Home / Young Adult / Suamiku Berandalan Sekolah / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Suamiku Berandalan Sekolah : Chapter 111 - Chapter 120

149 Chapters

Bab 111. Dikerjain Jean

"Sayang, makan dulu nanti sakit," bujuk Papa Guntur mengetuk pintu kamarku. Aku tidak menyahut sama sekali, sehingga pintu sepertinya akan dibuka secara paksa. Aku hanya bisa pasrah di mana Papa Guntur mendekat. Papa Guntur menangkup pipiku merasa bersalah karena melihat putri kecilnya bersedih, aku tau tapi bagaimana lagi? Aku benar-benar jatuh dalam lubang terlalu dalam. "Makan ya? Kalo kamu gini terus, Papa bawa Adelio ke sini terus pukul dia sampai babak belur," ancam Papa Guntur, menatap tegas diriku. Refleks, aku menoleh karena mendengar itu. Papa Guntur tersenyum mengelus pipiku yang basah. "Nggak mau makan? Yaudah, tunggu di sini bakal Papa bawa Adelio ke rumah," kata Papa Guntur berdiri. Aku menahan tangan Papa Guntur menggeleng pelan, Papa Guntur kembali duduk membawaku dalam pelukannya."Papa tau, masalah ini berat untuk kamu. Jangan sampai kamu nggak makan, nanti kamu sakit gimana mau cari buktinya?" Benar juga, kenapa aku tidak berpikir ke sana? Aku terlalu terhany
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 112. Bukti Video

"Bukannya video Ranesya tadi ke sebar ya?""Iya, ihh. Kayak udah handal banget sama cowok masa.""Nggak ada malu banget jadi cewek."Desas-desus suara terdengar, aku tidak berkata apa-apa selain terus berjalan menuju kelas. Sampai ada Tasya, Trisya dan Zara. Mereka bersama, saling senyum mengejekku. Please, jadi ini benar rencana mereka?"Wahh, liat nih yang udah handal mah beda banget," celetuk Trisya menyenggol Tasya. Tasya terkekeh kecil. "Iya ih, coba ulangin lagi jogetan loh itu kayak jalang," sindir Tasya tertawa. Kedua lainnya ikut tertawa mengejek, aku di depan mereka mengepalkan tangan kuat-kuat. "Sadar ya Ran, lo tuh emang kek hem jalang," kata Zara berbisik di telingaku. Aku menutup mata sebentar, melangkah maju mendorong bahu Zara. "Nggak usah ngatain gue ya, lo jebak gue sialan!" umpatku, emosi sudah di atas ubun-ubun. Ketiganya saling bertatapan, tertawa seolah diriku ini aneh. Asli, aku benar-benar jadi bahan ejekan. Ada 3 siswi berhenti, mengataiku hal seperti
last updateLast Updated : 2024-12-24
Read more

Bab 113. Rencana Jebakan

Rekaman itu terputar, di mana Trisya, Tasya dan Zara. Berada di sebuah taman belakang, ini aku paham apa yang dimaksud oleh Gita. Sepertinya Gita dan Vivian bersembunyi dibalik pohon untuk mendapatkan bukti ini. "Jangan lupa, rencana kita buat Ranesya mabuk. Lo pake dosis lumayan kan?" tanya Trisya ke Zara menghadap keduanya. "Santai aja, itu mah beres. Gue cukup undang Ranesya, semoga dia mau," balas Zara tersenyum miring. Sementara Tasya bersedekap dada tidak menyahut kedua temannya, aku melirik Gita mengangguk. Jadi semua masalah ini, sudah dibuat sekian rupa oleh mereka? Awas saja mereka. "Lucu sih ya, tolol banget Ranesya mudah banget masuk perangkap. Berubah dikit polos, dia langsung maafin gue dong," ejek Zara tertawa puas. "Jadi kalo udah mabuk, kita bawa Ranesya ke club malam," seru Tasya diangguki kedua temannya. Ketiganya langsung pergi, setelah sudah berdiskusi menjebak diriku. Shit! Aku benar-benar sakit hati karena ulah mereka. Di mana Adelio juga tidak memperca
last updateLast Updated : 2024-12-25
Read more

