Share

144. Kenyataan Pahit

Author: Indy Shinta
last update Last Updated: 2025-03-24 19:04:15
Langit Venesia membentang jernih dengan semburat oranye keemasan yang perlahan memudar di ufuk timur. Angin sepoi-sepoi membawa aroma air asin dari kanal yang berkilauan, menyapu lembut wajah Milena saat kursi rodanya meluncur perlahan di lantai kayu balkon. Bara mendorongnya dengan hati-hati, memastikan setiap roda melaju tanpa tersendat.

Mereka berjalan-jalan sambil berbincang ringan. Tentang cuaca yang sempurna, tentang seorang anak kecil yang tertawa riang di seberang kanal, tentang perjalanan yang selama ini membawa mereka ke titik ini.

Setelah sampai di tepi balkon, Bara mengunci roda kursi, lalu duduk di sebuah kursi kosong di samping Milena. Matanya menatap lurus ke arah kanal yang mulai dipenuhi gondola yang melaju perlahan, membawa pasangan-pasangan yang tenggelam dalam suasana romantis kota tua itu.

Pemandangan itu seketika menusuk dadanya dengan kerinduan. Cheryl.

Ia bisa membayangkan dirinya ada di sana, duduk berdua dengan wanita itu, membiarkan angin sore membelai waja
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
sabiila
keren .....tahu dirilah Milena itu
goodnovel comment avatar
Miyuk Kaslan
mantab bara! saya suka gayamu,nyata tapi bikin sakit hati.trimakasih kak indi shinta
goodnovel comment avatar
Ulvie yana
smoga milena menyerah ,,.. ak tim Bara-cheryl ,,,
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   145. Terlalu Muda

    Ruang perawatan Cheryl terasa terlalu luas dan sunyi. Dan kesunyian itu membuatnya gelisah, seakan detik waktu berjalan lebih lambat saat ia tak melakukan apa pun.Cheryl mengambil tablet dari tasnya. “Untung aja ini selamet dari kecelakaan kemarin,” gumamnya sambil menghidupkannya. Segera ia membuka email satu per satu. Matanya menyapu setiap pesan yang masuk, memastikan tak ada yang terlewat. Salah satu email dari tim Aldo Wicaksono – Head Designer AW Suits, mengingatkannya tentang jadwal pengukuran pembuatan setelan jas untuk Bara yang rencananya akan dilaksanakan besok.Cheryl segera mengetik pesan kepada mereka.______________________________Subject: Reschedule Measurement SessionHalo,Terima kasih remindernya.Fyi, Pak Bara saat ini sedang ada agenda di LN selama satu minggu. Jadi kita perlu menyesuaikan ulang jadwalnya ya. Mengenai informasi jadwal kosong Pak Bara selanjutnya, akan segera aku update setelah mendapat konfirmasi.Terima kasih.Best regards,Cheryl Anindita__

    Last Updated : 2025-03-25
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   146. Kejutan

    “Halo, Cheryl?”Cheryl yang tengah melamun sontak menoleh. Matanya membelalak saat melihat sosok yang berdiri di ambang pintu. "Bu Rini?" Cheryl mengedip beberapa kali, sedikit terkejut karena Rini betul-betul datang membesuknya. Dan tidak dengan tangan kosong. Sebuah kotak kayu kecil tampak dalam genggaman wanita itu."Aku bawakan sesuatu untukmu," kata Rini sambil meletakkan kotak itu di atas nakas. "Cobalah. Rasanya pasti beda dari makanan rumah sakit yang hambar itu.""Wah. Ibu nggak perlu repot-repot, tapi aku penasaran, ini apa?"Rini segera membuka kotaknya, memperlihatkan matcha warabi mochi dengan taburan kacang dan saus kuromitsu. Mochi bening kehijauan itu tampak begitu lembut, seolah siap meleleh di mulut, diselimuti bubuk matcha yang sedikit pahit dan ditaburi kacang cincang renyah. Di sebelahnya ada wadah kecil berisi saus kuromitsu, sirup gula hitam khas Jepang yang kental dan harum."Mochi?" Mata Cheryl berbinar-binar. "Ini yang kayak di restoran Jepang itu?"Rini me

    Last Updated : 2025-03-25
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   147. Mungkinkah Dia Jahat?

