Home / Young Adult / Suamiku Berandalan Sekolah / Bab 108. Acara Ulang Tahun

Share

Bab 108. Acara Ulang Tahun

last update Last Updated: 2024-12-22 11:35:20

Jam terakhir, aku memilih ke ruang musik. Sudah minta izin ke guru, kalo tidak enak badan.

Aku hanya berbohong karena moodku begitu hancur, mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Inipun bersama Adelio.

"Lo duduk disitu, gue mau mainin gitar," kata Adelio mulai memetik gitarnya.

Sebuah lagu dinyanyikan Adelio, surat 'Cinta untuk Starla'. Namun, aku melihat Adelio begitu lekat memperhatikanku.

Aduh baper banget! Aku kan saltingan begini, aahh sialan sekali! Sengaja nih pasti Adelio mah.

'Takkan habis sejuta lagu'

'Untuk menceritakan cantikmu'

'Kan teramat panjang puisi'

'Tuk menyuratkan cinta ini'

'Telah habis sudah cinta ini'

'Tak lagi tersisa untuk dunia'

'Karena telah ku habiskan'

'Sisa cintaku hanya untukmu'

Adelio memberhentikan permainannya, aku bertepuk tangan begitu kencang. Aduh, please deh! Aku sangat tersenyum lebar ini.

"Bagus banget!" seruku, mendekatinya mengelus rambut Adelio.

Tolong, jika punya satu cowok. Aku hanya pilih Adelio, senakal-nakal sifatnya Adelio.

S
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 109. Masuk Perangkap

    Saat masuk, pemandangan yang tidak terduga, aku liat memang banyak anak sepantaran denganku. Hal yang mengerikan mereka berpakaian seksi, plus aku bingung. Kenapa ada banyak orang, tidak aku kenal di sini? "Hai Ranesya, gue nungguin lo tau," kata Zara tiba-tiba nongol. Berbeda dengan yang lain, Zara berpakaian sangat terjaga. Aku tidak tau kenapa, Zara lebih baik dari mereka. Aku tersenyum membalas sapaan Zara itu. "Maaf, tadi gue agak telat soalnya macet," kataku, mencari alasan padahal aslinya, tadi berpamitan dengan Adelio agak lama. "Ohh, yaudah gapapa. Yuk gabung ke sana," ajak Zara ke tempat ramai. Aku dapat melihat kue ulang tahun begitu bagus, aku lumayan takjub begitu ramai orang-orang di sini. Hanya saat aku mencari para sahabatku, tidak ada satupun mereka yang datang. Apa mungkin, tidak diajak Zara?"Lo kenapa?" tanya Zara memperhatikanku. Aku tersenyum lembut. "Nggak kok," balasku melangkahkan kaki mengikuti Zara. "Mohon untuk semua undangan, kita akan memulai a

    Last Updated : 2024-12-22
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 110. Minta Cerai?

    "Nggak ada! Lo ngomong apasih!" teriakku memegang Adelio. Terlihat dirinya ingin pergi, aku menghalangi jalannya. Sungguh, aku tidak tau. Harus bagaimana memberitahu kebenaran ini. "Gue inget, kalo lo bakal percaya sama gue. Kenapa lo mudah banget terpengaruh dengan hal begitu," paparku, menatap sendu Adelio. "Haha, kalo lo nakal ya nggak usah cari alasan! Jangan karena gue sayang lo, lo seenaknya," sahut Adelio mendorong diriku dengan kasar. Aku menatap nanar tubuh tinggi Adelio pergi keluar, terdengar suara motor Adelio. "Capek, kenapa semua ini terjadi sama gue?" kataku terduduk lemas. Sialan! Kenapa aku harus percaya sama Zara? Jelas sekali Zara pura-pura jadi anak baik, mengingat jika ada Tasya dan Trisya di sana. Apa jangan-jangan mereka kerjasama? Arghh! Aku tidak akan biarkan itu terjadi. "Liat aja lo Zara, gue akan sebar kasus lo itu!" geramku, memilih pergi ke rumah keluargaku. Sebelum Adelio memberitahu hal tidak-tidak, biarkan dahulu Adelio mengadu ke keluarganya.

