Semua Bab Mertuaku Penghancur Rumah Tanggaku : Bab 11 - Bab 20

43 Bab

Bab 11. Depresi Akibat Kehilangan

"Tuan Hasan! Nyonya Wilda!" panggil Mirna, ART keluarga Arthur dengan panik. "Apa, Bi?" sahut Hasan. pria paruh baya itu menatap heran pembantunya yang berlari tergesa-gesa menuruni tangga. Hasan dan Wilda baru saja duduk di ruang makan, untuk memulai sesi sarapan pagi. Sebelum mereka melakukan sarapan, Wilda meminta Mirna untuk memanggil Jeremy yang masih belum keluar dari kamarnya. "Ada apa, Bi? Kok mukanya panik begitu?" tanya Wilda heran. "Itu, Tuan, nyonya, Tuan Jeremy ..." Mirna menunjuk ke arah lantai atas. "Jeremy kenapa?" desak Hasan. "Tuan Jeremy bersimbah darah di kamar mandi," jawab Art dengan gugup. Wilda terperangah dan menjatuhkan rahangnya. "Apa?!" Hasan dan Wilda segera berlari ke kamar mandi untuk melihat keadaa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-06
Baca selengkapnya

Bab 12. Pernikahan Yang Tak Diinginkan

Hari ini, tepat pernikahan Jeremy dan Diana akan digelar. Para tamu undangan yang merupakan kolega bisnis dari Hasan dan ayah Diana, turut hadir menyaksikan gelaran acara yang sakral tersebut. Para wartawan pun turut hadir untuk meliput berita pernikahan putra konglomerat Makassar. Diana tampil cantik dengan balutan kebaya berwarna putih. Sahabat dan teman sesama sosialita Diana pun ikut hadir. Kedua orang tua yang mendampingi Diana tersenyum bahagia melihat putrinya akan menikah. "Kamu cantik sekali hari ini, Sayang," kata Nana, ibu Diana. "Tentu saja aku cantik. Karena Mamaku cantik." "Bukan itu maksud Mama. Aura cantikmu itu terpancar dari dalam." "Ini hari bersejarah untukku. Dan aku berbahagia. Mungkin itu yang membuat aura cantikku terpancar." "Mama bersyukur karena telah diberikan umur panjang dan sehat oleh tuhan. Sehingga Mama dapat menyaksikan putri cantik Mama menikah," ucap Nana terharu. "Mama harus s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Bab 13. Mencoba untuk ikhlas

"Alka!" Nena berlari menghampiri Alka yang sedang menangis di sudut ruangan dapur sambil memeluk lututnya. "Alka yang sabar, ya." Nena memeluk erat tubuh ringkih adik sepupunya untuk memberikan kekuatan. Alka mendongakkan kepalanya menatap Nena. "Aku nggak kuat, Mbak. Hiks ... Hiks ..." Alka menepuk-nepuk dadanya. "Di sini sakit. Sakit sekali." "Kenapa nasibmu menjadi seperti ini?" Nena berurai airmata menatap Alka. Wanita yang menjadi satu-satunya kerabat Alka tersebut, merasa kasihan kepada adik sepupunya. Alka menangis dipelukan Nena dengan air mata yang mengalir deras. Dadanya terasa sangat sesak. Hatinya tercabik-cabik hingga luka dan berdarah melihat sang suami menikah dengan wanita lain. Nena yang memeluk pun ikut menangis. Sebagai sesama wanita yang telah memiliki suami dan anak, Nena bisa ikut merasakan apa yang saat ini Alka rasakan. Wanita mana pun pasti merasa hancur dan sakit melihat suami yang dicintai bersanding dengan wanita lain di pelaminan. "Kamu ini wanita b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Bab 14. Kedatangan Ibu Mertua