    Tapi. Kalau Wishnu Wardhana di hadapannya ini adalah ayah kandung Bara, berarti… Rini adalah ibu tiri Bara? Cheryl menegang. Seketika ia teringat pada ucapan Bara kala itu."Aku harus membawa Sabira pergi dari mansion keluarga kami, karena tempat itu terlalu berbahaya untuknya. Banyak ular di sana."Lalu Bara menegaskan bahwa yang ia sebut sebagai ular itu adalah ibu tiri dan ketiga anaknya.Mungkinkah orang-orang baik ini tega menancapkan luka di hati Bara? Luka yang, ia lihat di malam itu, begitu nyata dalam sorot matanya saat ia membicarakan Sabira dan keluarga tirinya.Jantung Cheryl berdebar tak karuan saat melirik ke arah Rini. Mungkinkah wanita selembut ini… sanggup menyakiti orang lain? Tapi faktanya… ia ingat Bara pernah berkata, “Papa menikah lagi, saat mama sedang sakit keras dan akhirnya meninggal.”Dan Rini ternyata adalah… wanita itu. Wanita yang tega menikahi suami dari seorang wanita yang sedang sekarat. Tatapan Cheryl berpindah dari Rini, ke Alina yang serius beker

    Last Updated : 2025-03-27
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   148. Pasien Darurat

    Wajah Cheryl masih pucat ketika ia melangkah melewati pintu kaca gedung Apex. Sisa-sisa kelelahan masih melekat di tubuhnya, seolah tiap helaan napas masih menyimpan jejak sakit yang belum sepenuhnya pergi. Tapi ia tidak membiarkan kelemahan itu terlihat.Punggungnya tetap tegak, langkahnya mantap meski ada sedikit getaran nyeri halus di pergelangan kakinya. Tapi ia tetap menunjukkan bahwa ia baik-baik saja, bahwa ia masih kuat, meski rasa sakit di kakinya nyaris berkhianat.Di bawah sorotan lampu-lampu lobi yang terang, Cheryl mengangkat dagunya sedikit lebih tinggi, memaksa dirinya untuk tetap terlihat prima. Ia tak mau terlihat payah di hadapan Nina nanti. Tidak mau.Begitu memasuki lobi, langkah Cheryl sedikit melambat tanpa ia sadari. Di tengah lalu-lalang para pegawai, pandangannya bertemu dengan sepasang mata tajam Axel yang langsung mengunci gerakannya. Masih terlihat ada ‘rasa suka’ yang berpendar di dalam bola matanya, meskipun samar."Hai, Axel?" sapanya ringan, mencoba bers

    Last Updated : 2025-03-27
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   149. Superman

    Cheryl menyandarkan punggungnya ke kursi kantor, matanya berkilat kesal sembari mengusap kakinya yang masih berdenyut nyeri. Ia tak henti-hentinya menggerutu, "Kupikir dia dokter yang sabar, tapi ternyata bisa galak juga. Mau apa coba dia ke sini? Kelamaan! Apa susahnya sih kasih resep saja? Bisa-bisa aku keburu klenger kesakitan."Ia cepat-cepat meraih ponsel dan menghubungi OB. "Heri, tolong belikan Counterpain dan obat anti nyeri. Merk apa aja terserah, yang penting buat anti nyeri," ujarnya dengan nada tak sabar.Menunggu OB datang, Cheryl merebahkan diri di sofa, meringkuk sambil memegangi kakinya yang nyeri. Matanya terpejam, mencoba mengatur napas setiap kali rasa sakit itu kembali menyerang seperti sengatan tajam.“Sialan. Demi menghindari Bu Rini biar jangan sampai tahu alamat rumahku, aku malah nekat ke kantor dan sekarang jadi apes gini.”Cheryl mengerutkan kening, menduga-duga. “Aku kok masih nggak yakin ya kalau semua itu cuma kebetulan? Jangan-jangan Bu Rini memang ingi

