All Chapters of CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku: Chapter 131 - Chapter 140

159 Chapters

131. Hal Terbaik di Dunia

Cheryl melangkah memasuki gudang penyimpanan dengan penuh percaya diri. Gaun kerja berwarna navy dengan potongan anggun membalut tubuhnya, memberikan kesan profesional sekaligus berwibawa. Kainnya jatuh dengan sempurna, mengikuti lekuk tubuh tanpa berlebihan, sementara detail kancing emas kecil di pergelangan tangannya menambahkan sentuhan klasik. Sepatu hak tinggi berwarna senada menopang langkahnya yang mantap, dan rambut panjangnya yang tergerai lembut sesekali bergoyang saat ia bergerak, menambah kesan elegan tanpa usaha berlebihan.Gudang ini bukan sekadar tempat penyimpanan barang rumah tangga, tetapi juga pusat distribusi yang menentukan kelancaran operasional rumah besar ini. Cheryl memahami betul bahwa efisiensi dalam manajemen stok bisa berdampak pada kenyamanan semua penghuni. Ia memeriksa rak-rak dengan cermat, memperhatikan apakah ada pola dalam konsumsi barang yang bisa dioptimalkan.Di sudut ruangan, Mimi yang sedang mencatat sesuatu di clipboardnya, segera menoleh me
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

132. Jangan Beri Aku Warna Putih

Cheryl dengan cekatan membantu Bara menata hidangan di atas meja. Tangannya beberapa kali bersinggungan dengan tangan pria itu. Menciptakan gelenyar-gelenyar khas yang merambati dadanya. Memicu kupu-kupu beterbangan di perutnya.Hidangan yang mereka siapkan tampak menggoda. Roti panggang dengan irisan alpukat yang lembut, telur rebus bertabur lada hitam, dan saus alpukat creamy yang dituangkan dengan elegan di atas piring porselen putih. Setiap detail mencerminkan ketelitian dan selera estetis Bara yang nyaris sempurna.Bara menarik kursi untuk Cheryl, gerakannya tenang namun mengandung dominasi halus yang membuat Cheryl tersentuh. Setelah Cheryl duduk, Bara mengambil tempat di seberangnya, matanya tetap mengunci wajah wanita itu seperti sedang menikmati pemandangan yang terlalu berharga untuk dilewatkan.Cheryl menatap piringnya dengan ragu, ujung jarinya menyentuh garpu tetapi tak langsung menggunakannya. “Duh, aku nggak tega merusak makanan yang estetik ini,” gumamnya, setengah be
last updateLast Updated : 2025-03-20
Read more

133. Di Waktu Senja yang Tak Biasa

“Cheryl, kurasa sudah cukup. Kembalilah bekerja. Terima kasih sudah menemaniku sarapan.”Nada suara Bara penuh wibawa. Bukan suara seorang suami yang berbicara pada istrinya, melainkan seorang pemimpin yang memberi instruksi kepada bawahannya. Formal. Tegas. Tak terbantahkan. Tatapannya dingin, lurus menembus Cheryl, seolah menegaskan batas yang tak boleh disentuh.Cheryl menarik napas pelan. Jantungnya berpacu lebih cepat saat matanya mencari sesuatu di wajah Bara. Namun yang ia temukan hanyalah dinding kokoh, tidak ada celah, tidak ada isyarat bahwa ia bisa menembusnya.Akhirnya, Cheryl berdiri. Namun saat melewati Bara, ia mencondongkan tubuhnya dan mengecup pipi suaminya itu."Aku mencintaimu, Bara," bisiknya lirih, tapi cukup jelas untuk didengar.Sekilas, ia bisa merasakan betapa tegangnya Bara saat bibirnya menyentuh kulit pria itu. Lalu, tangan Bara terangkat untuk menyentuh dagunya. “Aku juga mencintaimu, Cheryl.” Mata mereka bertemu. Dan Cheryl menangkap senyum itu… senyu
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

