Home / Young Adult / Suamiku Berandalan Sekolah / Bab 117. Perceraian Jalan Terbaik

Share

Bab 117. Perceraian Jalan Terbaik

last update Last Updated: 2024-12-28 16:18:49

Sesuai apa dikatakan Adelio siang tadi, kami sudah bersiap dengan pakaian begitu formal.

Aku juga tidak tau akan kemana, aku hanya pasrah mengikuti kemauan Adelio, kami saling bergandengan tangan ke sebuah restoran.

"Mau temui siapa?" tanyaku menoleh ke Adelio.

Hanya senyuman diberikannya tanpa menjawab, aku mendengus kesal.

"Ihh, gue nanya tau!" ketusku dengan hidung kembang kempis.

Adelio menggenggam erat tanganku, menghiraukan tingkahku yang sedang aneh ini.

Sampai di dalam restoran, kami di antar dengan sopan oleh pelayan. Aku tidak tau apa yang terjadi, hingga ada 5 badut mendekati kami.

"Wihh, kenapa ini," seruku diajak berdiri.

Anehnya, suara musik menggema di dalam. Hanya ada kami berdua dengan 5 badut.

"Joget gih," suruh Adelio menahan tawa sambil duduk.

Aku berdecak, bagaimanapun aku tidak bisa menolak karena kali ini. Badutnya menarikku ke sebuah panggung kecil.

Aaa, benar saja kami menari-nari di mana bajuku terlalu formal. Menggelikan sekali, Adelio sampai terb
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 118. Sangat Mencurigakan

    "Ranesya, lo harus percaya sama gue," kata Adelio mengejarku. Di mana ini sekarang berada di sekolah, aku berkali-kali menolak telepon Adelio. Aku bangun pagi juga terasa sangat lesu, inipun terpaksa karena aku tidak mau alpha saja. "Gue bakal buktiin ke lo," ucap Adelio mencengkram tanganku. Adelio memutarkan tubuhku, sehingga kami saling bertatapan di lorong sekolah. Suasana kali ini sangat sepi, karena belum banyak yang datang. "Gue beberapa hari ini terlalu fokus tentang lo, mana sempet ngelirik Zara. Gue cuma kena fitnah doang," jelas Adelio menangkup pipiku. Aku menepis dengan kasar, menatap sinis orang di depanku ini. "Jangan banyak alasan deh, lo salah di sini! Nggak akan ngaku kalo itu lo brengsek!"Suaraku begitu nyaring, hingga beberapa orang lewat langsung berhenti. "Kali ini aja, gue ajak lo nyari bukti bareng," kata Adelio membuatku berpikir. Kenapa aku terlalu terhanyut dalam perkataan Zara? Bukannya mulut dia begitu busuk, oke aku harus berpikir jernih. "Hem

    Last Updated : 2024-12-29
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 119. Murahan

    "Lo liatkan Zara disitu?" Aku menunjuk Zara yang sudah berada di gerbang sekolah, sementara kami masih dalam mobil. Saat pulang sekolah, kami langsung mengikuti Zara. Namun, sebelumnya aku sengaja terakhiran untuk pulang sambil menunggu Adelio. "Iya, gue yakin pasti ada yang jemput dia," sahut Adelio mengangguk. Tak lama, mobil hitam berhenti tepat di depan Zara. Aku menoleh ke Adelio, kami emang parkir dekat Zara berdiri Hanya apa Zara sadar, jika kami menggunakan mobil Gita? Pasti tidak akan haha. "Nahkan, harus ikuti cuma jaga jarak aja," saranku ke Adelio menoleh sesaat. Adelio mengangguk. "Pasti itu mah, biar rencana kita lancar."Kami mengikutinya, bahkan perjalanan begitu berbelok-belok. Apa ini akan lama? Sehingga Zara sengaja, memiliki tempat favorit sejauh ini. Untungnya Adelio sangat teliti, walau berjarak dua mobil. Setidaknya, Zara tidak sadar keberadaan kami. "Ini masih lama ya?" tanyaku ke Adelio menoleh sesaat. "Entahlah, ini belum ada kepastian dari mobil

