Home / Romansa / CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku / 134. Bukan Romeo dan Juliet

Share

134. Bukan Romeo dan Juliet

Author: Indy Shinta
last update Huling Na-update: 2025-03-21 06:01:26

"Kamu sepertinya sangat lelah, suamiku. Mau kutemani mandi?" ujar Cheryl penuh goda seraya melepas satu per satu kancing kemeja Bara.

Bara dengan cepat mengangguk dan tersenyum tipis. "Mau banget dong."

Tanpa ragu, keduanya saling membantu melepaskan pakaian masing-masing. Tangan Cheryl dengan cekatan menyingkirkan kemeja yang melekat di tubuh Bara, sementara pria itu juga menyingkap gaun rumahan yang membalut tubuh Cheryl.

Pandangan mereka saling bertaut, binar-binar cinta memenuhi sorot mata keduanya.

Lalu, Bara mengangkat tubuh Cheryl yang sudah polos, menggendongnya menuju kamar mandi.

Sesampainya di sana, Cheryl segera mengisi bathtub dengan air hangat. Uap tipis mulai mengepul, memenuhi ruangan dengan aroma lavender yang menenangkan. Namun, kehangatan yang sesungguhnya justru terpancar dari tatapan Bara, tatapan yang begitu dalam, yang sanggup menelanjangi Cheryl tanpa menyentuh.

Sebelum bathtub terisi penuh, Bara menarik Cheryl ke dalam dekapannya. "Belum waktunya berendam," b
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter
Mga Comments (4)
goodnovel comment avatar
Miyuk Kaslan
jangan sampai bertunangan dengan milena,ayo cheryl bara berjuang buat kekuatan cintamu,jangan ada orang ketiga
goodnovel comment avatar
Elli Kembaren
Next episode bakal sedih kaya nya ini, tp buat penasaran kali. Semangat kak Indy ......
goodnovel comment avatar
Nurliana Ali
jd takut baca next eps nya tp penasaran
Tignan lahat ng Komento

Kaugnay na kabanata

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   135. Maaf yang Tak Terucap

    Tak seperti biasanya, pagi ini Bara tiba-tiba meminta Cheryl membuatkan sarapan untuknya. Nada suaranya tenang, tapi ada sesuatu dalam tatapannya, seperti sebuah permohonan yang sulit diabaikan.Cheryl menelan ludah. Dia tak bisa memasak. Bayangan Bara memuntahkan makanan buatannya langsung melintas di kepala. Tapi melihat ekspresi suaminya yang begitu berharap, dia akhirnya mengangguk.Saat Bara sibuk bersiap di kamar, Cheryl berdiri di dapur, berpikir keras. Panik mulai merayapi benaknya. “Tenang, Cheryl. Tenang,” gumamnya pada diri sendiri. Lalu, seolah mendapatkan pencerahan, ia tersenyum.‘Poinnya, Bara cuma pengen manja… pengen ngerasain dimasakin sama istri, nggak peduli enak apa nggak.”Cheryl memanggang irisan wagyu smoked beef di atas pan hingga harum, lalu menyusunnya di antara dua roti gandum bersama keju yang mulai meleleh. Ia memanggangnya kembali hingga permukaannya renyah keemasan, lalu menambahkan daun selada segar dan irisan alpukat. Sebagai sentuhan akhir, ia menata

    Huling Na-update : 2025-03-21
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   136. Milikku Akan Tetap Menjadi Milikku

