Home / Young Adult / Suamiku Berandalan Sekolah / Chapter 121 - Chapter 130

All Chapters of Suamiku Berandalan Sekolah : Chapter 121 - Chapter 130

149 Chapters

Bab 121. Rem Blong

Niatnya aku hanya ingin menunggu Adelio menghampiriku ke kelas, karena bosan. Jadinya sekarang aku berada di parkiran. Namun, tanganku ditarik paksa oleh Elgar. Lebih gilanya, dia menarikku ke mobil yang sudah dirusak oleh Om tua itu. "Gue nggak mau! Lo mau ngapain," teriakku memberontak, aduh di mana Adelio. Aku mencari-cari keberadaannya, namun batang hidungnya saja tidak terlihat. "Diem, lo cuma harus ikuti gue aja," kata Elgar mendorongku ke dalam mobil. Bentar, ini sejak kapan dia mengambil kunci mobilku? Sejak kapan?! Aku ketar-ketir karena Elgar mengunciku. Kini mobil berjalan meninggalkan sekolah, aku meneguk ludah dengan kepala pening. "Akhirnya, lo harus ketemu kedua orang tua gue," ucap Elgar tersenyum lebar. Tidak meresponnya, aku masih memikirkan cara keluar dari sini. Sementara, pasti mobilnya terjadi sesuatu tidak kuinginkan. Pulang sekolah bukannya bareng Ayang, aku terjebak oleh orang gila ini. "Remnya blong pasti," gumamku menyenderkan kepala di kursi. "Ke
last updateLast Updated : 2025-01-01
Read more

Bab 122. Kantor Polisi

Kini kami berada di danau Menawan Hati, aku melirik Adelio tersenyum memandangi danau tersebut. Sebenernya aku sedikit takut karena suasana begitu dingin rada gelap, untungnya aku hiraukan suara-suara aneh. "Ranesya," panggil Adelio begitu lembut. Aduh Adelio ini membuatku takut, please jangan deh lain kali ke sini. Aku ingin berkata tapi malu, pasti dia menertawaiku. "Kenapa Adelio?" balasku memperhatikan Adelio mendekat. Namun, suara hp menganggu kami. Aku melirik Adelio sedikit menjauh menerima panggilan. "Oh, begitu. Jadi aku harus kesana?" jawab Adelio menoleh kebelakang. Aku melipatkan tangan, menatap bulan begitu terang. Adelio selesai menelpon lalu menghampiriku, mengelus puncak kepala. "Ayo, kita harus pergi ke suatu tempat," ajak Adelio menarik tanganku tanpa mendengar balasanku. "Mau kemana?" tanyaku, menatap punggung di depan. Adelio hanya menoleh dan tersenyum, kami langsung meluncur menggunakan motor Adelio. Perjalanan juga, tidak ada obrolan sama sekali. Hin
last updateLast Updated : 2025-01-02
Read more

Bab 123. Sebar Video

Aku tersenyum di mana kami berada di meja makan, kenapa aku bahagia? Karena sedang menulis berita tentang Zara. Zara tidak akan lolos kali ini. Dengan akun anonim, aku sengaja menandai sekolahku di Instagram. "Kenapa keliatan bahagia?" Adelio memberikan roti panggang isi cokelat. Aku menerima dengan senyum mengembang. "Makasih, ya karena mau bongkar kebusukan Zara."Pasti Zara akan dikeluarkan dari sekolah, Adelio hanya mengangguk mengusap kepalaku. "Emang gapapa? Pasti Zara kena masalah," balas Adelio dengan raut muka yang tidak bisa aku jelaskan. Jadi Adelio khawatir kepada Zara? Kenapa berkata begitu, aku menyipitkan mata ke Adelio. "Masih sayang sama Zara?" kataku memberhentikan sesi makan. Adelio mendongak seolah tidak paham maksudku. "Hah? Nggaklah, mana ada gue masih sayang sama Zara," sela Adelio menolak perkataanku. "Masa sih, terus kenapa keliatan khawatir tadi?" Aku dengan dada naik turun, meremas roti itu dengan emosi. Menyadari perubahan suasana di meja makan, A
last updateLast Updated : 2025-01-03
Read more

