Ruangan itu dipenuhi ketegangan. Ratih berdiri di tengah ruangan, tubuhnya gemetar antara marah dan takut. Bagas tetap duduk di kursi ruang tamu, menatap lantai dengan tatapan kosong. Di seberang mereka, Kyai Ahmad mengawasi dengan penuh kesabaran, berusaha menenangkan keadaan. “Mas,” suara Ratih pecah, penuh emosi, “apa kamu nggak lihat? Semua ini udah melampaui batas! Aku tahu kamu ingin kita hidup lebih baik, tapi caramu salah! Pesugihan ini bukan solusi. Ini kutukan!” Bagas mendesah berat, jemarinya menggenggam lututnya erat. Dia tidak berani menatap mata istrinya. “Apa kamu pikir ini keputusan mudah buat aku, Tih?” suaranya rendah, hampir berbisik. "Semua ini … semua yang kita punya sekarang, aku perjuangkan. Kalau aku memutuskan perjanjian ini, kita kehilangan semuanya. Kembali ke nol. Kamu mau hidup seperti dulu lagi? Serba kekurangan?” Ratih menatap suaminya dengan tatapan tidak percaya. “Mas, aku nggak peduli soal kekayaan itu! Aku peduli soal kita, soal nyawa kita! Ka
Last Updated : 2024-12-21 Read more