Share

Bab 104. Bimbang

last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-19 19:53:05

"Ranesya, makan dulu."

Aku menoleh, Adelio sudah bersiap menyuapiku. Namun, aku menggeleng pelan.

Sungguh, moodku hancur mengingat dua pilihan begitu berat. Bagaimana, jika aku menyakiti hati sahabatku?

"Entar kalo lo sakit, nggak bisa sekolah," kata Adelio, menyenggol lenganku.

Aku cemberut, menunduk dalam akhirnya menangis kembali. Huhu, aku begitu rapuh.

"Eh, jangan nangis dong," ucap Adelio panik.

Adelio menaruh piring ke meja, beralih memelukku. Aduh, asli hati mungil ini tersentil.

"Tapi gue nanti sakiti mereka, terus gue harus percaya sama siapa?" balasku sesegugukkan.

Adelio melepaskan pelukan, mencakup pipiku.

"Gini aja, lo pilih sesuai hati lo aja," ucap Adelio, mengusap air mataku.

Sejujurnya, Adelio bisa menjadi tempat aku berpulang maupun bercerita. Bahkan, kali ini Adelio tidak merasa risih dengan tingkahku.

"Gue lebih percaya sama Zara," ungkapku jujur kepada Adelio.

"Berarti, anggap aja semua ucapan Zara benar, kalo dari hati lo memilih dia," balas Adelio, men
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 105. Zara Berulah

    Pagi sekali, aku merasakan gangguan. Hingga aku membuka mata, terdapat Adelio tersenyum jahil. Aku setengah sadar, kembali ingin tidur. Namun, Adelio sengaja membuatku terduduk. "Gue ngantuk, jangan ganggu," ucapku memelas, menyenderkan tubuh di dinding. "Sekarang udah pagi, apa mau telat lagi?" tanya Adelio, memperhatikan diriku melotot tidak percaya. Mataku langsung melirik jam di nakas, masih setengah 5. Aku menabok lengannya dengan kesal. Ihh, menyebalkan! Bisa-bisanya Adelio membohongiku, biar apa? Awas aja ya, aku akan membalasnya. "Sana! Nggak usah ganggu gue!" usirku, mendorong tubuh Adelio. Padahal masih pagi loh, aku belum puas untuk tidur. Adelio menatapku sok polos seperti anak kucing. Adelio menghalangiku untuk menutup pintu. "Gue mau nungguin lo aja."Dih, apaan coba? Ngapain nungguin aku di dalam kamar? Pasti Adelio ingin memperhatikan aku lama-lama. Biasa orang cantik mah, pasti selalu jadi pusat perhatian. Ini Adelio sepertinya, terpincut pesonaku yang kece i

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-20
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 106. Mancing bareng Ayang

    Kepikiran perkataan Adelio, aku memilih menelepon Gita namun tidak diangkat sama sekalipun. Sama dengan Vivian, melakukan hal sama. Aku mendengus di ruang santai, sampai Adelio keluar aku tidak sadar ada dia di situ. "Lo kenapa?" tanya Adelio mendekat. Aku terkejut langsung menoleh kebelakang, Adelio tersenyum mengelus kepalaku. "Jangan bilang masih mikirin hal sama? Lebih baik kita keluar aja, lo mau kemana?" kata Adelio, memperhatikan aku begitu lekat. Sampai aku mempunyai ide ke tempat mancing, apakah Adelio mau?Aku menyukai sifatnya yang begitu penyabar, selain itu Adelio suka menuruti kemauanku. "Tempat mancing aja yuk!" ajakku berdiri mensejajarkan dengan Adelio. Seolah berpikir, Adelio mengangguk langsung menarikku keluar.Nyatanya, Adelio terlihat bahagia. Apa jangan-jangan Adelio ingin kesana, hanya takut aku tidak suka?"Kenapa lo?" tanyaku, duduk disebelahnya. "Gapapa, seneng aja!" seru Adelio, menggegas mobil menuju tempat mancing.Cukup lama, diperjalanan aku sam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 107. Susah Memilih

    Aku menepuk bahu Adelio untuk menyuruhnya memberhentikan motor, aku melihat Gita berjalan bersama Ghifari. Rasanya hati ini tidak tenang, aku ingin minta maaf atas kesalahanku waktu kemaren. Apakah bisa?"Gita, tunggu gue," seruku turun, mengejar mereka berdua. Terlihat Gita menghindariku, sungguh tidak menyangka. Jika semua ini secepat itu berubah. Apa ini salahku? Tidak mempercayai kedua sahabatku? Tapikan, aduh bagaimana ini?!"Jangan kejar gue lagi?! Kita bukan sahabat lagi," balas Gita menoleh sebentar kebelakang. Seketika, tubuhku begitu lemas menatap dari kejauhan punggung Gita dan Ghifari. Adelio mengelus pundakku pelan, aku begitu lesu menjalani hari ini. Apa ini namanya, sebuah kebodohan?"Jangan sedih, mungkin Gita hanya ingin menenangkan pikirannya aja," kata Adelio, memberikan pikiran positif thinking. Aku hanya mengangguk berjalan bersamanya, tidak jauh dari itu datang Zara menghampiri kami. "Haii, lo mau ikut nggak malam nanti? Soalnya ada acara pesta ulang tahun