    Last Updated : 2024-12-23
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 111. Dikerjain Jean

    "Sayang, makan dulu nanti sakit," bujuk Papa Guntur mengetuk pintu kamarku. Aku tidak menyahut sama sekali, sehingga pintu sepertinya akan dibuka secara paksa. Aku hanya bisa pasrah di mana Papa Guntur mendekat. Papa Guntur menangkup pipiku merasa bersalah karena melihat putri kecilnya bersedih, aku tau tapi bagaimana lagi? Aku benar-benar jatuh dalam lubang terlalu dalam. "Makan ya? Kalo kamu gini terus, Papa bawa Adelio ke sini terus pukul dia sampai babak belur," ancam Papa Guntur, menatap tegas diriku. Refleks, aku menoleh karena mendengar itu. Papa Guntur tersenyum mengelus pipiku yang basah. "Nggak mau makan? Yaudah, tunggu di sini bakal Papa bawa Adelio ke rumah," kata Papa Guntur berdiri. Aku menahan tangan Papa Guntur menggeleng pelan, Papa Guntur kembali duduk membawaku dalam pelukannya."Papa tau, masalah ini berat untuk kamu. Jangan sampai kamu nggak makan, nanti kamu sakit gimana mau cari buktinya?" Benar juga, kenapa aku tidak berpikir ke sana? Aku terlalu terhany

    Last Updated : 2024-12-24
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 112. Bukti Video

    "Bukannya video Ranesya tadi ke sebar ya?""Iya, ihh. Kayak udah handal banget sama cowok masa.""Nggak ada malu banget jadi cewek."Desas-desus suara terdengar, aku tidak berkata apa-apa selain terus berjalan menuju kelas. Sampai ada Tasya, Trisya dan Zara. Mereka bersama, saling senyum mengejekku. Please, jadi ini benar rencana mereka?"Wahh, liat nih yang udah handal mah beda banget," celetuk Trisya menyenggol Tasya. Tasya terkekeh kecil. "Iya ih, coba ulangin lagi jogetan loh itu kayak jalang," sindir Tasya tertawa. Kedua lainnya ikut tertawa mengejek, aku di depan mereka mengepalkan tangan kuat-kuat. "Sadar ya Ran, lo tuh emang kek hem jalang," kata Zara berbisik di telingaku. Aku menutup mata sebentar, melangkah maju mendorong bahu Zara. "Nggak usah ngatain gue ya, lo jebak gue sialan!" umpatku, emosi sudah di atas ubun-ubun. Ketiganya saling bertatapan, tertawa seolah diriku ini aneh. Asli, aku benar-benar jadi bahan ejekan. Ada 3 siswi berhenti, mengataiku hal seperti

    Last Updated : 2024-12-24
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 113. Rencana Jebakan

    Rekaman itu terputar, di mana Trisya, Tasya dan Zara. Berada di sebuah taman belakang, ini aku paham apa yang dimaksud oleh Gita. Sepertinya Gita dan Vivian bersembunyi dibalik pohon untuk mendapatkan bukti ini. "Jangan lupa, rencana kita buat Ranesya mabuk. Lo pake dosis lumayan kan?" tanya Trisya ke Zara menghadap keduanya. "Santai aja, itu mah beres. Gue cukup undang Ranesya, semoga dia mau," balas Zara tersenyum miring. Sementara Tasya bersedekap dada tidak menyahut kedua temannya, aku melirik Gita mengangguk. Jadi semua masalah ini, sudah dibuat sekian rupa oleh mereka? Awas saja mereka. "Lucu sih ya, tolol banget Ranesya mudah banget masuk perangkap. Berubah dikit polos, dia langsung maafin gue dong," ejek Zara tertawa puas. "Jadi kalo udah mabuk, kita bawa Ranesya ke club malam," seru Tasya diangguki kedua temannya. Ketiganya langsung pergi, setelah sudah berdiskusi menjebak diriku. Shit! Aku benar-benar sakit hati karena ulah mereka. Di mana Adelio juga tidak memperca

