Cheryl tersentak, spontan menggigit bibir bawahnya saat kesadarannya terhempas oleh kenyataan bahwa kini ia begitu terbuka di hadapan Bara.Wajahnya merona, terbakar oleh rasa malu yang melilit erat di antara ketegangan yang ia rasakan. Sementara itu sepasang mata Bara yang gelap, begitu intens menelusuri setiap inci tubuh Cheryl dengan sorot mata berbinar, kelam dan pekat seperti bara api yang menyala dalam kegelapan. Bibir pria itu melengkung, tersenyum penuh kepuasan. “Tubuh yang indah, Cheryl,” bisiknya, nyaris tanpa suara, seolah Cheryl adalah sesuatu yang terlalu berharga untuk didefinisikan dengan kata-kata.Lalu, Bara melucuti pakaiannya sendiri. Helai demi helai jatuh ke lantai, meninggalkan tubuh tegapnya yang kini terpampang di hadapan Cheryl—indah, kokoh, nyaris terlalu sempurna hingga rasanya sulit dipercaya.Tuhan…Cheryl menelan ludah. Darahnya berdesir kencang, seakan ada listrik yang berkelindan liar di sepanjang kulitnya, menegangkan setiap sarafnya hingga nyaris m
Last Updated : 2025-03-14 Read more