Bab 114. Wajah Memelas

Aku menoleh ke sumber suara, di mana Ghifari sudah mencekal bahu Adelio. Sebenernya apa maksud dari Ghifari? Apa dia menyadari aku sedang tidak ingin bertemu dengan Adelio? "Ngapain lo ke sini, mau jadi pahlawan?" kata Adelio geram langsung menghempaskan tangan Ghifari. Tidak marah dengan perlakuan Adelio, Ghifari hanya terkekeh pelan. "Kalo lo cowok, biarin aja dia pergi. Itu juga salah lo, nggak percaya Ranesya," papar Ghifari menarik Adelio menjauh dari mobilku. Sesuai dugaan, mereka bertengkar sampai membogem satu sama lain. Bedanya Ghifari lebih berani dari sebelumnya, aku bisa melihat jika Ghifari mulai mengejarku kembali. Daripada bermasalah, aku masuk dalam mobil langsung meluncur meninggalkan Adelio yang berteriak. "Ranesya! Lo jangan pergi dulu," pekik Adelio menoleh ke kiri, mendorong Ghifari kesal. Aku yang melihat dari kaca spion hanya menggeleng, karena terlalu prustasi dengan masalah tidak jelas ini. Tidak lama kemudian, sampai di rumah aku disa
last updateLast Updated : 2024-12-26
Read more

Bab 115. Tragedi Bola Basket

Pagi sekali, aku sudah bersiap untuk ke sekolah. Hanya saat aku ingin keluar, ternyata ada Adelio sudah menungguku. Aku tidak ingin menemuinya, aku berusaha memutarkan tubuh ingin masuk kembali. Namun, ketauan oleh Adelio. "Tunggu, lo mau kemana? Bareng ya?" kata Adelio lembut, dengan wajah kacaunya. Haha, baru sadar ya. Jika bukan aku yang melakukannya? Kemarin-kemarin, kenapa nggak percaya sama aku sih?"Lebih baik gue bareng Jean aja," balasku cuek dan berdecak kesal. Adelio mengambil tanganku, menarik secara paksa. Dih, apaan sih. Kan aku nggak mau?! Dasar maksa banget sih. "Lepasin Adelio! Gue nggak mau pergi bareng lo," teriakku melepaskan diri. Bukannya terlepas, aku benar-benar ditarik ke mobil. Ah! Mana tidak ada menolongku, kemana keluargaku itu?"Diem, lo cukup di sini sama gue," kata Adelio memberikan isyarat. Kami meluncur menuju sekolah, aku hanya diam mendengarkan apa katanya. Tanpa peduli, Adelio berkali-kali meminta maaf. "Kenapa diem aja? Lo maafin gue kan?"
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 116. Garda Terdepan

Dengan suara begitu penuh gertakan, Adelio menarik kerah Elgar. Benar sekali! Elgar yang tidak sengaja melakukan itu kepadaku. "Otak lo di mana? Cewek gue tadi kena bola basket gara-gara lo sialan?!" Adelio menatap tajam Elgar yang terdiam. Hawa di sini makin panas, apalagi Elgar hanya meneguk ludahnya susah payah. "Gue nggak sen-gaja," jawab Elgar terbata melirik teman sepantarannya. Lebih tepatnya, teman sebasket yang ikut terdiam. Mengetahui Adelio berandalan tidak kenal ampun, jika miliknya diganggu. Aku juga ngerasa Elgar sedikit menjauh. Namun, tidak kemungkinan menyerah. Bisa saja mencari waktu yang tepat untuk memiliki diriku. "Hanya lo ya, jarang gue pukul karena masih mikir lo anak manja," kata Adelio jujur. Sehingga siswa-siswi di lapangan saling melihat, tidak menyangka dengan perkataan Adelio. "Jangan lupain, lo pernah ngadu soal gue rebut Ranesya! Ettss, masih bisa gue maafin. Lain kali, lo jadi sasaran gue selamanya di sekolah," lanjut Adelio langsung membogem s
last updateLast Updated : 2024-12-27
Read more

Bab 117. Perceraian Jalan Terbaik

Sesuai apa dikatakan Adelio siang tadi, kami sudah bersiap dengan pakaian begitu formal. Aku juga tidak tau akan kemana, aku hanya pasrah mengikuti kemauan Adelio, kami saling bergandengan tangan ke sebuah restoran. "Mau temui siapa?" tanyaku menoleh ke Adelio. Hanya senyuman diberikannya tanpa menjawab, aku mendengus kesal. "Ihh, gue nanya tau!" ketusku dengan hidung kembang kempis. Adelio menggenggam erat tanganku, menghiraukan tingkahku yang sedang aneh ini. Sampai di dalam restoran, kami di antar dengan sopan oleh pelayan. Aku tidak tau apa yang terjadi, hingga ada 5 badut mendekati kami. "Wihh, kenapa ini," seruku diajak berdiri. Anehnya, suara musik menggema di dalam. Hanya ada kami berdua dengan 5 badut. "Joget gih," suruh Adelio menahan tawa sambil duduk. Aku berdecak, bagaimanapun aku tidak bisa menolak karena kali ini. Badutnya menarikku ke sebuah panggung kecil. Aaa, benar saja kami menari-nari di mana bajuku terlalu formal. Menggelikan sekali, Adelio sampai terb
last updateLast Updated : 2024-12-28
Read more