Bab 124. Kasus Baru

Aku pulang sekolah sendiri, karena masih marah dengan Adelio. Namun, saat aku berada di depan pintu. Dengan wajah sok imut, Adelio menghadangku. Aduh, padahal aku lagi malas bertengkar. "Maafin gue ya? Beneran deh, nggak lagi kayak gitu," kata Adelio menyatukan kedua tangannya. Aku tidak menyahut dengan tatapan datar, walau hati ini masih kesal. Aku tidak mungkin marah terus. Kedua tanganku merentang untuk Adelio. "Sini, nggak mau peluk?" tanyaku tersenyum. "Lo maafin gue?" tanya Adelio penuh kebahagiaan. Aku mengangguk, kami berpelukan di depan pintu. Sungguh romantis, karena hal kecil saja aku emang marah. Mengingat jika terlalu lama, takutnya hubungan kami akan rusak. "Lo tuh paling berharga gue punya," ucap Adelio mengelus kepalaku. Kamipun masuk berdua, Adelio menungguku di depan pintu kamar. Astaga, aku tidak akan hilang kok. Dia begitu khawatir kepadaku, apa takut aku akan marah lagi?"Lah, ngapain di sini?" Aku bertanya, di mana sudah mengganti baju. "Nungguin lo,"
last updateLast Updated : 2025-01-04
Read more

Bab 125. Ruang Bk

"Kenapa sih? Gue aja yang boncengin lo."Aku memarahi Adelio yang tidak membolehkanku untuk memboncenginya, kenapa emangnya?Kan, diri ini hanya ingin mencoba. Apalagi sekolah juga dekat, tidak akan lecet kok!"Nggak usah ya? Gue aja biar entar lo anteng di belakang," seru Adelio meninggikan kunci motor. Dengan mata menyipit aku menghela napas, membelakangi Adelio. Aku sedang ngambek ceritanya. "Eh, jangan gitu dong. Ya deh, nih kuncinya," kata Adelio langsung menyodorkan di depan mataku. Aku menarik kunci itu, dan memakai helm tanpa memperhatikan Adelio menganga. "Ayok, cepatan naik!" suruhku sudah berada di atas motor. Tidak ada sahutan dari Adelio yang sedang melamun, aku berteriak sehingga Adelio terkejut. "Adelio! Lo mau kita telat?" Aku menatap tajam Adelio menggaruk tengkuknya. Seketika Adelio cepat-cepat memakai helm tersebut, dan naik menjadi penumpang. "Pelan-pelan aja ent— "Sebelum ucapannya dilanjutkan, aku langsung mengenggas, sehingga Adelio memeluk diriku. "Ra
last updateLast Updated : 2025-01-05
Read more

Bab 126. Dasar Sinting

Jam pelajaran terakhir, di mana perutku melilit ingin ke kamar mandi. Aku sudah meminta izin terlebih dahulu dengan Pak Hendra. Hanya saat aku berjalan melalui lorong, aku begitu terkejut berpapasan dengan Zara dan Om tua. "Sejak kapan? Mana gandengan," gumamku berhenti menatap pemandangan tidak enak itu. Aku kepo, bagaimana jika aku mengikutinya? Tapi perutku sangat melilit, duh dahlah ikuti saja. Setiap kali Zara menengok kebelakang, aku akan selalu bersembunyi. Sepertinya Zara sadar, jika diikuti. "Bentar, kok Zara ke ruang kepala sekolah?" Tidak ingin melewatkan kesempatan, aku tetap mengikuti hingga pintu itu tertutup. "Mereka omongin apa di dalam ya?" kataku sambil mondar-mandir. Apa yang akan dibicarakan sehingga Om tua itu datang kesini? Pasti ada hal penting, sehingga Om tua melakukan hal ini. Ohh, mungkin masalah video viral itu. Namun, kenapa juga Om tua datang? Apa tidak malu?!"Eh, gue harus sembunyi!" seruku langsung ngumpet dibalik dinding lorong, terdengar sua
last updateLast Updated : 2025-01-06
Read more

Bab 127. Menggombali

Aku berjalan perlahan di ruangan tengah, karena ini lampunya masih gelap. Mungkin Adelio belum pulang dari nongkrong?Sungguh, aku lupa memberikan kabar kepada Adelio. Semoga dia tidak marah, hehe. "Bagus ya, pulang malam. Ini udah jam 7 loh," kata Adelio berkacak pinggang sambil menyalakan lampu. Aku cengengesan mendekati Adelio, dengan wajah sok polos seperti anak kucing. "Anu, gue tadi ditarik paksa ke taman sama Gita dengan Vivian. Cuma gue lupa ngasih kabar lo," jelasku menunduk dalam. Bagaimanapun ini juga salahku, dan tadi aku barusan, melihat wajah Adelio begitu mengerikan. Apa dia marah kepadaku? Jangan sampai ya, aku takut nanti kita berantem seperti sebelumnya. "Jangan diulangi lagi ya?" Adelio mengelus kepalaku sambil merangkul. Aku mendongak terlihat senyum lembut Adelio, kirain bakal marah ternyata tidak. Tidak ingin membantah, aku mengangguk patuh. Sekarang pun, aku ditarik ke meja makan. "Makan dulu, nanti baru beres-beres," ucap Adelio mengambilkan lauk pauk
last updateLast Updated : 2025-01-07
Read more