    Last Updated : 2025-03-28
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   150. Terjebak di Bawah Langit Venesia

    Malam itu, Venesia berpendar dalam cahaya keemasan. Lampu-lampu jalan memantulkan kilau lembut di permukaan kanal, menciptakan riak-riak cahaya yang menari di antara arus tenang. Dari balkon sebuah hotel bintang lima, pemandangan kota tampak seperti lukisan hidup. Gedung-gedung tua berdiri anggun di sepanjang tepian air, sementara gondola melintas perlahan, dayungnya mengiris permukaan air dengan keheningan yang indah. Sementara itu di dalam ruangan hotel, alunan musik klasik mengisi udara, berpadu dengan suara gelas beradu dan gumaman percakapan, menciptakan atmosfer hangat di antara mereka yang hadir.Di meja utama, dua keluarga besar duduk dalam keakraban yang dengan cepat tercipta. Para pelayan bergerak anggun, menuangkan anggur ke dalam gelas-gelas kristal para tamu tanpa sedikit pun mengganggu percakapan yang tengah mengalir.Di antara semua yang hadir, sosok Tuan Sigit paling mencuri perhatian. Pria tua itu mengenakan kemeja linen berwarna gading dengan kerah terbuka, dipaduk

    Last Updated : 2025-03-29
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   151. Maafkan Aku

    Tuan Sigit terkekeh mendengar jawaban Milena, demikian pula keluarganya. "Wah, aku tidak keberatan jika acara pertunangan ini langsung berubah menjadi pernikahan," ucapnya sambil mengangguk puas."Bagaimana, Adiguna?" tanyanya kemudian pada ayah Milena. "Apa kau sudah siap melepas putrimu malam ini untuk diboyong pulang oleh Bara sebagai istrinya?"Ayah Milena, Adiguna, menatap putrinya sejenak sebelum beralih pada Bara. Ada kilatan penuh perhitungan dalam sorot matanya, seolah ingin memastikan keputusan yang diambil benar-benar tepat. Akhirnya, dengan suara mantap, ia menjawab, "Kuserahkan pada Bara. Apakah dia siap menikahi putriku sekarang?"Bara merasa sebuah bom sedang dilempar kepadanya. Kini, tatapan puluhan pasang mata tertuju padanya. Sorot penasaran, harapan, bahkan kegembiraan dari sebagian besar orang di ruangan itu, seolah menciptakan tekanan yang halus namun nyata. Bara meletakkan gelas wine di tangannya ke atas meja, lalu menegakkan punggungnya. Ia menarik napas perl

    Last Updated : 2025-03-29
  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   152. Andai Dia Tahu

    Bara melangkah masuk ke dalam kamar hotelnya dengan langkah berat. Pintu tertutup di belakangnya, menciptakan keheningan yang nyaris menyesakkan. Ia mematikan lampu utama, membiarkan cahaya lembut dari lampu tidur menguasai kamar. Tanpa mengganti pakaiannya, Bara langsung merebahkan diri di atas ranjang yang empuk. Namun, tidak ada kenyamanan yang bisa ia temukan di sana. Pikirannya tidak berada di ruangan ini, tidak di tengah kemewahan hotel bintang lima ini, bukan di Venesia, bukan dalam pertunangan yang baru saja mengikatnya pada kehidupan yang tidak ia inginkan.Bara menatap langit-langit dengan kosong, napasnya terasa berat. Dalam pikirannya, bayangan Cheryl melintas begitu nyata. Wajahnya, senyumnya, suara lembutnya yang memanggil namanya dengan nada penuh cinta.Dengan satu gerakan, ia membuka galeri fotonya di ponsel. Dan di sanalah semua memori manisnya tersimpan nyata. Foto-foto Cheryl yang tertawa dalam pelukannya. Cheryl yang mencium pipinya dengan manja. Cheryl yang mena