    Last Updated : 2024-12-25
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 114. Wajah Memelas

    Aku menoleh ke sumber suara, di mana Ghifari sudah mencekal bahu Adelio. Sebenernya apa maksud dari Ghifari? Apa dia menyadari aku sedang tidak ingin bertemu dengan Adelio? "Ngapain lo ke sini, mau jadi pahlawan?" kata Adelio geram langsung menghempaskan tangan Ghifari. Tidak marah dengan perlakuan Adelio, Ghifari hanya terkekeh pelan. "Kalo lo cowok, biarin aja dia pergi. Itu juga salah lo, nggak percaya Ranesya," papar Ghifari menarik Adelio menjauh dari mobilku. Sesuai dugaan, mereka bertengkar sampai membogem satu sama lain. Bedanya Ghifari lebih berani dari sebelumnya, aku bisa melihat jika Ghifari mulai mengejarku kembali. Daripada bermasalah, aku masuk dalam mobil langsung meluncur meninggalkan Adelio yang berteriak. "Ranesya! Lo jangan pergi dulu," pekik Adelio menoleh ke kiri, mendorong Ghifari kesal. Aku yang melihat dari kaca spion hanya menggeleng, karena terlalu prustasi dengan masalah tidak jelas ini. Tidak lama kemudian, sampai di rumah aku disa

    Last Updated : 2024-12-26
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 115. Tragedi Bola Basket

    Pagi sekali, aku sudah bersiap untuk ke sekolah. Hanya saat aku ingin keluar, ternyata ada Adelio sudah menungguku. Aku tidak ingin menemuinya, aku berusaha memutarkan tubuh ingin masuk kembali. Namun, ketauan oleh Adelio. "Tunggu, lo mau kemana? Bareng ya?" kata Adelio lembut, dengan wajah kacaunya. Haha, baru sadar ya. Jika bukan aku yang melakukannya? Kemarin-kemarin, kenapa nggak percaya sama aku sih?"Lebih baik gue bareng Jean aja," balasku cuek dan berdecak kesal. Adelio mengambil tanganku, menarik secara paksa. Dih, apaan sih. Kan aku nggak mau?! Dasar maksa banget sih. "Lepasin Adelio! Gue nggak mau pergi bareng lo," teriakku melepaskan diri. Bukannya terlepas, aku benar-benar ditarik ke mobil. Ah! Mana tidak ada menolongku, kemana keluargaku itu?"Diem, lo cukup di sini sama gue," kata Adelio memberikan isyarat. Kami meluncur menuju sekolah, aku hanya diam mendengarkan apa katanya. Tanpa peduli, Adelio berkali-kali meminta maaf. "Kenapa diem aja? Lo maafin gue kan?"

    Last Updated : 2024-12-27
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 116. Garda Terdepan

    Dengan suara begitu penuh gertakan, Adelio menarik kerah Elgar. Benar sekali! Elgar yang tidak sengaja melakukan itu kepadaku. "Otak lo di mana? Cewek gue tadi kena bola basket gara-gara lo sialan?!" Adelio menatap tajam Elgar yang terdiam. Hawa di sini makin panas, apalagi Elgar hanya meneguk ludahnya susah payah. "Gue nggak sen-gaja," jawab Elgar terbata melirik teman sepantarannya. Lebih tepatnya, teman sebasket yang ikut terdiam. Mengetahui Adelio berandalan tidak kenal ampun, jika miliknya diganggu. Aku juga ngerasa Elgar sedikit menjauh. Namun, tidak kemungkinan menyerah. Bisa saja mencari waktu yang tepat untuk memiliki diriku. "Hanya lo ya, jarang gue pukul karena masih mikir lo anak manja," kata Adelio jujur. Sehingga siswa-siswi di lapangan saling melihat, tidak menyangka dengan perkataan Adelio. "Jangan lupain, lo pernah ngadu soal gue rebut Ranesya! Ettss, masih bisa gue maafin. Lain kali, lo jadi sasaran gue selamanya di sekolah," lanjut Adelio langsung membogem s