134. Bukan Romeo dan Juliet

"Kamu sepertinya sangat lelah, suamiku. Mau kutemani mandi?" ujar Cheryl penuh goda seraya melepas satu per satu kancing kemeja Bara.Bara dengan cepat mengangguk dan tersenyum tipis. "Mau banget dong."Tanpa ragu, keduanya saling membantu melepaskan pakaian masing-masing. Tangan Cheryl dengan cekatan menyingkirkan kemeja yang melekat di tubuh Bara, sementara pria itu juga menyingkap gaun rumahan yang membalut tubuh Cheryl. Pandangan mereka saling bertaut, binar-binar cinta memenuhi sorot mata keduanya.Lalu, Bara mengangkat tubuh Cheryl yang sudah polos, menggendongnya menuju kamar mandi.Sesampainya di sana, Cheryl segera mengisi bathtub dengan air hangat. Uap tipis mulai mengepul, memenuhi ruangan dengan aroma lavender yang menenangkan. Namun, kehangatan yang sesungguhnya justru terpancar dari tatapan Bara, tatapan yang begitu dalam, yang sanggup menelanjangi Cheryl tanpa menyentuh.Sebelum bathtub terisi penuh, Bara menarik Cheryl ke dalam dekapannya. "Belum waktunya berendam," b
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

135. Maaf yang Tak Terucap

Tak seperti biasanya, pagi ini Bara tiba-tiba meminta Cheryl membuatkan sarapan untuknya. Nada suaranya tenang, tapi ada sesuatu dalam tatapannya, seperti sebuah permohonan yang sulit diabaikan.Cheryl menelan ludah. Dia tak bisa memasak. Bayangan Bara memuntahkan makanan buatannya langsung melintas di kepala. Tapi melihat ekspresi suaminya yang begitu berharap, dia akhirnya mengangguk.Saat Bara sibuk bersiap di kamar, Cheryl berdiri di dapur, berpikir keras. Panik mulai merayapi benaknya. “Tenang, Cheryl. Tenang,” gumamnya pada diri sendiri. Lalu, seolah mendapatkan pencerahan, ia tersenyum.‘Poinnya, Bara cuma pengen manja… pengen ngerasain dimasakin sama istri, nggak peduli enak apa nggak.”Cheryl memanggang irisan wagyu smoked beef di atas pan hingga harum, lalu menyusunnya di antara dua roti gandum bersama keju yang mulai meleleh. Ia memanggangnya kembali hingga permukaannya renyah keemasan, lalu menambahkan daun selada segar dan irisan alpukat. Sebagai sentuhan akhir, ia menata
last updateLast Updated : 2025-03-21
Read more

136. Milikku Akan Tetap Menjadi Milikku

"Nggak mau."Suara Cheryl terdengar tegas, membuat Bara sedikit tersentak. Sekilas, ada keterkejutan di mata pria itu, seolah tak menyangka bakal menerima penolakan sekeras itu dari seorang Cheryl."Bagaimanapun, momennya sudah beda, Bara. Mahar pernikahan nggak bisa ditukar gitu aja. Itu milikku, hakku.” Sorot mata Cheryl menyiratkan keteguhan yang tak tergoyahkan. “Nggak peduli itu bekas siapa, tapi sekarang itu sudah jadi milikku. Dan milikku akan tetap menjadi milikku,” tegasnya.Tatapan mereka bertemu. Bara menatapnya lekat-lekat, rahangnya mengencang, seakan mencari celah untuk membantah. Tapi kepala Cheryl tetap tegak, sorot matanya menantang, menyiratkan bahwa ia tak akan mundur satu langkah pun."Tapi, Cheryl, ini lebih bagus dan yang pasti kubeli baru hanya untukmu. Aku ingin yang terbaik buatmu, sayangku." Bara membujuk, suaranya lebih lembut, penuh harap.Cheryl menggeleng. "Bara, aku bicara tentang momen. Pernikahan kita adalah momen yang tak bisa diulang, sudah terjadi,
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

137. Harga yang Tak Bisa Ditawar

Matahari baru saja naik ketika jet pribadi itu meninggalkan landasan, melesat meninggalkan Jakarta menuju Venesia. Langit biru cerah membentang luas di luar jendela, sementara di dalam kabin yang mewah, suasana terasa sunyi, hanya diiringi suara mesin yang halus.Tuan Sigit duduk dengan tenang di kursinya, menyeruput teh hangatnya dengan elegan. Di seberangnya, Bara sibuk membaca dokumen di tangannya, meski sorot matanya menunjukkan pikirannya melayang ke tempat lain.“Kudengar, perempuan itu datang menemuimu di kantor,” suara Tuan Sigit memecah keheningan.Bara menutup dokumen yang dipegangnya, menoleh dengan ekspresi datar. “Dia mencoba membujukku agar menemui Papa. Katanya, sedang sakit.”Tuan Sigit meletakkan cangkirnya dengan gerakan ringan. “Dan kau datang?” tanyanya, meneliti cucunya dengan pandangan penuh selidik.Bara menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Aku tidak sepemurah hati itu, Opa tahu.”Senyum tipis muncul di wajah Tuan Sigit. “Bagus.” Ia menarik napas panjang, lalu mengg
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

