"Ranesya, makan dulu."Aku menoleh, Adelio sudah bersiap menyuapiku. Namun, aku menggeleng pelan. Sungguh, moodku hancur mengingat dua pilihan begitu berat. Bagaimana, jika aku menyakiti hati sahabatku?"Entar kalo lo sakit, nggak bisa sekolah," kata Adelio, menyenggol lenganku. Aku cemberut, menunduk dalam akhirnya menangis kembali. Huhu, aku begitu rapuh. "Eh, jangan nangis dong," ucap Adelio panik. Adelio menaruh piring ke meja, beralih memelukku. Aduh, asli hati mungil ini tersentil. "Tapi gue nanti sakiti mereka, terus gue harus percaya sama siapa?" balasku sesegugukkan. Adelio melepaskan pelukan, mencakup pipiku."Gini aja, lo pilih sesuai hati lo aja," ucap Adelio, mengusap air mataku. Sejujurnya, Adelio bisa menjadi tempat aku berpulang maupun bercerita. Bahkan, kali ini Adelio tidak merasa risih dengan tingkahku. "Gue lebih percaya sama Zara," ungkapku jujur kepada Adelio. "Berarti, anggap aja semua ucapan Zara benar, kalo dari hati lo memilih dia," balas Adelio, men
Last Updated : 2024-12-19 Read more