    Last Updated : 2024-12-30
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 120. Bolos bersama Ayang

    Aku melakukan apa yang disuruh Adelio, membawa mobil ke sekolah. Sekarang aku berada didalam kelas. Sempat melirik Zara sering tersenyum sendiri, apa dia gila? Pasti Zara, membayangkan rencana yang dia buat berhasil. "Eh, Ranesya," panggil Zara menghampiriku. Meja kami beda satu barisan saja, aku mendongak menatap wajah Zara sedang berseri. "Ini kue buat lo," kata Zara menyodorkan kue kukus pelangi kepadaku. Kenapa Zara baik hari ini? Niatnya emang baik, tapi itu hanya formalitas. Aku tidak menolak, menerima pemberian Zara. Jangan sia-siakan makanan gratis, Zara pasti mengira hari ini terakhirku. "Makasih ya," balasku tersenyum kecil. "Lo habisin oke, kalo aja di rumah lo nggak bisa ngabisin," ucap Zara mengodeku dengan kata itu. Sebelah alisku naik, mempertanyakan dari ucapan Zara itu. "Bakal gue habisin kok," balasku seadanya. Aku dengan senang hati membagikannya ke Gita, dan Vivian. Namun mereka menolak, sepertinya mereka berdua dendam kepada Zara. Untungnya kemarin

    Last Updated : 2024-12-31
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 121. Rem Blong

    Niatnya aku hanya ingin menunggu Adelio menghampiriku ke kelas, karena bosan. Jadinya sekarang aku berada di parkiran. Namun, tanganku ditarik paksa oleh Elgar. Lebih gilanya, dia menarikku ke mobil yang sudah dirusak oleh Om tua itu. "Gue nggak mau! Lo mau ngapain," teriakku memberontak, aduh di mana Adelio. Aku mencari-cari keberadaannya, namun batang hidungnya saja tidak terlihat. "Diem, lo cuma harus ikuti gue aja," kata Elgar mendorongku ke dalam mobil. Bentar, ini sejak kapan dia mengambil kunci mobilku? Sejak kapan?! Aku ketar-ketir karena Elgar mengunciku. Kini mobil berjalan meninggalkan sekolah, aku meneguk ludah dengan kepala pening. "Akhirnya, lo harus ketemu kedua orang tua gue," ucap Elgar tersenyum lebar. Tidak meresponnya, aku masih memikirkan cara keluar dari sini. Sementara, pasti mobilnya terjadi sesuatu tidak kuinginkan. Pulang sekolah bukannya bareng Ayang, aku terjebak oleh orang gila ini. "Remnya blong pasti," gumamku menyenderkan kepala di kursi. "Ke

    Last Updated : 2025-01-01
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 122. Kantor Polisi

    Kini kami berada di danau Menawan Hati, aku melirik Adelio tersenyum memandangi danau tersebut. Sebenernya aku sedikit takut karena suasana begitu dingin rada gelap, untungnya aku hiraukan suara-suara aneh. "Ranesya," panggil Adelio begitu lembut. Aduh Adelio ini membuatku takut, please jangan deh lain kali ke sini. Aku ingin berkata tapi malu, pasti dia menertawaiku. "Kenapa Adelio?" balasku memperhatikan Adelio mendekat. Namun, suara hp menganggu kami. Aku melirik Adelio sedikit menjauh menerima panggilan. "Oh, begitu. Jadi aku harus kesana?" jawab Adelio menoleh kebelakang. Aku melipatkan tangan, menatap bulan begitu terang. Adelio selesai menelpon lalu menghampiriku, mengelus puncak kepala. "Ayo, kita harus pergi ke suatu tempat," ajak Adelio menarik tanganku tanpa mendengar balasanku. "Mau kemana?" tanyaku, menatap punggung di depan. Adelio hanya menoleh dan tersenyum, kami langsung meluncur menggunakan motor Adelio. Perjalanan juga, tidak ada obrolan sama sekali. Hin

