Beranda / Rumah Tangga / Berbagi Suami / Bab 61 - Bab 70

Semua Bab Berbagi Suami: Bab 61 - Bab 70

79 Bab

61. Tidak Pulang ke Rumah Adrian

Tania tidak fokus bekerja hari ini. Ketakutannya akan kehilangan sang calon anak, membuatnya hanya bisa duduk tidak tenang. “Mbok Sayem atau bodyguard sudah lapor ke mas Adrian belum, ya? Kalau sudah, kenapa mas Adrian tidak kesini untuk mengecek keadaanku seperti biasa? Atau—setidaknya menanyakan kabarku?” Tok-Tok-Tok “Masuk.” “Maaf, bu, ada tamu untuk ibu.” “Siapa, mbak Tika?” “Namanya pak Angga dan bu Isti. Katanya mereka kakak dan ipar bu Tania.” “Oh, iya, biarkan mereka masuk.” “Baik, bu.” “Mbak Tika?” “Iya, bu?” “Pak Adrian—tidak kesini?” “Tadi pak Adrian sempat kesini, bu, tapi hanya sebentar. Begitu sampai lobi dan bertemu bodyguard bu Tania, pak Adrian langsung pergi dengan marah.” Tania diam. Apa mungkin Adrian langsung mengambil keputusan untuk mengusir orang tua Wini? “Oh begitu. Iya, terima kasih, mbak. Kakak dan ipar saya tolong dipanggilkan kesini.” Tania berjalan mondar-mandir memikirkan keputusan apa yang akan Adrian ambil untuk mertuanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

62. Bujukkan Adrian

Tania duduk bersandar di ranjang kamar tamu sambil mengelus perutnya. Ia kembali sibuk memikirkan nasibnya ke depan. “Apa benar aku harus menjadi janda lebih cepat demi menjaga anak ini?” “Mas Adrian pasti menjagaku, meski tidak selalu. Tapi kak Angga benar, aku akan terus dituduh pelakor. Aku tahu di kantor, para karyawan diam-diam membicarakanku.” Tania menutup wajahnya, “Aku harus bagaimana sekarang?” “...aku hanya mau bertemu Tania!” Tania menajamkan telinganya, “Itu seperti suara—mas Adrian?” “Mana Tania? Tan! Tania!” Tania bangkit. Ia yang akan membuka handel pintu, tidak bisa mendorong pintu kamar. Seperti ada yang menahannya dari luar. “Tania tidak ada disini, Adrian.” Angga berkata pelan, seolah menenangkannya. “Mana mungkin tidak ada disini. Aku tahu Tania pulang bersama kamu dan Isti dari kantor.” “Apa buktinya? Bodyguard suruhanmu yang bilang?” “Mereka tidak tahu apa-apa. Aku melihat dari CCTV kantor. Sekarang bawa Tania kesini!” Angga tertawa, “Aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-30
Baca selengkapnya

63. Meminta Tolong Adrian

Mbok Sayem dan dua asisten rumah tangga lain baru sampai disini bersama dua bodyguard yang diminta untuk membantu membereskan barang Tania dan sebagian barang Adrian. “Wah, rumah ini lebih besar dari rumah bu Wini ya.” cuap salah satu asisten rumah tangga pada rekannya. “Iya, benar. Ini lebih besar, lebih modern, dan lebih—aku berharap bisa ditempatkan disini.” “Aku pun.” Adrian berdehem. “Eh, maaf, pak. Barang-barang bu Tania sudah saya bereskan di kamar. Untuk keperluan dapur dan yang lain apa harus dibereskan sekarang juga?” “Besok saja. Kalian sudah makan?” “Sudah, pak.” Tania melenggang mendekati ruang tengah, dimana semua orang berkumpul, “Saya juga sudah makan malam, tapi masih lapar. Bagaimana kalau kita—barbequan?” Semua berteriak senang. “Mbok sudah lama tidak barbequan.” Tania melirik Adrian, “Tidak papa ‘kan, mas? Kamu belum lelah?” Adrian pikir setelah mengurus kepindahan rumah, mereka bisa langsung bertarung di ranjang. Ia terpaksa mengangguk, “Ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