    Last Updated : 2025-03-30

Latest chapter

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   165. Bukan Dokter Biasa

    Setelah beberapa basa-basi ringan, Tuan Sigit akhirnya menyentuh inti pembicaraan. Suaranya terdengar lebih serius, mengandung harap sekaligus tekanan yang tak tersamar.“Dok, kau adalah salah satu dokter ortopedi terbaik di Asia Tenggara yang pernah kukenal.” Ia berhenti sejenak, memberi jeda pada kalimatnya, seakan ingin memastikan Valen mendengarkan dengan saksama. “Karena itu, aku sangat berharap kau bersedia membantu calon menantuku. Ia menderita Spondilitis Ankilosa, dan kondisinya kian memburuk. Apakah Bara sudah menemuimu dan membicarakan hal ini?”Valen terdiam sejenak. Ada keraguan yang bergemuruh dalam pikirannya. Akan sangat mudah baginya untuk menjawab ‘tidak’ dan menjaga jarak dari drama keluarga Wardhana, kisah yang selalu berujung rumit. Akan lebih tenang hidupnya jika tak banyak ikut campur ke dalam masalah mereka.Sayangnya, hati Valen tak bisa sedingin itu. Ia telah mengenal Bara terlalu lama untuk bersikap acuh. Ia menyayangi pria itu layaknya adik sendiri, dan ba

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   164. Dimintai Tolong dengan Hormat

    “Ayo kita pulang, kita bicarakan ini di rumah,” ajak Bara, suaranya lembut tapi tegas, penuh harap, seolah ia ingin mengangkat mereka keluar dari jurang yang baru saja mereka tatap bersama.Cheryl tak langsung menjawab. Ia menghela napas panjang, berat, seperti menarik semua keraguan dari dalam dadanya.“Pulang?” gumamnya lirih. Ada jeda dalam suaranya, keengganan yang tak bisa ia tutupi. “Kamu pikir aku bisa kembali ke rumah itu tanpa membayangkan bakal ada wanita lain yang juga akan menjadi istrimu?”Bara menggertakkan rahangnya pelan. “Sayang, kumohon. Aku tahu aku sudah keterlaluan. Tapi aku nggak ingin rumah itu kosong tanpamu, Cheryl. Aku butuh kamu di sana, Cheryl… tanpa kamu, rumah itu seperti kuburan bagiku.”Cheryl menoleh perlahan. Matanya basah, tapi kali ini tak ada air mata yang jatuh. Hanya pandangan penuh luka yang menggores dalam. “Kamu harus mulai belajar untuk tidak membutuhkan aku lagi, Bara. Demikian juga aku. Kita harus mulai membiasakan diri untuk tidak saling m

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   163. Sesuatu yang Retak

    Bara menatap Valen dalam diam. Sorot matanya penuh kemarahan yang terpendam—dingin, tapi tajam seperti ujung pisau. Ia menggertakkan rahangnya perlahan, menahan dorongan untuk melampiaskan semuanya dengan kata-kata yang lebih kasar.Ada banyak kata yang ingin dimuntahkannya, tapi ia memilih menahannya. Bukan karena tak punya keberanian, melainkan karena ia tahu jika Valen bukan sembarang pria. Dan karena itu... ia harus lebih cerdas dari emosinya.Bara mengunci pandangannya pada Valen. “Jadi semua ini cuma karena Cheryl?” Suaranya pelan, tapi mengandung daya hantam yang tak bisa dihindari. “Bukan karena kamu memang ingin menolongku?”Lalu ia menarik napas panjang, menghembuskannya perlahan. Dalam hening itu, Bara membuat satu keputusan.“Terima kasih atas bantuannya, Dok. Tapi aku akan membawa Cheryl pulang. Dia istriku. Tanggung jawabku. Dan tempatnya adalah di rumah kami. Bukan di sini.”Tanpa menunggu reaksi Valen, Bara memutar badan dan membuka pintu. Suara derit engsel menjadi pe