    Last Updated : 2025-01-02
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 123. Sebar Video

    Aku tersenyum di mana kami berada di meja makan, kenapa aku bahagia? Karena sedang menulis berita tentang Zara. Zara tidak akan lolos kali ini. Dengan akun anonim, aku sengaja menandai sekolahku di Instagram. "Kenapa keliatan bahagia?" Adelio memberikan roti panggang isi cokelat. Aku menerima dengan senyum mengembang. "Makasih, ya karena mau bongkar kebusukan Zara."Pasti Zara akan dikeluarkan dari sekolah, Adelio hanya mengangguk mengusap kepalaku. "Emang gapapa? Pasti Zara kena masalah," balas Adelio dengan raut muka yang tidak bisa aku jelaskan. Jadi Adelio khawatir kepada Zara? Kenapa berkata begitu, aku menyipitkan mata ke Adelio. "Masih sayang sama Zara?" kataku memberhentikan sesi makan. Adelio mendongak seolah tidak paham maksudku. "Hah? Nggaklah, mana ada gue masih sayang sama Zara," sela Adelio menolak perkataanku. "Masa sih, terus kenapa keliatan khawatir tadi?" Aku dengan dada naik turun, meremas roti itu dengan emosi. Menyadari perubahan suasana di meja makan, A

    Last Updated : 2025-01-03
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 124. Kasus Baru

    Aku pulang sekolah sendiri, karena masih marah dengan Adelio. Namun, saat aku berada di depan pintu. Dengan wajah sok imut, Adelio menghadangku. Aduh, padahal aku lagi malas bertengkar. "Maafin gue ya? Beneran deh, nggak lagi kayak gitu," kata Adelio menyatukan kedua tangannya. Aku tidak menyahut dengan tatapan datar, walau hati ini masih kesal. Aku tidak mungkin marah terus. Kedua tanganku merentang untuk Adelio. "Sini, nggak mau peluk?" tanyaku tersenyum. "Lo maafin gue?" tanya Adelio penuh kebahagiaan. Aku mengangguk, kami berpelukan di depan pintu. Sungguh romantis, karena hal kecil saja aku emang marah. Mengingat jika terlalu lama, takutnya hubungan kami akan rusak. "Lo tuh paling berharga gue punya," ucap Adelio mengelus kepalaku. Kamipun masuk berdua, Adelio menungguku di depan pintu kamar. Astaga, aku tidak akan hilang kok. Dia begitu khawatir kepadaku, apa takut aku akan marah lagi?"Lah, ngapain di sini?" Aku bertanya, di mana sudah mengganti baju. "Nungguin lo,"

    Last Updated : 2025-01-04
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 125. Ruang Bk

    "Kenapa sih? Gue aja yang boncengin lo."Aku memarahi Adelio yang tidak membolehkanku untuk memboncenginya, kenapa emangnya?Kan, diri ini hanya ingin mencoba. Apalagi sekolah juga dekat, tidak akan lecet kok!"Nggak usah ya? Gue aja biar entar lo anteng di belakang," seru Adelio meninggikan kunci motor. Dengan mata menyipit aku menghela napas, membelakangi Adelio. Aku sedang ngambek ceritanya. "Eh, jangan gitu dong. Ya deh, nih kuncinya," kata Adelio langsung menyodorkan di depan mataku. Aku menarik kunci itu, dan memakai helm tanpa memperhatikan Adelio menganga. "Ayok, cepatan naik!" suruhku sudah berada di atas motor. Tidak ada sahutan dari Adelio yang sedang melamun, aku berteriak sehingga Adelio terkejut. "Adelio! Lo mau kita telat?" Aku menatap tajam Adelio menggaruk tengkuknya. Seketika Adelio cepat-cepat memakai helm tersebut, dan naik menjadi penumpang. "Pelan-pelan aja ent— "Sebelum ucapannya dilanjutkan, aku langsung mengenggas, sehingga Adelio memeluk diriku. "Ra