64. Memanfaatkan Wini (++)

Pov Adrian Adrian menyetir dengan keadaan sangat marah. Ia tidak menyangka, Tania kembali mempermainkannya. Ia sudah menunggu selama empat bulan untuk bisa mencicipi tubuh indah istri keduanya, tapi kembali gagal. “Sial! Sebenarnya mau Tania apa?” Tentu, Adrian bisa melakukannya setiap kali mereka sudah terlanjur melakukan pemanasan, tapi ia selalu tidak tega melihat wajah takut dan khawatir Tania. Ia hanya tidak mau membuat istrinya tidak nyaman. Mobil sampai di halaman rumah. Ia menemukan Wini tertidur di sofa ruang tamu. “Win?” Mata Wini mengerjap, “Mas?” Adrian menunggu Wini bangkit dari sofa. “Aku pikir kamu—akan tidur di rumah Tania.” “Kalau kamu berpikir begitu kenapa kamu masih menunggu disini?” Wini tersenyum, “Entahlah. Kamu sudah makan?” “Hm.” “Ya sudah, aku siapkan air hangat untuk mandi.” Adrian menahan lengan Wini, “Aku—mau.” Adrian sudah menyemburkan cairan miliknya beberapa kali pada Wini. Istri pertamanya itu kewalahan menampung nafsu suami
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-31
Baca selengkapnya

65. Sudut Pandang Wini

Pov Adrian Adrian baru selesai sarapan di rumah Wini. Ia tak menjawab tanya Wini sedikitpun karena masih tersinggung dengan ucapannya semalam. “Mas, aku pakaikan dasinya.” “Biar Tania yang pasangkan nanti di kantor.” Wini berdiri, ia membereskan piring kotor. Saat mengambil piring kotor milik Adrian, ia menaruhnya dengan kasar di atas piring kotor miliknya. Adrian menatap Wini. Ia membuang nafas pelan ketika sadar Wini marah. Ia bangkit, “Pasangkan dasinya di kamar. Pilihkan dua dasi lagi, aku ada acara siang ini.” Wini yang terlanjur marah, sebenarnya enggan mengikuti Adrian ke kamar. Tapi ia harus menebus ucapannya semalam pada sang suami. Di kamar, Wini memilihkan dua dasi lain, “Yang ini, mas?” “Ya, boleh.” Adrian hanya melirik dasi itu sekilas, karena ia sibuk menatap ponsel. “Kemejanya juga?” “Ada di kantor. Cukup dasi saja.” Wini menutup lemari, “Apa perlu aku buat tali dasinya sekarang, agar nanti aku tinggal pakai?” Adrian mengangguk, “Boleh.” “Atau
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-01
Baca selengkapnya

66. Menyerahkan Diri (++)

Tania tersenyum. Tangannya dengan nakal meremas milik Adrian yang sudah mengeras. “Tania, sebelum semua terlambat, lepaskan.” “Kamu akan terlambat ke kantor, mas. Tidak papa ‘kan?” Adrian menyingkirkan tangan Tania pelan-pelan dari miliknya, “Ini peringatan terakhir, kamu—mau aku—” “Ya, aku mau, mas Adrian.” Adrian tersenyum, ia memegangi dagu Tania, “Tania Winata, aku minta kamu berhenti.” Tania membuka atasan bajunya. Ia bergerak melenggokan tubuhnya didepan Adrian, “Kamu tidak tertarik?” Adrian berjalan cepat menuju pintu. Tania menarik lengannya. “Jangan pernah salahkan aku kalau aku—” Tania mendesah memancing Adrian. Adrian tak tahan lagi, meski tadi pagi ia sudah melakukannya dengan Wini, dengan Tania tentu akan berbeda. Ia sudah menunggu momen ini dari lama. Ia sudah memberikan peringatan beberapa kali, tapi sang istri dengan nakalnya terus memancing, membuatnya mau tak mau terpaksa melakukan itu. Tania tak protes digendong Adrian untuk di dudukkan di m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

67. Mimpi Buruk yang Sama

Tania kelelahan setelah bertarung dengan Adrian. Ia memutuskan untuk istirahat di rumah dan berencana akan pergi ke kantor di jam makan siang. Adrian harus tetap pergi, karena ada pertemuan dengan staf penting di beberapa perusahaannya. Tania menggeleng ketika tidur setelah mandi dan makan. Ia merasakan tubuhnya ada di diskotek terkutuk itu bersama lelaki asing yang dulu memperkosanya. “Tidak! Tidak! Jangan! Kamu bukan Romi! Kamu siapa?” Tania terbangun. Ia berteriak kencang sambil menangis. Dahinya berkeringat hebat. Pintu diketuk. “Non?” Tidak ada jawaban. Tania sibuk mengatur nafasnya. Mbok Sayem membuka pintu, “Non Tania kenapa?” Tania menangis histeris. Ia menutup kedua telinganya, “Jangan dekati aku!” “Non, ini mbok.” Tania turun dari ranjang. Ia berdiri di pojok kamar masih terus menangis. Mbok Sayem kebingungan. Dua asisten rumah tangga lain masuk dan berusaha menenangkan Tania. “Ini ada apa, mbok? Ibu Tania kenapa?” “Mbok gak tahu. Bangun tidur non T
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-02
Baca selengkapnya