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   162. Seandainya Aku Tidak Mencintainya

    Ruangan itu hening setelah Bara dan Valen menghilang ke balik pintu. Cheryl duduk sendirian di atas sofa yang empuk, tapi tak bisa merasa nyaman sedikit pun. Ia menghela napas berat, mencoba mengusir kegelisahan yang menyusup dalam diam. Matanya tiba-tiba menatap remote televisi di meja kecil di sebelahnya. Tangannya bergerak refleks, meraihnya dan menekan tombol power. Cahaya dari layar memantul ke wajahnya yang pucat, memberikan warna pada keheningan yang menekan.Tapi Cheryl tidak benar-benar berniat menonton. Ia hanya ingin mengalihkan pikiran. Menenangkan diri. Menyibukkan mata, walau pikirannya tetap berputar-putar di tempat yang sama, tentang ketegangan barusan, antara Bara dan Valen. Tapi Cheryl tak benar-benar ingin menonton. Ia hanya butuh sesuatu—apa saja—untuk mengalihkan pikirannya. Sesuatu yang bisa menenggelamkan kekacauan di kepalanya. Jempolnya menari cepat, berpindah dari satu saluran ke saluran lain—iklan, sinetron, berita politik. Tak satu pun yang mampu menahan

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   161. Bicara Empat Mata

    “Tempat ini paling aman untuk Cheryl saat ini,” ucap Valen akhirnya, suaranya tetap tenang, tapi mengandung ketegasan. “Orang-orang Tuan Sigit akan menyisir semua kemungkinan jejak tentang hubungan kalian, termasuk rumahmu, bahkan mungkin rumah sakit tempat kalian dinikahkan. Tapi mereka tidak akan pernah mencari ke sini.”Bara menyipitkan mata. Rahangnya mengeras. “Kau meremehkan kemampuanku melindungi istriku sendiri, Dok?”Nada bicara Bara terdengar seperti peringatan. Tegas, dingin, namun tak meledak—ia menahan diri. Tapi sorot matanya berbicara lebih dari itu: penuh perhitungan, dan tak suka diremehkan.Cheryl menegang. Jantungnya berdebar lebih kencang menyaksikan intensitas antara dua pria yang berdiri di hadapannya. Suasana seolah mengerucut tajam, seperti dua kekuatan besar yang siap bertabrakan dalam diam.Valen berdiri tegap. Sorot matanya tajam, dan wajahnya tak lagi menyimpan sisa-sisa gurauan seperti biasanya. Cheryl menelan ludah, sulit percaya bahwa pria yang selama in

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   160. Bukan Hal Mudah

    “Halo, Dok?” sapa Bara, suaranya tenang namun penuh kewaspadaan. Ia tak melepaskan pelukannya dari Cheryl. Bahkan seolah sengaja menguatkannya, seakan ingin menegaskan bahwa perempuan dalam dekapannya itu bukan sekadar rekan kerja biasa.Tatapan dokter Joshua alias Valen beralih dari Bara ke Cheryl, lalu kembali ke Bara. Ada kegamangan yang nyaris tak tersamar di balik senyumnya.“Cheryl adalah…” Bara menarik napas, lalu melanjutkan dengan mantap, “istriku. Kami menikah diam-diam sejak beberapa bulan lalu. Di salah satu rumah sakitmu.”Keheningan yang menyusul terasa menggantung di udara seperti kabut tipis yang enggan menguap.Valen mematung, menatap keduanya seolah mencoba memastikan apakah telinganya tidak salah dengar. “Di rumah sakit?” ulangnya nyaris tak percaya. Matanya berkedip cepat. “Kalian… menikah di rumah sakit?”“Ya,” jawab Bara tegas. “Semua berlangsung cepat, sederhana, tapi sah.”Valen tak langsung menjawab. Ia mengerjap, seperti mencoba menelan seluruh informasi seka