    "Nggak mau."Suara Cheryl terdengar tegas, membuat Bara sedikit tersentak. Sekilas, ada keterkejutan di mata pria itu, seolah tak menyangka bakal menerima penolakan sekeras itu dari seorang Cheryl."Bagaimanapun, momennya sudah beda, Bara. Mahar pernikahan nggak bisa ditukar gitu aja. Itu milikku, hakku.” Sorot mata Cheryl menyiratkan keteguhan yang tak tergoyahkan. “Nggak peduli itu bekas siapa, tapi sekarang itu sudah jadi milikku. Dan milikku akan tetap menjadi milikku,” tegasnya.Tatapan mereka bertemu. Bara menatapnya lekat-lekat, rahangnya mengencang, seakan mencari celah untuk membantah. Tapi kepala Cheryl tetap tegak, sorot matanya menantang, menyiratkan bahwa ia tak akan mundur satu langkah pun."Tapi, Cheryl, ini lebih bagus dan yang pasti kubeli baru hanya untukmu. Aku ingin yang terbaik buatmu, sayangku." Bara membujuk, suaranya lebih lembut, penuh harap.Cheryl menggeleng. "Bara, aku bicara tentang momen. Pernikahan kita adalah momen yang tak bisa diulang, sudah terjadi,

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   137. Harga yang Tak Bisa Ditawar

    Matahari baru saja naik ketika jet pribadi itu meninggalkan landasan, melesat meninggalkan Jakarta menuju Venesia. Langit biru cerah membentang luas di luar jendela, sementara di dalam kabin yang mewah, suasana terasa sunyi, hanya diiringi suara mesin yang halus.Tuan Sigit duduk dengan tenang di kursinya, menyeruput teh hangatnya dengan elegan. Di seberangnya, Bara sibuk membaca dokumen di tangannya, meski sorot matanya menunjukkan pikirannya melayang ke tempat lain.“Kudengar, perempuan itu datang menemuimu di kantor,” suara Tuan Sigit memecah keheningan.Bara menutup dokumen yang dipegangnya, menoleh dengan ekspresi datar. “Dia mencoba membujukku agar menemui Papa. Katanya, sedang sakit.”Tuan Sigit meletakkan cangkirnya dengan gerakan ringan. “Dan kau datang?” tanyanya, meneliti cucunya dengan pandangan penuh selidik.Bara menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Aku tidak sepemurah hati itu, Opa tahu.”Senyum tipis muncul di wajah Tuan Sigit. “Bagus.” Ia menarik napas panjang, lalu mengg

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   138. Kerikil

    Suara dengungan mesin pesawat memenuhi kabin, menciptakan kesunyian yang justru semakin menyesakkan. Bara duduk tegak, jemarinya tanpa sadar menegang di sandaran kursi, sementara tatapannya tetap terkunci pada sosok Tuan Sigit di depannya.Pria itu tampak tenang, terlalu tenang. Seakan ia sedang menikmati situasi ini, membiarkan ketegangan merambat perlahan, menyusup ke setiap sudut ruangan sempit ini.“Kau bisa lebih dari ini, Bara,” suara Tuan Sigit akhirnya terdengar, datar, tanpa emosi. “Tapi aku ingin tahu... sejauh mana batas kecerdasanmu.”Bara tidak menjawab. Ia tahu, pria itu tidak sedang mencari jawaban.Tuan Sigit menyandarkan punggungnya dengan santai, memandang Bara dengan tatapan yang sulit diartikan. “Hmm. Beberapa hal masih menjadi misteri bagiku.” Ia berhenti sejenak, sengaja membiarkan jeda yang cukup lama. Bara merasakan tatapan itu seolah menguliti dirinya perlahan.“Aku ingin percaya bahwa kau tidak menyembunyikan sesuatu yang tak seharusnya, Nak.”Napas Bara ter

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   139. Wajah yang Familier

    Rolls-Royce Cullinan hitam itu melaju mulus di sepanjang jalan utama Jakarta. Di dalam kabin yang kedap suara, Dr. Joshua Valen bersandar santai di kursi belakang dengan tablet di tangannya. Cahaya lembut dari layar memantulkan bayangan samar di kaca mobil, menyoroti rahang tegas dan sorot mata tajamnya yang tengah fokus membaca laporan keuangan rumah sakitnya.Bintang Hospital Group, jaringan rumah sakit elite yang dipimpinnya, baru saja menyelesaikan ekspansi di Surabaya. Laporan di tangannya merinci peningkatan jumlah pasien VIP dan pengadaan peralatan medis baru dari Jerman. Namun, ada satu bagian yang menarik perhatiannya, laporan tentang kemajuan proyek rumah sakit khusus orthopedi yang sedang dibangun di kawasan BSD. Biaya pembangunan sedikit membengkak, dan ia perlu memastikan bahwa tak ada kebocoran dana yang tak perlu.Tiba-tiba, getaran halus dari teleponnya menginterupsi perhatiannya. Nama Axel muncul di layar.“Halo?”"Om Valen, aku sudah transfer uang yang waktu itu kupi

    Huling Na-update : 2025-03-22
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   140. Apakah Ini Kebetulan?