    Last Updated : 2025-01-05

Latest chapter

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 138. Tidak akan Terpisahkan

    Rayyen mendekat dengan senyum mengembang, tanpa peduli adanya Adelio. Heh, kok dia tidak berpikir ya?! Apa Rayyen tidak tau aku memiliki pacar, aduh bagaimana ini. Pasti Adelio berpikir aku berselingkuh. "Dengan siapa cantik?" tanya Rayyen sudah berada di samping meja. Aku menoleh dengan tatapan datar, apa yang Rayyen mau sampai sengaja memanggilku sayang di depan Adelio. "Gue pacarnya," jawab Adelio berdiri. Dapat aku perhatikan lirikan mata mereka sama-sama sinis, seakan menembus jantung. Aku tidak percaya ini akan terjadi, apalagi pengirim surat cap berdarah itu, aku tidak tau siapa orangnya. "Pacar doang, belum jadi suami. Bisalah rebut Ranesya dari lo." Rayyen berkata begitu percaya diri. Seketika aku menahan tawa mendengarnya, andai dia tau jika aku sudah menikah. Apakah Rayyen masih ingin berkata seperti itu? Kalo masih, berarti Rayyen sudah gila. "Ada keberanian apa lo, bilang kayak gitu di depan gue?" kata Adelio menyuruhku bergeser dengan kode tangannya. Kini mer

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 138. Siapa Pengirim Suratnya?

    Aku melangkah di lorong sekolah, karena pagi sekali Adelio sudah rajin membangunkan aku. Hanya tidak aku sangka, terdapat ketiga cabe-cabean di depanku. Tidak lain Tasya, Trisya dan Zara. "Minggir bisa nggak?" hardikku menatap ketiganya malas. Bukannya mikir, tidak ada akalnya mereka menghadang diriku. Lebih gilanya Zara masih sanggup berjalan?Sudah tidak waras Zara itu, aku berdecak mendorong Trisya. Apa mereka tidak mengerti aku sedang malas bertengkar. "Berani banget lo!" kesal Tasya menarik tanganku. Aku tidak bisa bergerak kemana-mana, aku menoleh kebelakang. Bahkan Zara masih bisa tersenyum, apa dia tidak merasa bersalah?"Iyalah, lo juga bukan siapa-siapa di sini jangan ngatur gue," kataku menarik paksa tanganku dari cengkalnya. "Takut ya lo sama kita?" kata Trisya tiba-tiba tersenyum miring. Aku melihat senyum itu, ingin ngamuk rasanya. Siapa yang takut dengannya? Aku bisa lawan mereka sekaligus. "Kenapa mata lo, mau keluar ya?" ejek Zara tertawa kecil. Trisya maupun

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 136. Kecupan dari Suamiku

    "Haha, nggak bakal ada Adelio," kata Ghifari mengejekku. Tatapannya sangat mengerikan, tubuhku menegang dengan hawa panas dingin. Padahal ruangan begitu dingin, hanya aku merasakan hal berbeda. Apalagi Ghifari makin mendekat. "Gue udah lama ingin dapatin lo." Ghifari berkata sambil menarik tanganku. Gilanya, dia menarik hanya untuk memelukku. Jujur, ini hal menyiksa bagiku. Rasa takut mendalam di mana Ghifari mengelus helai rambutku secara perlahan. "Apa gue harus lakuin sesuatu, biar lo jadi sepenuh milik gue, Ranesya?" Ghifari mengecup puncak kepalaku. Tidak menjawab, aku mendorong dadanya untuk menjauh tapi ditahan oleh Ghifari. "Lo mau kemana, lo nggak ada niatan sama gue aja?" tanya Ghifari memelas. Aku melonggarkan pelukan, mendongak menatapnya intens. "Nggak, soalnya Adelio itu cowok gue dan orang spesial gue punya," jawabku begitu menusuk. Tiba-tiba saja pipiku di tekan hingga seperti ikan buntal, Ghifari seolah tidak terima apa yang aku katakan. "Spesial kata lo,

