Home / Young Adult / Suamiku Berandalan Sekolah / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Suamiku Berandalan Sekolah : Chapter 101 - Chapter 110

149 Chapters

Bab 101. Rumah Pohon

"Serius naik ini?" tanyaku ke Adelio mengangguk mantap. "Tenang aja, sepedanya bagus ini," balas Adelio, tersenyum lebar. "Sini naik dibelakang gue."Aku mendekatinya, sedikit ragu-ragu, dan duduk dengan tenang. Adelio mulai menjalankan sepedanya. "Uwahh, seru banget!" pekikku bahagia, kini aku berdiri merentangkan tangan. Kali ini kami berkeliling komplek, entah ini ide konyol yang dibuat Adelio. Tapi aku sangat senang sekali. Hingga sampai di sebuah rumah pohon, aku tidak tau siapa yang membuatnya. Tapi memang jauh, aku bahkan tidak kuat untuk berdiri. "Ini punya siapa?" tanyaku ke Adelio baru turun. "Punya gue dong," jawab Adelio menarikku. Aku menatap tinggi pohon tersebut, apalagi disitu ada tangganya. Aku tidak sabar ingin keatas, namun menyeramkan. Adelio mendorongku, terlebih dahulu untuk naik ke atas. Aku menoleh ke belakang, Adelio mengangguk meyakinkanku. "Gue duluan," pamitku, meneguk ludah. Adelio terkekeh, mendengar suaraku terlihat gugup. Saat sampai di atas,
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 102. Instruksi Senam Bersama

Hari ini, suasananya sangat dingin. Aku tidak habis pikir, jadi sangat malas untuk bangun. Tapi aku paksakan, huh! Aku menguap sampai ke meja makan. Terdapat Adelio sudah berada di sana. "Sini duduk sebelah gue," kata Adelio berdiri, mendekatiku mempersilahkan aku duduk. "Gimana tidur lo? Nyenyak nggak? Maaf ya, sampe tengah malam tadi," lanjut Adelio menoleh ke arahku. Aku mengangguk, terkekeh menyadari. Jika Adelio takut kejadian ini terulang kembali, kami telat bersama. "Santai aja, kok lo keliatan takut?" tanyaku, mengusap kepala Adelio. "Karena gue nggak mau lo ngambek lagi," balas Adelio serius. Seketika aku tertawa, astaga karena hal kecil. Takut aku ngambek dong, berarti aku menyeramkan kali ngambek di matanya. Aku akan susah sulit ditaklukkan ya kan haha. Adelio memberikan roti tawar isi strawberry. "Kok nggak isi cokelat?" Aku menatap Adelio cemberut. "Lagi habis, lupa beliin kemarin," balas Adelio, mengoleskan selainya. Aku mengangguk, memakan yang sudah diberika
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 103. Adu Domba

Kantin sekolah, Zara mengajakku pergi bersama kesana. Oke, baiklah aku lakukan. Sampai di lorong kelas kami lewati, Zara berkata yang membuatku marah. "Lo tau Ranesya? Pagi tadi gue nggak sengaja denger, Gita sama Vivian bilang nyesel sahabatan sama lo," jelas Zara, berjalan bersampingan denganku. "Ini lo, nggak bohongin gue kan?" tanyaku, karena takut dijatuhin. Zara menggeleng kuat, aku terdiam sesaat. Ini serius? Aku diginiin mereka berdua? Padahal aku mana pernah jahatin mereka. Bahkan, aku mengasih contekan dengan percuma. Liatlah balasan mereka kepadaku. "Lo gapapa Ran?" tanya Zara, menepuk pundakku. Aku tersadar dan tersenyum kecil. Kami berjalan kembali menuju kantin, di sana penuh siswa-siswi yang kelaparan. Kami duduk paling pojok, Gita dan Vivian menghampiriku. "Tadi gue ajak bareng, nggak mau. Sementara sama Zara mau, lo anggep kita apa Ran?" tanya Gita, tidak terima. Tidak aku hiraukan, aku hanya berfokus bermain hp saja. Tanpa peduli omelan Gita. Sampai Vivian
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 104. Bimbang