    Last Updated : 2024-12-27

Latest chapter

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 164. Keberadaan Zara dan Gracia

    Di pagi hari, berbeda dari biasanya. Saat aku terbangun, Adelio sudah berada di depanku. Siapa sangka, aku melotot tidak percaya. Bahkan, Adelio mengelus puncak kepalaku. "Lo udah bangun?" tanya Adelio mengecup keningku penuh perhatian. Aku yang masih tidak menyangka hanya bisa berkedip-kedip, yaa aku kan masih terkejut. Dengan tubuhku mundur membuat Adelio terlihat bingung. "Kenapa?" Aku menggeleng cepat, berusaha berdiri dan melirik sekitaran. Asli, aku sangat malu. "Nggak kok," jawabku sedikit gugup. "Seriusan? Kenapa wajah lo langsung tegang gitu," sahut Adelio terkekeh pelan. Yah, siapa coba tidak kaget dengan tingkahnya. Kan aku sangat terkejut, dahal dia sangat jarang begini kepadaku. Paling sesuatu hal penting, atau pergi suatu tempat dia akan menghampiriku terlebih dahulu. "Eh, nggak kok cuma tadi," balasku bingung mengigit bibir bawah. Aku mendorong tubuh Adelio. "Sana gih, lo pesen aja makanan gue laper soalnya," kataku mengalihkan pembicaraan. "Lo laper? Bentar

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 163. Bermain di Pantai

    Sore yang cerah, cocok banget jalan-jalan di pantai. Aku dengan tergesa-gesa menarik tangan Adelio untuk cepat. "Ayolah, lo jangan lama sih!" kesalku mendengus. Adelio menggeleng kepala, saat aku menoleh. Apa dia ikutan kesal denganku? Kan aku hanya tidak ingin ketinggalan ke pantai. "Pelan-pelan aja, pantainya gak berjalan itu," peringat Adelio menahan tawa. Idih, dikira lucu gitu? Aku melepaskan tangan Adelio, bersedekap dada di depannya. Bibir yang merucut kedepan seperti bebek. "Lo kok ketawa? Nggak ada yang lucu tau," hardikku menghentakkan kaki. "Dahlah, nggak jadi aja."Aku berusaha memutarkan badan untuk balik ke kamar, namun tanganku ditahan olehnya. "Mau kemana?" tanya Adelio menatapku lekat. "Gue mau ke kamar aja, lo ngeselin soalnya," kataku mengalihkan pandangan ke tempat lain. Terdengar suara kekehannya. "Gue bercanda doang, ayo kita pergi," ajak Adelio menarikku untuk ke pantai. Tidak menolak, aku hanya mengikuti langkah kakinya turun dari lift. Aku tidak ada

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 162. Liburan ke Bali

    Selama 1 bulan, kami dikasih libur sekolah. Adelio berencana mengajak diriku ke Bali. Sungguh aku sangat senang! Siapa sih yang tidak mau kesana? Sekarang kami bersiap-siap untuk ke bandara. "Gimana, semuanya nggak ketinggalankan?" tanya Adelio melirikku memegang koper. Aku mengangguk semangat, menggandeng tangannya. "Ayok, skuy!" seruku membuat Adelio terkekeh. Kali ini kami di antar oleh supir milik keluarga Andres, karena mengetahui tidak mungkin membawanya sendiri. Saat sampai, kedua orang tua kami sudah berada di bandara. Pasti ingin memberikan salam perpisahan untuk sebulan ini. "Kalian hati-hati ya," kata Bunda Delyna memelukku dan Adelio. Sementara Mama Cahaya menangis, aku merasa geli seolah ditinggal selamanya saja. Tapi aku tahan karena menyadari, jika aku tidak menghargai kesedihan Mamaku. "Ihh, kenapa Mama nangis?" Aku memeluk Mama Cahaya, dan mengelus punggungnya. Setelah memeluk Bunda Delyna, aku beralih ke Mama Cahaya yang kini menangkup pipiku. "Jangan band