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 135. Tatapan Menerkam

    Kami berada di rumah setelah beberapa jam di RS, mengingat perkataan Bunda Delyna aku sedikit terkejut. Orang sekalem Bunda Delyna berkata seperti itu? Siapa tidak terkejut coba, aku saja di sana langsung menganga dengan mata melotot. "Lo kenapa?" tanya Adelio menepuk bahuku. Sekarang kami berada di ruang makan, tidak sempat memasak jadi sebelum pulang kami mampir membeli pizza. Aku tersenyum kecil. "Cuma keinget Bunda aja sih, gue kaget loh pas Bunda bilang gitu.""Bilang apa emangnya?" tanya Adelio mendongak ke arahku. "Masukin orang ke penjara terlihat sadis tau, kan Bunda lo kalem tuh," balasku menyuapi Adelio. Adelio dengan senang hati menerima sodoran pizza dariku, dan hanya terkekeh. "Namanya juga orang tersayang, semisal gue digituin kayak Ayah. Apa lo lakuin diem aja atau cari tau sebenernya?" papar Adelio menatapku begitu lekat. Tatapan kami bertemu, dih mana ada aku biarkan. Jika Adelio terjadi sesuatu, kan dia suamiku. "Cari tau sebenernya, dan gue masukin ke penj

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 134. Kabar Buruk

    Mataku melototi mendengar suara tersebut, kami berdua menoleh secara bersamaan. Di mana Ibu Aini sudah berkacak pinggang. "Gimana rasanya?" tanya Ibu Aini tersenyum kecil. "Ibu mau?" tawar Adelio menyodorkan susu kotak. Aku meneguk ludah, memilih memakan kembali bakso tersebut. Dan pura-pura tidak terjadi sesuatu. "Nggak!" sentak Ibu Aini kepada Adelio. Dengan mengelus dada, aku kembali menoleh dan mengedipkan mata beberapa kali. "Kenapa kalian berdua ke kantin di jam segini?!" Bingung ingin menjawab apa, aku melirik Adelio tersenyum tidak merasa bersalah. "Jam berapa ya?" tanya Adelio kepadaku. "Nggak tau," jawabku menggigit bibir bawah. Ibu Aini seketika emosi dengan jawaban kami berdua, aku bisa merasakan aura gelap yang keluar dari tubuhnya. "Jam aja nggak tau! Ini jam pelajaran, seharusnya kalian berdua di dalam kelas," jelas Ibu Aini menghela napas berat. Kami berdua saling menoleh, aku sedikit khawatir akan dihukum kembali. Sehingga aku berbisik ke telinga Adelio b

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 133. Penggemar Rahasia

    Di hari yang cerah, aku memilih pergi sekolah sendiri padahal Adelio memaksa meminta pergi bersama. Aku enggan karena ingin sendiri dulu, mengingat kejadian kemarin huh! Hal tidak terduga, saat aku masih dalam mobil melihat Zara turun dari mobil seseorang. "Ngapain dia?" kataku menyipitkan mata memperhatikan gerak-geriknya.Cara jalannya sangat berbeda, sedikit mengangkang. Aku menganga tidak percaya, jadi itu seriusan di aborsi?Astaga, Zara tidak punya hati please! Tapi dari wajahnya juga sangat pucat. "Dih, manusia paling jahat sih," ucapku merinding dengan tingkah Zara. Aku turun dari mobil berjalan dibelakang Zara, tidak ada yang mengibah dirinya. Padahal masalah Zara sangat besar, apa ada sesuatu membungkam mereka semua?"Kalo gue aja, di gosipin sampe seminggu lebih dih," gumamku kesal. Karena tidak ingin Zara terlihat tenang, akupun berjalan cepat dan menyenggol bahunya. "Aduh, sakit banget," keluh Zara meringis kecil melirikku tajam. Zara bergeser beberapa langkah, ak