68. Menjebak Adrian (++)

Kabar bahwa Adrian membelikan rumah baru untuk Tania sudah diketahui ayah dan ibu. Mereka datang membawa hadiah berupa bingkisan bunga dan beberapa peralat rumah tangga canggih. “Ayo masuk, yah, bu.” ajak Tania ketika ayah dan ibu baru menuruni mobil. Untungnya sore hari ia merasa lebih baik dari tadi siang. Ibu mengelus perut Tania, “Bagaimana kehamilan kamu?” “Sejauh ini baik-baik saja, bu. Dan ibu tahu gak, dia—sangat suka suara mas Adrian.” Ayah dan ibu tampak antusias mendengar itu. “Bagaimana kamu tahu kalau dia menyukai suara Adrian?” “Kemarin saat aku dan mas Adrian—berselisih paham dan tak saling bicara, aku kehilangan fokus dengan pergerakkan janin. Aku baru sadar kalau dia belum menendang. Lalu aku bicara dengan mas Adrian, dan dia—menendang kencang.” Ayah dan ibu tersenyum senang. “Ayah senang kalau Adrian bisa cukup berguna untuk kamu dan calon anak kalian.” Ibu mengajak Tania duduk, “Selama ini Adrian—menjaga kamu dengan baik ‘kan?” “Tentu, bu, yah,
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

69. Menghakimi Adrian

Ibu memegani dua bahu Tania, “Bilang pada kami, apa yang Adrian lakukan, Tania?” “Mas Adrian—hampir mencelakai anak ini, bu. Dia—bermain sangat kasar tadi, heu heu heu.” Ibu dan ayah beradu pandang. “Adrian!” Ayah berteriak kencang, “Kemari kamu!” Ibu bergerak memeluk Tania, “Maafkan ibu yang tidak bisa menjaga kamu, sayang.” Adrian keluar dari kamar dengan mata merah. Ia baru saja terlelap setelah bertarung, kenapa ayah memanggilnya seperti akan marah? Ayah menampar Adrian dengan kencang, “Keterlaluan kamu!” “Yah? Kenapa ayah tampar aku?” “Berani kamu bertanya begitu? Kamu tidak berpikir, tindakanmu bisa membahayakan Tania dan anaknya!” Mbok Sayem dan dua ART, serta dua bodyguard mendekati ruang tengah. Mereka penasaran apa yang sedang terjadi dengan tuan-tuan mereka. Melihat banyak orang menguping, ayah mengkode Adrian untuk mengikutinya ke ruangan khusus. “Kalian kembali ke kamar.” pinta ibu. “Ba-baik, bu.” Ibu mengajak Tania pergi ke ruang kerja Adrian.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-03
Baca selengkapnya

70. Memaksa Tania Pulang

Papa bangkit dari kursi dengan cepat, membuat kursinya terjatuh dan membuat Tania nyaris jantungan. “Pa, tahan emosi papa. Ingat, Tania sedang hamil.” mama takut papa akan menampar Tania. Tania menahan air matanya ketika papa mendekatinya, “Pa—” Papa mengelus perut Tania, “Anak ini—membutuhkan Adrian.” Tania menitikan air matanya. Ia pikir papa akan marah besar. Ternyata suaranya sangat tenang. “Semua orang tahu ini anak Adrian. Kalau kamu berniat memberikan anak ini untuk kakakmu, apa kata orang?” Mama mendekati Tania, “Tan, papamu benar. Masalah Angga dan Isti yang—akan sulit punya keturunan, itu bukan urusan kamu. Tidak ada kewajiban kamu sedikitpun untuk membahagiakan mereka dengan kamu memberikan anakmu pada mereka.” “Tania, dengar papa, alasan papa menikahkan kamu dengan Adrian bukan hanya karena untuk menutupi aib keluarga, tapi lebih dari itu. Kamu pasti merasakan sikap baik mereka ‘kan? Adrian adalah suami yang baik, kedua orang tuanya juga. Kamu tidak bahagia m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-01-04
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status