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 161. Peringkat Juara

    Waktu cepat berlalu, di mana aku sudah melewati ulangan ganjil. Kali ini aku berada di depan kantor untuk pengumuman raport. Banyak guru maupun orang tua berkumpul, ini saat menegangkan. Sampai pengumuman siapa yang juara di kelasku. "Seperti biasa, juara 1 didapatkan oleh Ranesya Adipurna," ucap wali kelasku. Urutan tiga maupun dua, sudah disebutkan. Aku tersenyum lebar karena mengetahui pasti aku mendapatkan peringkat pertama. "Lo pasti bisa!" kataku tanpa suara ke arah Adelio, memperhatikanku terlihat bangga. Arghh, aku sangat senang sekali. Setiap kelas memang disebut sampailah di kelas Adelio. "Untuk Bapak Ibu-ibu, ini murid yang bandel astaghfirullah. Dia juga sering banget bolos, hanya semester ini lumayan memberikan hasil memuaskan karena jarang bolos!" jelas wali kelas dengan senyum mengembang. "Semoga kalian nggak kaget, juara ke 3 diberikan kepada Adelio Andres," kata wali kelas bertepuk tangan. Adelio menganga lebar, namun didorong teman sekelasnya.

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 160. Perebutan Cinta

    "Nanti lo nangis darah, kalo gue bisa dapatin Ranesya," ledek Rayyen terkekeh kecil. Sebelah alisku terangkat, percaya diri sekali dirinya. Apa orang gila ini, terlalu pede bisa mendapatkan sesuatu yang dia mau?"Maaf Rayyen, gue tetap sayang Adelio," sahutku membuat keduanya menoleh. "Lo hanya orang baru dalam hidup gue, sementara Adelio udah gue kenal sejak kecil cuma waktu itu berpisah aja," jelasku membuat Adelio tersenyum puas. Sebaliknya, Rayyen begitu muram karena mengetahui pernyataan yang aku berikan. Siapa yang senang, penolakan begitu jelas. Bahkan, ini di depan banyak orang. "Gue nggak akan biarin itu terjadi, selama gue masih hidup lo harus jadi milik gue Ranesya!" kata Rayyen berdiri menatapku begitu lekat. Tidak merespon, aku hanya diam karena malas untuk menyahuti perkataan Rayyen itu. "Dan gue yang akan buat lo kehilangan segalanya," timpal Adelio ikut berdiri. Tanpa segan menarik kerah Rayyen, mereka saling bertatapan begitu tajam. "Silakan! Gue akan ambil R

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 159. Hanya Milikku

    Aku menatap kaget mendengar lontaran Adelio itu, aku menunduk karena kelopak mataku terasa mengeluarkan buliran bening yang jatuh. Tiba-tiba saja seseorang memeluk, aku mendongak menatap tidak percaya. "Bercanda sayang, aku percaya sama kamu," kata Adelio dengan kekehan kecilnya. Aku mengusap hidung yang basah, aku mendorong dada Adelio. "Nggak usah ngeselin deh! Gue nangis ini," omelku dengan tangisan makin keras. Adelio yang ketar-ketir mendekat, mengusap pipiku yang basah. Apa dia merasa bersalah? Sehingga mendekatiku, dih ngeselin banget sumpah. "Eh, jangan nangis dong. Aku cuma bercanda doang," kata Adelio menarikku dalam pelukannya. "Tapi bercanda lo, nggak lucu tau!" kesalku memukul dada Adelio. Lebih mengesalkan di mana Adelio terkekeh pelan, apa lucunya sih? Aku di sini dituduh loh, malah dia ikut-ikutan buat aku nangis begini. "Ngapain juga lo ketawa?" tanyaku melepaskan diri dari pelukannya. "Lo aja kalo nangis makin menggemaskan," balas Adelio mencubit pipiku. A