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 132. Menuduh

    Aku menoleh kebelakang terdapat Ibu sosialita, bahkan emasnya bertumpuk banyak di pergelangan tangan. "Nggak Bu, aku hanya bawa dia jalan-jalan aja. Soalnya anak Ibu tadi jalan sendiri samperin aku," paparku terlihat Ibu itu tidak percaya. "Bohong kamu," ucap Ibu tersebut melirik sekeliling. "Tolong ada yang mau culik anak saya."Aku menggeleng, apa banget sih. Mana mungkin aku menculik anak kecil ini, aduh gimana kalo aku ditangkap?Mana Adelio ya, aku menurunkan anak kecil itu lalu membekap mulut Ibu tersebut. "Bu, aku nggak culik anak Ibu. Kenapa sih nuduh terus?" kesalku menekan bekapan itu. Ibu itu meronta, melepaskan tanganku dari mulutnya. Ada beberapa orang mendekat memperhatikan kami. "Ini Pak, dia tadi culik anak saya," tuduh Ibu itu menunjuk ke arahku. Aku menggeleng cepat. "Kenapa Ibu nuduh aku? Coba tanya anaknya, ini tuh hanya salah paham," kataku begitu emosi. Jujur ini hal merugikan untukku, mana dituduh segala. Apa pikirannya tidak ada?"Bohong kamu, mana ada s

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 131. Masalah di Pasar Malam

    Malam harinya, Adelio mengajakku suatu tempat entah di mana. Yasudahlah, aku hanya mengikuti apa yang Adelio mau. Dengan jaket couple, bahkan kacamata ikut serta dari bagian kami pakai. Terlihat alay, hanya aku mengingat jika Adelio berbeda dari cowok yang lain. "Kek alay ya," celetukku di mana Adelio berpose sok keren. Adelio hanya terkekeh merangkul diriku. "Mana ada alay, lo liat nih keren banget kita," kata Adelio memutarkan diriku yang berdecak kesal. Kali ini Adelio memotret diriku yang tidak memiliki ekspresi, sampai Adelio menarik kedua sudut bibirku biar terlihat tersenyum. "Nah, ginikan cantik," lanjut Adelio kesana-kemari hanya memfotoiku saja. Sangat tidak bisa diam ya ini anak? Sifatnya sudah keluar jametnya, aku sampai tidak habis pikir bisa menikah dengan Adelio. "Bacot lo, yaudah ayo," ajakku menarik pergelangan tangannya. Adelio tidak menjawab hanya terkekeh kecil mengikutiku dari belakang. "Lo pendek ya," ledek Adelio. Aku berhenti tiba-tiba, terjadilah Ad

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 130. Piknik Keluarga

    Pulang sekolah, bukannya balik ke rumah kami. Adelio mengajakku ke rumah keluarganya. Ternyata di sana sudah ada keluargaku juga, dan tidak aku ketahui. Sore ini akan piknik ke taman. "Lo masih pakai baju sekolah?" tanya Jean melirikku dari bawah ke atas. Di ruang tamu hanya kami berdua, karena yang lain asik mempersiapkan apa yang akan dibawa.Adelio juga katanya ingin memilihkan baju yang bagus untukku, jadi aku mengangguk saja. "Kenapa emangnya, nggak suka?" balasku memajukan diri sok songong. "Dih, gue nanya doang," sahut Jean mendorong kepalaku. Tidak sadar, jika Adelio datang menenteng baju untukku. Mana bajunya sengaja banget dilebarkan. "Adelio?! Bajunya kenapa kayak gitu?" pekikku mendekat menggulung biar Jean tidak melihatnya. Gila bajunya terlalu seksi. Mana mungkin aku memakainya untuk piknik, apa dia tidak berpikir dahulu?"Lah kenapa?" tanya Adelio bingung menatapku polos. Aku menabok tangannya, kali ini Adelio meringis sedikit menjauh. "Pake nanya lagi, ini tu

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status