"Ranesya, makan dulu."Aku menoleh, Adelio sudah bersiap menyuapiku. Namun, aku menggeleng pelan. Sungguh, moodku hancur mengingat dua pilihan begitu berat. Bagaimana, jika aku menyakiti hati sahabatku?"Entar kalo lo sakit, nggak bisa sekolah," kata Adelio, menyenggol lenganku. Aku cemberut, menunduk dalam akhirnya menangis kembali. Huhu, aku begitu rapuh. "Eh, jangan nangis dong," ucap Adelio panik. Adelio menaruh piring ke meja, beralih memelukku. Aduh, asli hati mungil ini tersentil. "Tapi gue nanti sakiti mereka, terus gue harus percaya sama siapa?" balasku sesegugukkan. Adelio melepaskan pelukan, mencakup pipiku."Gini aja, lo pilih sesuai hati lo aja," ucap Adelio, mengusap air mataku. Sejujurnya, Adelio bisa menjadi tempat aku berpulang maupun bercerita. Bahkan, kali ini Adelio tidak merasa risih dengan tingkahku. "Gue lebih percaya sama Zara," ungkapku jujur kepada Adelio. "Berarti, anggap aja semua ucapan Zara benar, kalo dari hati lo memilih dia," balas Adelio, men
last updateLast Updated : 2024-12-19
Read more

Bab 105. Zara Berulah

Pagi sekali, aku merasakan gangguan. Hingga aku membuka mata, terdapat Adelio tersenyum jahil. Aku setengah sadar, kembali ingin tidur. Namun, Adelio sengaja membuatku terduduk. "Gue ngantuk, jangan ganggu," ucapku memelas, menyenderkan tubuh di dinding. "Sekarang udah pagi, apa mau telat lagi?" tanya Adelio, memperhatikan diriku melotot tidak percaya. Mataku langsung melirik jam di nakas, masih setengah 5. Aku menabok lengannya dengan kesal. Ihh, menyebalkan! Bisa-bisanya Adelio membohongiku, biar apa? Awas aja ya, aku akan membalasnya. "Sana! Nggak usah ganggu gue!" usirku, mendorong tubuh Adelio. Padahal masih pagi loh, aku belum puas untuk tidur. Adelio menatapku sok polos seperti anak kucing. Adelio menghalangiku untuk menutup pintu. "Gue mau nungguin lo aja."Dih, apaan coba? Ngapain nungguin aku di dalam kamar? Pasti Adelio ingin memperhatikan aku lama-lama. Biasa orang cantik mah, pasti selalu jadi pusat perhatian. Ini Adelio sepertinya, terpincut pesonaku yang kece i
last updateLast Updated : 2024-12-20
Read more

Bab 106. Mancing bareng Ayang

Kepikiran perkataan Adelio, aku memilih menelepon Gita namun tidak diangkat sama sekalipun. Sama dengan Vivian, melakukan hal sama. Aku mendengus di ruang santai, sampai Adelio keluar aku tidak sadar ada dia di situ. "Lo kenapa?" tanya Adelio mendekat. Aku terkejut langsung menoleh kebelakang, Adelio tersenyum mengelus kepalaku. "Jangan bilang masih mikirin hal sama? Lebih baik kita keluar aja, lo mau kemana?" kata Adelio, memperhatikan aku begitu lekat. Sampai aku mempunyai ide ke tempat mancing, apakah Adelio mau?Aku menyukai sifatnya yang begitu penyabar, selain itu Adelio suka menuruti kemauanku. "Tempat mancing aja yuk!" ajakku berdiri mensejajarkan dengan Adelio. Seolah berpikir, Adelio mengangguk langsung menarikku keluar.Nyatanya, Adelio terlihat bahagia. Apa jangan-jangan Adelio ingin kesana, hanya takut aku tidak suka?"Kenapa lo?" tanyaku, duduk disebelahnya. "Gapapa, seneng aja!" seru Adelio, menggegas mobil menuju tempat mancing.Cukup lama, diperjalanan aku sam
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 107. Susah Memilih

Aku menepuk bahu Adelio untuk menyuruhnya memberhentikan motor, aku melihat Gita berjalan bersama Ghifari. Rasanya hati ini tidak tenang, aku ingin minta maaf atas kesalahanku waktu kemaren. Apakah bisa?"Gita, tunggu gue," seruku turun, mengejar mereka berdua. Terlihat Gita menghindariku, sungguh tidak menyangka. Jika semua ini secepat itu berubah. Apa ini salahku? Tidak mempercayai kedua sahabatku? Tapikan, aduh bagaimana ini?!"Jangan kejar gue lagi?! Kita bukan sahabat lagi," balas Gita menoleh sebentar kebelakang. Seketika, tubuhku begitu lemas menatap dari kejauhan punggung Gita dan Ghifari. Adelio mengelus pundakku pelan, aku begitu lesu menjalani hari ini. Apa ini namanya, sebuah kebodohan?"Jangan sedih, mungkin Gita hanya ingin menenangkan pikirannya aja," kata Adelio, memberikan pikiran positif thinking. Aku hanya mengangguk berjalan bersamanya, tidak jauh dari itu datang Zara menghampiri kami. "Haii, lo mau ikut nggak malam nanti? Soalnya ada acara pesta ulang tahun
last updateLast Updated : 2024-12-21
Read more