    Samar-samar, Cheryl merasakan cahaya putih menusuk kelopak matanya yang masih berat. Aroma antiseptik khas rumah sakit langsung menyergap hidungnya begitu ia mulai sadar sepenuhnya. Langit-langit putih bersih di atasnya terasa asing, begitu pula suara bip mesin medis yang terdengar pelan di sekitarnya.Matanya berkedip beberapa kali, mencoba menyesuaikan diri dengan cahaya sebelum akhirnya ia tersadar sepenuhnya, bahwa dirinya sedang berbaring di ranjang rumah sakit.“Kok aku di sini sih?” gumamnya lirih.Refleks, ia mencoba bangkit, tapi baru saja tubuhnya terangkat beberapa sentimeter, seseorang menahan bahunya.“Pelan-pelan saja, jangan langsung bangun. Nanti malah sakit kepala.”Cheryl menoleh, baru menyadari keberadaan pria yang berdiri di samping ranjangnya. Ia mengerjap, kebingungannya semakin menjadi. “Kamu... siapa?” Pria itu dengan tenang menjawab, “Ojek kamu tadi menabrak mobilnya dokter Joshua. Dan aku Reno, asisten pribadinya dokter Joshua. Beliau memintaku mengurusmu, m

    Huling Na-update : 2025-03-23
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   141. Apa Kabar?

    Cheryl tercengang.Sosok dokter di hadapannya begitu tampan. Terlalu tampan. Seperti tokoh komik yang mewujud nyata dalam balutan jas putih yang tersemat anggun di tubuhnya yang tinggi tegap dan atletis. Rahangnya tegas, hidungnya mancung, dan sorot matanya tetap tajam di balik kacamata.Ada sesuatu dalam cara dokter itu menatapnya, tatapan yang begitu lembut dan menghargai. Jenis kelembutan yang mampu mengoyahkan hati siapa pun tanpa aba-aba.Tatapannya turun ke dada pria itu, pada bordiran rapi di atas saku jasnya: dr. Joshua Valen, Sp.OT, FICS, MBA.Seketika, ada sesuatu dalam ingatannya yang tersentak. Ah. Jadi ini dokter Joshua Valen. Ia ingat pernah bertemu dengannya.Malam itu. Saat ia baru saja selesai menjalani visum di rumah sakit, ditemani Bara.Saat itu, dokter ini sempat mengiranya sebagai Baby. Dan itu sukses menyulut rasa cemburu sekaligus kesal dalam dirinya. Karena kala itu, Cheryl masih mengira Baby adalah kekasih Bara.“Bagaimana kabarmu, Cheryl?”Suara dokter itu m

    Huling Na-update : 2025-03-23
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   142. Sesak dalam Diam

    Langit senja perlahan memudar, meninggalkan semburat jingga yang masih membekas di cakrawala. Lampu-lampu di sepanjang kanal Venesia mulai menyala, memantulkan cahaya keemasan di atas permukaan air yang bergelombang lembut saat gondola-gondola berlalu. Aroma asin laut berpadu dengan wangi kopi Italia dan anggur merah dari restoran-restoran di tepi kanal, menambah nuansa khas kota terapung ini.Di balkon pribadi sebuah restoran eksklusif yang menghadap Grand Canal, perjamuan kecil berlangsung dalam suasana yang hangat. Namun, di balik senyum dan percakapan ringan, ada ketegangan yang menyelimuti ruangan. Di meja yang tertata elegan dengan taplak linen putih dan lilin-lilin kecil yang berkelip lembut, orangtua Milena, yaitu Adiguna Wongso dan Dania, duduk berdampingan, berhadapan langsung dengan Rudi Wongso dan Warda Salim yang merupakan kakek dan neneknya Milena.Sementara Tuan Sigit duduk di sisi lain meja dengan ekspresi tenang dan penuh wibawa. Pemandangan Venesia yang memukau se