138. Kerikil

Suara dengungan mesin pesawat memenuhi kabin, menciptakan kesunyian yang justru semakin menyesakkan. Bara duduk tegak, jemarinya tanpa sadar menegang di sandaran kursi, sementara tatapannya tetap terkunci pada sosok Tuan Sigit di depannya.Pria itu tampak tenang, terlalu tenang. Seakan ia sedang menikmati situasi ini, membiarkan ketegangan merambat perlahan, menyusup ke setiap sudut ruangan sempit ini.“Kau bisa lebih dari ini, Bara,” suara Tuan Sigit akhirnya terdengar, datar, tanpa emosi. “Tapi aku ingin tahu... sejauh mana batas kecerdasanmu.”Bara tidak menjawab. Ia tahu, pria itu tidak sedang mencari jawaban.Tuan Sigit menyandarkan punggungnya dengan santai, memandang Bara dengan tatapan yang sulit diartikan. “Hmm. Beberapa hal masih menjadi misteri bagiku.” Ia berhenti sejenak, sengaja membiarkan jeda yang cukup lama. Bara merasakan tatapan itu seolah menguliti dirinya perlahan.“Aku ingin percaya bahwa kau tidak menyembunyikan sesuatu yang tak seharusnya, Nak.”Napas Bara ter
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

139. Wajah yang Familier

Rolls-Royce Cullinan hitam itu melaju mulus di sepanjang jalan utama Jakarta. Di dalam kabin yang kedap suara, Dr. Joshua Valen bersandar santai di kursi belakang dengan tablet di tangannya. Cahaya lembut dari layar memantulkan bayangan samar di kaca mobil, menyoroti rahang tegas dan sorot mata tajamnya yang tengah fokus membaca laporan keuangan rumah sakitnya.Bintang Hospital Group, jaringan rumah sakit elite yang dipimpinnya, baru saja menyelesaikan ekspansi di Surabaya. Laporan di tangannya merinci peningkatan jumlah pasien VIP dan pengadaan peralatan medis baru dari Jerman. Namun, ada satu bagian yang menarik perhatiannya, laporan tentang kemajuan proyek rumah sakit khusus orthopedi yang sedang dibangun di kawasan BSD. Biaya pembangunan sedikit membengkak, dan ia perlu memastikan bahwa tak ada kebocoran dana yang tak perlu.Tiba-tiba, getaran halus dari teleponnya menginterupsi perhatiannya. Nama Axel muncul di layar.“Halo?”"Om Valen, aku sudah transfer uang yang waktu itu kupi
last updateLast Updated : 2025-03-22
Read more

140. Apakah Ini Kebetulan?

Samar-samar, Cheryl merasakan cahaya putih menusuk kelopak matanya yang masih berat. Aroma antiseptik khas rumah sakit langsung menyergap hidungnya begitu ia mulai sadar sepenuhnya. Langit-langit putih bersih di atasnya terasa asing, begitu pula suara bip mesin medis yang terdengar pelan di sekitarnya.Matanya berkedip beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya sebelum akhirnya ia tersadar sepenuhnya, bahwa dirinya sedang berbaring di ranjang rumah sakit.“Kok aku di sini sih?” gumamnya lirih.Refleks, ia mencoba bangkit, tapi baru saja tubuhnya terangkat beberapa sentimeter, seseorang menahan bahunya.“Pelan-pelan saja, jangan langsung bangun. Nanti malah sakit kepala.”Cheryl menoleh, baru menyadari keberadaan pria yang berdiri di samping ranjangnya. Ia mengerjap, kebingungannya semakin menjadi. “Kamu... siapa?” Pria itu dengan tenang menjawab, “Ojek kamu tadi menabrak mobilnya dokter Joshua. Dan aku Reno, asisten pribadinya dokter Joshua. Beliau memintaku mengurusmu, m
last updateLast Updated : 2025-03-23
Read more
PREV
1
...
111213141516
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status