Bab 108. Acara Ulang Tahun

Jam terakhir, aku memilih ke ruang musik. Sudah minta izin ke guru, kalo tidak enak badan. Aku hanya berbohong karena moodku begitu hancur, mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Inipun bersama Adelio. "Lo duduk disitu, gue mau mainin gitar," kata Adelio mulai memetik gitarnya. Sebuah lagu dinyanyikan Adelio, surat 'Cinta untuk Starla'. Namun, aku melihat Adelio begitu lekat memperhatikanku. Aduh baper banget! Aku kan saltingan begini, aahh sialan sekali! Sengaja nih pasti Adelio mah. 'Takkan habis sejuta lagu''Untuk menceritakan cantikmu''Kan teramat panjang puisi''Tuk menyuratkan cinta ini''Telah habis sudah cinta ini''Tak lagi tersisa untuk dunia''Karena telah ku habiskan''Sisa cintaku hanya untukmu'Adelio memberhentikan permainannya, aku bertepuk tangan begitu kencang. Aduh, please deh! Aku sangat tersenyum lebar ini. "Bagus banget!" seruku, mendekatinya mengelus rambut Adelio. Tolong, jika punya satu cowok. Aku hanya pilih Adelio, senakal-nakal sifatnya Adelio. S
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 109. Masuk Perangkap

Saat masuk, pemandangan yang tidak terduga, aku liat memang banyak anak sepantaran denganku. Hal yang mengerikan mereka berpakaian seksi, plus aku bingung. Kenapa ada banyak orang, tidak aku kenal di sini? "Hai Ranesya, gue nungguin lo tau," kata Zara tiba-tiba nongol. Berbeda dengan yang lain, Zara berpakaian sangat terjaga. Aku tidak tau kenapa, Zara lebih baik dari mereka. Aku tersenyum membalas sapaan Zara itu. "Maaf, tadi gue agak telat soalnya macet," kataku, mencari alasan padahal aslinya, tadi berpamitan dengan Adelio agak lama. "Ohh, yaudah gapapa. Yuk gabung ke sana," ajak Zara ke tempat ramai. Aku dapat melihat kue ulang tahun begitu bagus, aku lumayan takjub begitu ramai orang-orang di sini. Hanya saat aku mencari para sahabatku, tidak ada satupun mereka yang datang. Apa mungkin, tidak diajak Zara?"Lo kenapa?" tanya Zara memperhatikanku. Aku tersenyum lembut. "Nggak kok," balasku melangkahkan kaki mengikuti Zara. "Mohon untuk semua undangan, kita akan memulai a
last updateLast Updated : 2024-12-22
Read more

Bab 110. Minta Cerai?

"Nggak ada! Lo ngomong apasih!" teriakku memegang Adelio. Terlihat dirinya ingin pergi, aku menghalangi jalannya. Sungguh, aku tidak tau. Harus bagaimana memberitahu kebenaran ini. "Gue inget, kalo lo bakal percaya sama gue. Kenapa lo mudah banget terpengaruh dengan hal begitu," paparku, menatap sendu Adelio. "Haha, kalo lo nakal ya nggak usah cari alasan! Jangan karena gue sayang lo, lo seenaknya," sahut Adelio mendorong diriku dengan kasar. Aku menatap nanar tubuh tinggi Adelio pergi keluar, terdengar suara motor Adelio. "Capek, kenapa semua ini terjadi sama gue?" kataku terduduk lemas. Sialan! Kenapa aku harus percaya sama Zara? Jelas sekali Zara pura-pura jadi anak baik, mengingat jika ada Tasya dan Trisya di sana. Apa jangan-jangan mereka kerjasama? Arghh! Aku tidak akan biarkan itu terjadi. "Liat aja lo Zara, gue akan sebar kasus lo itu!" geramku, memilih pergi ke rumah keluargaku. Sebelum Adelio memberitahu hal tidak-tidak, biarkan dahulu Adelio mengadu ke keluarganya.
last updateLast Updated : 2024-12-23
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status