Cheryl.Sial.Bara mengepalkan rahangnya, menahan gemetar di dadanya. Tapi pertahanannya tetap saja runtuh. Air mata itu terus jatuh, membasahi rambut Cheryl, tetesan la
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more
PREV
1
...
111213141516
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status