Wilda duduk di serambi rumah Alka dan berhadapan dengan menantunya itu. Alka menatap dingin wanita paruh baya yang berstatus sebagai ibu dari pria yang ia cintai. Pria yang kini telah menikah dengan wanita lain. "Katanya ingin bicara. Kenapa masih diam?" Alka membuka pembicaraan setelah keduanya saling lama diam. Wilda mendongak menatap mata Alka. Wanita paruh baya itu dapat melihat guratan kemarahan di wajah wanita yang dicintai oleh putranya. Wilda tahu bahwa Alka marah karena telah memisahkan wanita itu dari putranya. "Bagaimana keadaan kamu?" tanya Wilda berbasa-basi. "Apa yang anda harapkan? Apakah anda mengharapkan saya menjadi gila setelah berpisah dengan suamiku?" sarkas Alka. Wilda tersenyum dan menggeleng. "Saya tidak pernah mengharapkan kamu menjadi seperti itu." "Lalu tujuan Anda apa ke sini? Apa Anda ingin melihat betapa menyedihkannya saya setelah apa yang anda lakukan ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 15. Bangkit Dengan Rasa Hampa

Jeremy baru saja selesai melakukan rapat kerja sama, dengan salah satu pengusaha di kota Batam. Pria itu merencanakan membangun hotelnya di kota industri tersebut. Tak terasa setelah 5 tahun, usaha properti yang dijalankan oleh Jeremy tumbuh dengan pesat dan maju. Kelvin, sang sahabat, selalu setia berada di sisi Jeremy, dan mendampingi pria itu. Kelvin juga menjadi saksi bagaimana hancurnya hidup Jeremy setelah kehilangan istri tercinta. Jeremy melampiaskan rasa sedih dan sakit hatinya akibat kehilangan Alka dengan memperluas bisnis dan usahanya hingga ia menjadi salah satu pengusaha tersukses di Asia. Mereka berdua berada di mobil rencana untuk kembali ke Jakarta. Ketika di perjalanan akan ke bandara, lalu lintas mengalami kemacetan. Kelvin yang menyetir, menggerutu kesal karena perjalanan mereka terhambat. "Sialan! pakai macet segala," umpat Kelvin. Berbeda dengan Kelvin yang menggeretu kesal, Jeremy diam tak berbicara, dan menatap lurus
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya

Bab 16. Penerus Keluarga

Keluarga Arthur dan keluarga Wirawan melakukan makan malam bersama di rumah Hasan. Diana dan Jeremy turut serta dalam acara makan malam keluarga tersebut. Mereka menyisihkan waktu sebentar di antara sela-sela kesibukan dari masing-masing. "Kalian sudah 5 tahun menikah." Iqbal, ayah Diana, membuka perbincangan telah telah makan malam. "Kalian belum memiliki anak. Apakah tidak ada tanda-tanda bahwa Diana hamil?" "Diana belum hamil, Ma," jawab Diana tersenyum. "Kapan kalian berencana memiliki momongan?" tanya Wilda. "Iya, Nak. Jangan terus-terusan menunda," sahut Nana, "nanti kalau kamu terus-terusan menunda memiliki momongan, usia kamu semakin tua, kamu tidak bisa melahirkan lagi. Selain itu keluarga Arthur dan keluarga Wirawan hanya memiliki anak tunggal. Keluarga kami membutuhkan cucu sebagai penerus keluarga." Jeremy menghentikan aktivitas makannya sejenak. Pria yang memiliki r
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-11
Baca selengkapnya

Bab 17. Harapan Masa Depan

Warsawa, Polandia. Alka melangkahkan kaki keluar dari coffeeshop tempat ia bekerja untuk pulang ke apartemennya. Ia menghembuskan napas kasar melihat salju turun. Wanita itu mengeratkan syal dan jaketnya untuk mengusir rasa dingin. Alka berjalan perlahan menyusuri jalan yang tertutup salju putih. Langkahnya meninggalkan jejak-jejak kecil yang segera tertutup oleh butiran salju baru yang turun. Udara dingin menusuk kulitnya meskipun ia sudah mengeratkan syal dan jaket tebal. Di kejauhan, cahaya lampu-lampu kota mulai menyala, menciptakan suasana yang hangat meskipun di tengah dinginnya musim salju. Sembari melangkah, Alka merenung tentang bagaimana salju bisa begitu indah namun juga menuntut perjuangan ekstra dalam kehidupan sehari-hari. Seperti salju yang turun tanpa henti, rintangan dalam hidup pun terus datang. Namun, Alka yakin bahwa seperti salju yang akhirnya mencair, memberi kesuburan pada tanah, setiap kesulitan yang dihadapinya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-12
Baca selengkapnya