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   159. Mau Curhat

    Cheryl melangkah perlahan mendekati Bara, diam-diam menyeka air matanya sendiri yang sejak tadi menggantung di pelupuk. Ia tak tahu bagaimana cara menyembuhkan luka-luka suaminya, luka yang bahkan tidak pernah diminta untuk dipahami, apalagi dijamah. Luka-luka yang selama ini berhasil disembunyikan dengan begitu rapi, hingga Bara tampak nyaris sempurna di mata siapa pun.Mungkin Bara juga ingin menyembunyikan kerapuhan itu darinya. Tapi Cheryl tak ingin berpura-pura tak melihatnya. Ia ingin perlahan membongkar benteng itu, ingin Bara bersedia membagi beban itu dengannya. Ia ingin menjadi satu-satunya tempat pulang yang teduh bagi suaminya, tempat di mana Bara bisa berhenti berpura-pura kuat.Cheryl melingkarkan kedua lengannya ke tubuh Bara, memeluknya dari samping. Hangat, lembut, namun penuh tekad. Dan perlahan, dada Bara yang semula naik turun dengan napas berat terlihat mulai tenang, meski matanya tetap menatap nanar ke kejauhan."Aku di sini," bisik Cheryl, suaranya pelan namun p

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   158. Kenapa Justru Wanita Itu?

    Bara masih membeku di tempat, seolah tubuhnya kehilangan kemampuan untuk bereaksi, seakan seluruh udara di ruangan telah disedot keluar. Matanya menatap Rini lekat-lekat. Pandangan itu menyimpan bara kebencian sekaligus luka yang begitu dalam, menganga, dan belum pernah benar-benar sembuh. Tak ada kata yang meluncur dari bibirnya, tapi pandangannya berbicara lantang: kau telah menghancurkan segalanya.Rini menahan napas. Ada getar getir yang menyelinap di dalam dadanya, dan untuk sesaat, ia tak kuasa menatap balik mata putra tirinya itu. Tapi ia tahu, ini saatnya menghadapi semuanya. Rini akhirnya bersuara, pelan namun jelas, dengan nada yang menyayat dan penuh penyesalan."Maafkan aku, Bara…," suaranya bergetar. "Aku menyesal telah menyakitimu, Sabira... dan terlebih lagi, mamamu." Ia menunduk, air mata mengalir di pipinya. "Cintaku pada papamu terlalu besar. Sampai-sampai aku tak melihat apa pun selain dia. Aku buta oleh cinta. Aku egois. Kau berhak membenciku. Karena aku tahu, maa

  • CEO Dingin yang Terpaksa Menikahiku   157. Terguncang

    Bara memandang wajahnya begitu dekat, dan dunia Cheryl seakan berhenti berputar. Tak ada suara lain selain detak jantungnya sendiri yang berpacu liar. Mata lelaki itu menatapnya seolah ia adalah satu-satunya perempuan di muka bumi. Ketika tangan Bara menyentuh pipinya yang dingin karena AC, Cheryl tak bisa menyembunyikan getar di dadanya. “Kamu nggak tahu betapa aku nungguin momen ini,” bisik Bara. Suaranya rendah, serak, penuh gejolak yang selama ini terpendam.Cheryl tersenyum. “Aku juga... setiap hari.”Lalu bibir mereka saling menemukan, ciuman yang begitu lembut, pelan, seolah-olah menyulam kembali sesuatu yang nyaris hilang. Tapi semakin lama, ciuman itu berubah. Lebih dalam. Lebih menuntut. Membawa Cheryl hanyut dalam gelombang kerinduan yang begitu kuat, hingga tubuhnya bergetar.Bara menariknya ke dalam pelukan, lengan kokoh itu membalut pinggangnya, dan Cheryl membalas, mencengkeram kerah kemeja lelaki itu seolah jika ia melepaskan, ia akan tenggelam dalam badai yang dicipta

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status