    Huling Na-update : 2025-03-23

Pinakabagong kabanata

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   165. Bukan Dokter Biasa

    Setelah beberapa basa-basi ringan, Tuan Sigit akhirnya menyentuh inti pembicaraan. Suaranya terdengar lebih serius, mengandung harap sekaligus tekanan yang tak tersamar.“Dok, kau adalah salah satu dokter ortopedi terbaik di Asia Tenggara yang pernah kukenal.” Ia berhenti sejenak, memberi jeda pada kalimatnya, seakan ingin memastikan Valen mendengarkan dengan saksama. “Karena itu, aku sangat berharap kau bersedia membantu calon menantuku. Ia menderita Spondilitis Ankilosa, dan kondisinya kian memburuk. Apakah Bara sudah menemuimu dan membicarakan hal ini?”Valen terdiam sejenak. Ada keraguan yang bergemuruh dalam pikirannya. Akan sangat mudah baginya untuk menjawab ‘tidak’ dan menjaga jarak dari drama keluarga Wardhana, kisah yang selalu berujung rumit. Akan lebih tenang hidupnya jika tak banyak ikut campur ke dalam masalah mereka.Sayangnya, hati Valen tak bisa sedingin itu. Ia telah mengenal Bara terlalu lama untuk bersikap acuh. Ia menyayangi pria itu layaknya adik sendiri, dan ba

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   164. Dimintai Tolong dengan Hormat

    “Ayo kita pulang, kita bicarakan ini di rumah,” ajak Bara, suaranya lembut tapi tegas, penuh harap, seolah ia ingin mengangkat mereka keluar dari jurang yang baru saja mereka tatap bersama.Cheryl tak langsung menjawab. Ia menghela napas panjang, berat, seperti menarik semua keraguan dari dalam dadanya.“Pulang?” gumamnya lirih. Ada jeda dalam suaranya, keengganan yang tak bisa ia tutupi. “Kamu pikir aku bisa kembali ke rumah itu tanpa membayangkan bakal ada wanita lain yang juga akan menjadi istrimu?”Bara menggertakkan rahangnya pelan. “Sayang, kumohon. Aku tahu aku sudah keterlaluan. Tapi aku nggak ingin rumah itu kosong tanpamu, Cheryl. Aku butuh kamu di sana, Cheryl… tanpa kamu, rumah itu seperti kuburan bagiku.”Cheryl menoleh perlahan. Matanya basah, tapi kali ini tak ada air mata yang jatuh. Hanya pandangan penuh luka yang menggores dalam. “Kamu harus mulai belajar untuk tidak membutuhkan aku lagi, Bara. Demikian juga aku. Kita harus mulai membiasakan diri untuk tidak saling m

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   163. Sesuatu yang Retak

    Bara menatap Valen dalam diam. Sorot matanya penuh kemarahan yang terpendam—dingin, tapi tajam seperti ujung pisau. Ia menggertakkan rahangnya perlahan, menahan dorongan untuk melampiaskan semuanya dengan kata-kata yang lebih kasar.Ada banyak kata yang ingin dimuntahkannya, tapi ia memilih menahannya. Bukan karena tak punya keberanian, melainkan karena ia tahu jika Valen bukan sembarang pria. Dan karena itu... ia harus lebih cerdas dari emosinya.Bara mengunci pandangannya pada Valen. “Jadi semua ini cuma karena Cheryl?” Suaranya pelan, tapi mengandung daya hantam yang tak bisa dihindari. “Bukan karena kamu memang ingin menolongku?”Lalu ia menarik napas panjang, menghembuskannya perlahan. Dalam hening itu, Bara membuat satu keputusan.“Terima kasih atas bantuannya, Dok. Tapi aku akan membawa Cheryl pulang. Dia istriku. Tanggung jawabku. Dan tempatnya adalah di rumah kami. Bukan di sini.”Tanpa menunggu reaksi Valen, Bara memutar badan dan membuka pintu. Suara derit engsel menjadi pe