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 158. Siapa cowok itu

    Saat pertanyaan Vivian terlontar, aku meneguk ludah. Untungnya aku bisa menjawab semua dengan enteng. Setelah menghadapi masalah besar, mereka berdua akhirnya pulang di jam 7 malam."Gue nggak sanggup asli," keluhku ke Adelio yang duduk di ruang santai. Adelio terkekeh mengelus puncak kepalaku. "Lo pasti ketar-ketir ye kan.""Pake nanya lagi, gue beneran takut tadi," kesalku menabok lengan Adelio. Bayangkan pertanyaan Vivian itu sangat mematikan belum lagi waktu di kamar, ada satu foto ketinggalan di meja belajar. Untungnya aku bisa menyembunyikan tepat waktu, aduh ini Tuhan lagi baik sama aku sih. "Asal mereka nggak taukan? Kita bisa berhasil," seru Adelio tersenyum manis. Alah, itu juga karena aku banyak alasan. Coba Adelio ikut kasih alasan? Mungkin sudah ketauan karena jawaban kami pasti berbeda. "Iya serah lo aja deh," balasku malas. "Ehem, lagi ngapain nih peluk-peluk," sindir seseorang dengan suara nge-bas. Aku yang menyadari orang tersebut cepat bertegak, menoleh kebe

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 157. Menyembunyikan Suatu Hal

    Aku tertawa mengingat kejadian pulang sekolah, sekarang aku berada di rumah memainkan ponsel. Cuma sedikit kaget di mana dalam grup, jika Gita dan Vivian ingin berkunjung ke rumah. Asli ya, aku langsung deg-degan karena mereka sudah berada di rumah orang tuaku. "Adelio, cepetan!" teriakku menggedor pintu kamar. Pintu tersebut buka, terlihat Adelio mengusap mata sepertinya baru bangun tidur. Aku tanpa berkata, menarik tangannya. Adelio terkaget-kaget dari rautnya, ingin tertawa tapi situasi sekarang lagi tidak bagus. "Kenapa lo?" tanya Adelio menarik tanganku sesaat. "Jangan banyak tanya deh, gue gini juga mau cepat ke rumah orang tua gue. Ada Gita sama Vivian di sana," ungkapku membuat Adelio sebaliknya menarikku. Eh, kok malah aku yang ditarik-tarik. Sepertinya Adelio menyadari ketar-ketir diriku. "Ayok, cuss kita harus cepat ke rumah Papa Mama," seru Adelio mendorongku ke dalam mobil. Kasar banget sih, dasar emang ya. Apa karena ingin cepat sehingga begini jadinya. Adelio

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 156. Masalah Beruntun

    "Maksudnya apa Om?" tanya Adelio menarikku kebelakang. Senyum miring tertampil di bibirnya. "Kamukan sudah melukai Zara? Sekarang dia berada di rumah sakit," tuduh Om tua sambil mengepalkan tangan. Eh, sejak kapan please. Aku saja selalu bersama Adelio, kapan melukai Zara murahan itu? Sampai orang tua ini menuduh Adelio. "Astaga Om, aku mana pernah melukai dia. Nggak pengen soalnya, kan aku udah ada ini," kata Adelio menoleh ke arahku sebentar. Aku tersenyum kecil, saat Adelio memberitahu kalo aku adalah pacarnya. "Alasan aja kamu! Apa saya laporkan aja kamu ke kepala sekolah," kata Om tua mendekat menarik kerah Adelio. Hal gilanya, Om tua itu mengangkat dengan mudah tubuh Adelio. Aku menganga tidak percaya, setua ini tenaganya masih oke. "Jangan sembarangan ya, aku juga nggak akan ngelakuin itu karena Zara bukan siapa-siapa," papar Adelio masih berusaha sabar. Aku menggeleng, ya untuk apa bertengkar dengan orang tua? Dia tidak akan mendengarkan. Daripada mak

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status