Aku pulang sekolah sendiri, karena masih marah dengan Adelio. Namun, saat aku berada di depan pintu. Dengan wajah sok imut, Adelio menghadangku. Aduh, padahal aku lagi malas bertengkar. "Maafin gue ya? Beneran deh, nggak lagi kayak gitu," kata Adelio menyatukan kedua tangannya. Aku tidak menyahut dengan tatapan datar, walau hati ini masih kesal. Aku tidak mungkin marah terus. Kedua tanganku merentang untuk Adelio. "Sini, nggak mau peluk?" tanyaku tersenyum. "Lo maafin gue?" tanya Adelio penuh kebahagiaan. Aku mengangguk, kami berpelukan di depan pintu. Sungguh romantis, karena hal kecil saja aku emang marah. Mengingat jika terlalu lama, takutnya hubungan kami akan rusak. "Lo tuh paling berharga gue punya," ucap Adelio mengelus kepalaku. Kamipun masuk berdua, Adelio menungguku di depan pintu kamar. Astaga, aku tidak akan hilang kok. Dia begitu khawatir kepadaku, apa takut aku akan marah lagi?"Lah, ngapain di sini?" Aku bertanya, di mana sudah mengganti baju. "Nungguin lo,"
Last Updated : 2025-01-04 Read more