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   162. Seandainya Aku Tidak Mencintainya

    Ruangan itu hening setelah Bara dan Valen menghilang ke balik pintu. Cheryl duduk sendirian di atas sofa yang empuk, tapi tak bisa merasa nyaman sedikit pun. Ia menghela napas berat, mencoba mengusir kegelisahan yang menyusup dalam diam. Matanya tiba-tiba menatap remote televisi di meja kecil di sebelahnya. Tangannya bergerak refleks, meraihnya dan menekan tombol power. Cahaya dari layar memantul ke wajahnya yang pucat, memberikan warna pada keheningan yang menekan.Tapi Cheryl tidak benar-benar berniat menonton. Ia hanya ingin mengalihkan pikiran. Menenangkan diri. Menyibukkan mata, walau pikirannya tetap berputar-putar di tempat yang sama, tentang ketegangan barusan, antara Bara dan Valen. Tapi Cheryl tak benar-benar ingin menonton. Ia hanya butuh sesuatu—apa saja—untuk mengalihkan pikirannya. Sesuatu yang bisa menenggelamkan kekacauan di kepalanya. Jempolnya menari cepat, berpindah dari satu saluran ke saluran lain—iklan, sinetron, berita politik. Tak satu pun yang mampu menahan

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   161. Bicara Empat Mata

    “Tempat ini paling aman untuk Cheryl saat ini,” ucap Valen akhirnya, suaranya tetap tenang, tapi mengandung ketegasan. “Orang-orang Tuan Sigit akan menyisir semua kemungkinan jejak tentang hubungan kalian, termasuk rumahmu, bahkan mungkin rumah sakit tempat kalian dinikahkan. Tapi mereka tidak akan pernah mencari ke sini.”Bara menyipitkan mata. Rahangnya mengeras. “Kau meremehkan kemampuanku melindungi istriku sendiri, Dok?”Nada bicara Bara terdengar seperti peringatan. Tegas, dingin, namun tak meledak—ia menahan diri. Tapi sorot matanya berbicara lebih dari itu: penuh perhitungan, dan tak suka diremehkan.Cheryl menegang. Jantungnya berdebar lebih kencang menyaksikan intensitas antara dua pria yang berdiri di hadapannya. Suasana seolah mengerucut tajam, seperti dua kekuatan besar yang siap bertabrakan dalam diam.Valen berdiri tegap. Sorot matanya tajam, dan wajahnya tak lagi menyimpan sisa-sisa gurauan seperti biasanya. Cheryl menelan ludah, sulit percaya bahwa pria yang selama in

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   160. Bukan Hal Mudah

    “Halo, Dok?” sapa Bara, suaranya tenang namun penuh kewaspadaan. Ia tak melepaskan pelukannya dari Cheryl. Bahkan seolah sengaja menguatkannya, seakan ingin menegaskan bahwa perempuan dalam dekapannya itu bukan sekadar rekan kerja biasa.Tatapan dokter Joshua alias Valen beralih dari Bara ke Cheryl, lalu kembali ke Bara. Ada kegamangan yang nyaris tak tersamar di balik senyumnya.“Cheryl adalah…” Bara menarik napas, lalu melanjutkan dengan mantap, “istriku. Kami menikah diam-diam sejak beberapa bulan lalu. Di salah satu rumah sakitmu.”Keheningan yang menyusul terasa menggantung di udara seperti kabut tipis yang enggan menguap.Valen mematung, menatap keduanya seolah mencoba memastikan apakah telinganya tidak salah dengar. “Di rumah sakit?” ulangnya nyaris tak percaya. Matanya berkedip cepat. “Kalian… menikah di rumah sakit?”“Ya,” jawab Bara tegas. “Semua berlangsung cepat, sederhana, tapi sah.”Valen tak langsung menjawab. Ia mengerjap, seperti mencoba menelan seluruh informasi seka