Bab 18. Telepon Dari Indonesia

[Ibu kapan pulang?] tanya Naufal kepada Alka. Alka terdiam mendapatkan pertanyaan dari putra semata wayangnya. Bibirnya terkatup untuk sekedar menjawab kapan ia pulang. Sebab, ia juga tak tahu kapan akan pulang ke tanah air. [Naufal kangen sama Ibu.] Kristal bening mengalir membasahi pipinya yang putih. Sedih yang ia rasakan karena sang putra merindukannya, namun ia tidak bisa memeluknya walau sejenak. Dengan jarak dan waktu yang memisahkan mereka, di saat rindu tidak bisa bertemu apalagi berpelukan. [Maaf, Nak. Ibu belum bisa cuti. Nanti ... kalau Ibu sudah dapat cuti, pasti Ibu akan pulang.] [Ibu memangnya nggak kangen sama aku?] Deg. Pertanyaan itu bagaikan tamparan bagi Alka. Seorang ibu yang merantau jauh ke negeri orang meninggalkan sebuah hati di tanah air, pasti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-13
Baca selengkapnya

Bab 19. Rumah Kenangan

Jeremy mendatangi sebuah rumah tingkat dua bergaya modern minimalis di kota Jakarta. Pria bermata sipit itu membuka pintu rumah dengan lebar, dan melangkah masuk ke dalamnya dengan raut wajah yang sendu. Setelah banyaknya pekerjaan yang membuat penat, ditambah lagi masalah perusahaan yang membuat pusing, ia memilih pergi ke rumah yang ia tempati dulu bersama Alka. Ada seorang asisten rumah tangga berusia sekitar 45 tahun di sana. Ia diminta oleh Jeremy khusus menempati dan merawat rumah itu. Mira, yang melihat kedatangan Jeremy menyambut kedatangan Jeremy dengan ramah. Jeremy sebelumnya telah memberitahukan kepada Mira bawa ia akan datang untuk istirahat. "Selamat siang, pak," sapa Mira. "Hm." Jeremy menjawab dengan deheman. "Saya siapkan minuman terlebih dahulu?" tawar Mira. "Tidak perlu," tolak Jeremy, "saya datang ke sini untuk istirahat dan menenangkan diri sejenak. Saya ingin tidur di kamar. Apa kamar utama sudah kamu bersihkan?
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-14
Baca selengkapnya

Bab 20. Kekasih Diana

Hari ini, Diana Rosita melakukan launching perhiasan berlian dengan model terbaru. Seperti biasa, model terbaru perhiasan berlian yang diluncurkan oleh Diana mendapat sambutan yang luar biasa dari para penggemar fashion. Desain yang inovatif dan elegan membuat perhiasan tersebut menjadi sorotan dalam dunia mode. Kualitas berlian yang digunakan juga menjadi faktor penting dalam keberhasilan peluncuran ini. Diana sebagai desainer terkemuka berhasil menciptakan karya yang memukau dan memikat hati banyak orang. "Terima kasih untuk semua yang telah hadir di acara peluncuran model baru perhiasan berlian karya saya," ucap Diana kepada para hadirin yang hadir di acara itu. "Kepada semua tim dan teman-teman yang turut andil dalam terciptanya sebuah mahakarya yang indah ini." Suara riuh tepuk tangan mengiringi sambutan yang diberikan oleh Diana. Dalam setiap acara peluncuran, Diana selalu menyampaikan rasa terima kasih kepada semua yang terlibat, baik
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status