Bab 118. Sangat Mencurigakan

"Ranesya, lo harus percaya sama gue," kata Adelio mengejarku. Di mana ini sekarang berada di sekolah, aku berkali-kali menolak telepon Adelio. Aku bangun pagi juga terasa sangat lesu, inipun terpaksa karena aku tidak mau alpha saja. "Gue bakal buktiin ke lo," ucap Adelio mencengkram tanganku. Adelio memutarkan tubuhku, sehingga kami saling bertatapan di lorong sekolah. Suasana kali ini sangat sepi, karena belum banyak yang datang. "Gue beberapa hari ini terlalu fokus tentang lo, mana sempet ngelirik Zara. Gue cuma kena fitnah doang," jelas Adelio menangkup pipiku. Aku menepis dengan kasar, menatap sinis orang di depanku ini. "Jangan banyak alasan deh, lo salah di sini! Nggak akan ngaku kalo itu lo brengsek!"Suaraku begitu nyaring, hingga beberapa orang lewat langsung berhenti. "Kali ini aja, gue ajak lo nyari bukti bareng," kata Adelio membuatku berpikir. Kenapa aku terlalu terhanyut dalam perkataan Zara? Bukannya mulut dia begitu busuk, oke aku harus berpikir jernih. "Hem
last updateLast Updated : 2024-12-29
Read more

Bab 119. Murahan

"Lo liatkan Zara disitu?" Aku menunjuk Zara yang sudah berada di gerbang sekolah, sementara kami masih dalam mobil. Saat pulang sekolah, kami langsung mengikuti Zara. Namun, sebelumnya aku sengaja terakhiran untuk pulang sambil menunggu Adelio. "Iya, gue yakin pasti ada yang jemput dia," sahut Adelio mengangguk. Tak lama, mobil hitam berhenti tepat di depan Zara. Aku menoleh ke Adelio, kami emang parkir dekat Zara berdiri Hanya apa Zara sadar, jika kami menggunakan mobil Gita? Pasti tidak akan haha. "Nahkan, harus ikuti cuma jaga jarak aja," saranku ke Adelio menoleh sesaat. Adelio mengangguk. "Pasti itu mah, biar rencana kita lancar."Kami mengikutinya, bahkan perjalanan begitu berbelok-belok. Apa ini akan lama? Sehingga Zara sengaja, memiliki tempat favorit sejauh ini. Untungnya Adelio sangat teliti, walau berjarak dua mobil. Setidaknya, Zara tidak sadar keberadaan kami. "Ini masih lama ya?" tanyaku ke Adelio menoleh sesaat. "Entahlah, ini belum ada kepastian dari mobil
last updateLast Updated : 2024-12-30
Read more

Bab 120. Bolos bersama Ayang

Aku melakukan apa yang disuruh Adelio, membawa mobil ke sekolah. Sekarang aku berada didalam kelas. Sempat melirik Zara sering tersenyum sendiri, apa dia gila? Pasti Zara, membayangkan rencana yang dia buat berhasil. "Eh, Ranesya," panggil Zara menghampiriku. Meja kami beda satu barisan saja, aku mendongak menatap wajah Zara sedang berseri. "Ini kue buat lo," kata Zara menyodorkan kue kukus pelangi kepadaku. Kenapa Zara baik hari ini? Niatnya emang baik, tapi itu hanya formalitas. Aku tidak menolak, menerima pemberian Zara. Jangan sia-siakan makanan gratis, Zara pasti mengira hari ini terakhirku. "Makasih ya," balasku tersenyum kecil. "Lo habisin oke, kalo aja di rumah lo nggak bisa ngabisin," ucap Zara mengodeku dengan kata itu. Sebelah alisku naik, mempertanyakan dari ucapan Zara itu. "Bakal gue habisin kok," balasku seadanya. Aku dengan senang hati membagikannya ke Gita, dan Vivian. Namun mereka menolak, sepertinya mereka berdua dendam kepada Zara. Untungnya kemarin
last updateLast Updated : 2024-12-31
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status