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   159. Mau Curhat

    Cheryl melangkah perlahan mendekati Bara, diam-diam menyeka air matanya sendiri yang sejak tadi menggantung di pelupuk. Ia tak tahu bagaimana cara menyembuhkan luka-luka suaminya, luka yang bahkan tidak pernah diminta untuk dipahami, apalagi dijamah. Luka-luka yang selama ini berhasil disembunyikan dengan begitu rapi, hingga Bara tampak nyaris sempurna di mata siapa pun.Mungkin Bara juga ingin menyembunyikan kerapuhan itu darinya. Tapi Cheryl tak ingin berpura-pura tak melihatnya. Ia ingin perlahan membongkar benteng itu, ingin Bara bersedia membagi beban itu dengannya. Ia ingin menjadi satu-satunya tempat pulang yang teduh bagi suaminya, tempat di mana Bara bisa berhenti berpura-pura kuat.Cheryl melingkarkan kedua lengannya ke tubuh Bara, memeluknya dari samping. Hangat, lembut, namun penuh tekad. Dan perlahan, dada Bara yang semula naik turun dengan napas berat terlihat mulai tenang, meski matanya tetap menatap nanar ke kejauhan."Aku di sini," bisik Cheryl, suaranya pelan namun p

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   158. Kenapa Justru Wanita Itu?

    Bara masih membeku di tempat, seolah tubuhnya kehilangan kemampuan untuk bereaksi, seakan seluruh udara di ruangan telah disedot keluar. Matanya menatap Rini lekat-lekat. Pandangan itu menyimpan bara kebencian sekaligus luka yang begitu dalam, menganga, dan belum pernah benar-benar sembuh. Tak ada kata yang meluncur dari bibirnya, tapi pandangannya berbicara lantang: kau telah menghancurkan segalanya.Rini menahan napas. Ada getar getir yang menyelinap di dalam dadanya, dan untuk sesaat, ia tak kuasa menatap balik mata putra tirinya itu. Tapi ia tahu, ini saatnya menghadapi semuanya. Rini akhirnya bersuara, pelan namun jelas, dengan nada yang menyayat dan penuh penyesalan."Maafkan aku, Bara…," suaranya bergetar. "Aku menyesal telah menyakitimu, Sabira... dan terlebih lagi, mamamu." Ia menunduk, air mata mengalir di pipinya. "Cintaku pada papamu terlalu besar. Sampai-sampai aku tak melihat apa pun selain dia. Aku buta oleh cinta. Aku egois. Kau berhak membenciku. Karena aku tahu, maa

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   157. Terguncang

    Bara memandang wajahnya begitu dekat, dan dunia Cheryl seakan berhenti berputar. Tak ada suara lain selain detak jantungnya sendiri yang berpacu liar. Mata lelaki itu menatapnya seolah ia adalah satu-satunya perempuan di muka bumi. Ketika tangan Bara menyentuh pipinya yang dingin karena AC, Cheryl tak bisa menyembunyikan getar di dadanya. “Kamu nggak tahu betapa aku nungguin momen ini,” bisik Bara. Suaranya rendah, serak, penuh gejolak yang selama ini terpendam.Cheryl tersenyum. “Aku juga... setiap hari.”Lalu bibir mereka saling menemukan, ciuman yang begitu lembut, pelan, seolah-olah menyulam kembali sesuatu yang nyaris hilang. Tapi semakin lama, ciuman itu berubah. Lebih dalam. Lebih menuntut. Membawa Cheryl hanyut dalam gelombang kerinduan yang begitu kuat, hingga tubuhnya bergetar.Bara menariknya ke dalam pelukan, lengan kokoh itu membalut pinggangnya, dan Cheryl membalas, mencengkeram kerah kemeja lelaki itu seolah jika ia melepaskan, ia akan tenggelam dalam badai yang dicipta

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status