Bab 128. Diserang

"Gue pergi duluan," pamitku ke Adelio menyalami tangannya. Terpana dengan caraku, ini sudah kedua kali. Adelio senyam-senyum seperti orang gila. Aku hanya menggeleng menghiraukan Adelio masih melamun, aku menuju mobil tersayang. "Pagi Jack!" seruku mengelus mobil pemberian Ayah. Sempat Adelio merasa heran, karena memberikan nama mobil itu Jack. Padahal kemarin aku tidak menamakan yang diberikan keluarganya. Menurutku, karena mobil itu berdua sementara ini pemberian dari Papa. Jadi merasa beda saja, aku tidak mau terlalu serakah toh. "Semoga nggak ada masalah hari ini?" kataku menghela napas menjalankan mobil. Suasana kali ini menenangkan sesuai cuaca sekarang yang cerah, aku berharap tidak ada gangguan. Hingga sampai ke sekolah, aku malah tidak sengaja bertemu Trisya. Aduh, kemarin saja Tasya sekarang nih Nenek lampir. "Wahh, nih yang sering digosipin main sama Adelio ya? Lo kok murah banget sih?" sindir Trisya berada di depanku. Kami sekarang masih di parkiran, hanya bedany
last updateLast Updated : 2025-01-08
Read more

Bab 129. Dih, Najis

"Ghifari," gumamku menatap tidak percaya. Kali ini Ghifari dengan berani berlari kearahku, dia langsung diserang 3 orang sekaligus. Dan aku tidak bisa lepas karena ditahan, Ghazi dengan senyum miring mendekat memegang daguku. "Gue ngilang bukan berarti nggak akan ngelakuin sesuatu, lo tuh emang kelemahan Adelio," papar Ghazi tertawa mengejek. Tidak menjawab, aku hanya mendengus berfokus ke Ghifari sudah terduduk. Argh, dia pasti kalah kalo seperti ini. Aku mengingat jika Ghifari tidak bisa berkelahi, bagaimana Ghifari mau melawan kalo begitu yang ada dia bisa mati. "Haha, liat teman lo cemen banget." Ghazi mengarah daguku begitu kasar ke Ghifari sedang terluka. Bahkan, anak buah Ghazi masih saja menendang brutal Ghifari itu. "Lepasin Ghifari!" teriakku yang tidak begitu jelas. Ghazi langsung melepaskan tangannya dari daguku, tidak merasa bersalah. Ghazi ikut mendekati Ghifari. Gilanya, Ghazi melakukan tidak pernah aku bayangkan. Di mana Ghazi memukul Ghifari hingga pingsan.
last updateLast Updated : 2025-01-09
Read more

Bab 130. Piknik Keluarga

Pulang sekolah, bukannya balik ke rumah kami. Adelio mengajakku ke rumah keluarganya. Ternyata di sana sudah ada keluargaku juga, dan tidak aku ketahui. Sore ini akan piknik ke taman. "Lo masih pakai baju sekolah?" tanya Jean melirikku dari bawah ke atas. Di ruang tamu hanya kami berdua, karena yang lain asik mempersiapkan apa yang akan dibawa.Adelio juga katanya ingin memilihkan baju yang bagus untukku, jadi aku mengangguk saja. "Kenapa emangnya, nggak suka?" balasku memajukan diri sok songong. "Dih, gue nanya doang," sahut Jean mendorong kepalaku. Tidak sadar, jika Adelio datang menenteng baju untukku. Mana bajunya sengaja banget dilebarkan. "Adelio?! Bajunya kenapa kayak gitu?" pekikku mendekat menggulung biar Jean tidak melihatnya. Gila bajunya terlalu seksi. Mana mungkin aku memakainya untuk piknik, apa dia tidak berpikir dahulu?"Lah kenapa?" tanya Adelio bingung menatapku polos. Aku menabok tangannya, kali ini Adelio meringis sedikit menjauh. "Pake nanya lagi, ini tu
last updateLast Updated : 2025-01-10
Read more
PREV
1
...
101112131415
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status