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 108. Acara Ulang Tahun

    Jam terakhir, aku memilih ke ruang musik. Sudah minta izin ke guru, kalo tidak enak badan. Aku hanya berbohong karena moodku begitu hancur, mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Inipun bersama Adelio. "Lo duduk disitu, gue mau mainin gitar," kata Adelio mulai memetik gitarnya. Sebuah lagu dinyanyikan Adelio, surat 'Cinta untuk Starla'. Namun, aku melihat Adelio begitu lekat memperhatikanku. Aduh baper banget! Aku kan saltingan begini, aahh sialan sekali! Sengaja nih pasti Adelio mah. 'Takkan habis sejuta lagu''Untuk menceritakan cantikmu''Kan teramat panjang puisi''Tuk menyuratkan cinta ini''Telah habis sudah cinta ini''Tak lagi tersisa untuk dunia''Karena telah ku habiskan''Sisa cintaku hanya untukmu'Adelio memberhentikan permainannya, aku bertepuk tangan begitu kencang. Aduh, please deh! Aku sangat tersenyum lebar ini. "Bagus banget!" seruku, mendekatinya mengelus rambut Adelio. Tolong, jika punya satu cowok. Aku hanya pilih Adelio, senakal-nakal sifatnya Adelio. S

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 109. Masuk Perangkap

    Saat masuk, pemandangan yang tidak terduga, aku liat memang banyak anak sepantaran denganku. Hal yang mengerikan mereka berpakaian seksi, plus aku bingung. Kenapa ada banyak orang, tidak aku kenal di sini? "Hai Ranesya, gue nungguin lo tau," kata Zara tiba-tiba nongol. Berbeda dengan yang lain, Zara berpakaian sangat terjaga. Aku tidak tau kenapa, Zara lebih baik dari mereka. Aku tersenyum membalas sapaan Zara itu. "Maaf, tadi gue agak telat soalnya macet," kataku, mencari alasan padahal aslinya, tadi berpamitan dengan Adelio agak lama. "Ohh, yaudah gapapa. Yuk gabung ke sana," ajak Zara ke tempat ramai. Aku dapat melihat kue ulang tahun begitu bagus, aku lumayan takjub begitu ramai orang-orang di sini. Hanya saat aku mencari para sahabatku, tidak ada satupun mereka yang datang. Apa mungkin, tidak diajak Zara?"Lo kenapa?" tanya Zara memperhatikanku. Aku tersenyum lembut. "Nggak kok," balasku melangkahkan kaki mengikuti Zara. "Mohon untuk semua undangan, kita akan memulai a

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 110. Minta Cerai?

    "Nggak ada! Lo ngomong apasih!" teriakku memegang Adelio. Terlihat dirinya ingin pergi, aku menghalangi jalannya. Sungguh, aku tidak tau. Harus bagaimana memberitahu kebenaran ini. "Gue inget, kalo lo bakal percaya sama gue. Kenapa lo mudah banget terpengaruh dengan hal begitu," paparku, menatap sendu Adelio. "Haha, kalo lo nakal ya nggak usah cari alasan! Jangan karena gue sayang lo, lo seenaknya," sahut Adelio mendorong diriku dengan kasar. Aku menatap nanar tubuh tinggi Adelio pergi keluar, terdengar suara motor Adelio. "Capek, kenapa semua ini terjadi sama gue?" kataku terduduk lemas. Sialan! Kenapa aku harus percaya sama Zara? Jelas sekali Zara pura-pura jadi anak baik, mengingat jika ada Tasya dan Trisya di sana. Apa jangan-jangan mereka kerjasama? Arghh! Aku tidak akan biarkan itu terjadi. "Liat aja lo Zara, gue akan sebar kasus lo itu!" geramku, memilih pergi ke rumah keluargaku. Sebelum Adelio memberitahu hal tidak-tidak, biarkan dahulu Adelio mengadu ke keluarganya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 111. Dikerjain Jean

    "Sayang, makan dulu nanti sakit," bujuk Papa Guntur mengetuk pintu kamarku. Aku tidak menyahut sama sekali, sehingga pintu sepertinya akan dibuka secara paksa. Aku hanya bisa pasrah di mana Papa Guntur mendekat. Papa Guntur menangkup pipiku merasa bersalah karena melihat putri kecilnya bersedih, aku tau tapi bagaimana lagi? Aku benar-benar jatuh dalam lubang terlalu dalam. "Makan ya? Kalo kamu gini terus, Papa bawa Adelio ke sini terus pukul dia sampai babak belur," ancam Papa Guntur, menatap tegas diriku. Refleks, aku menoleh karena mendengar itu. Papa Guntur tersenyum mengelus pipiku yang basah. "Nggak mau makan? Yaudah, tunggu di sini bakal Papa bawa Adelio ke rumah," kata Papa Guntur berdiri. Aku menahan tangan Papa Guntur menggeleng pelan, Papa Guntur kembali duduk membawaku dalam pelukannya."Papa tau, masalah ini berat untuk kamu. Jangan sampai kamu nggak makan, nanti kamu sakit gimana mau cari buktinya?" Benar juga, kenapa aku tidak berpikir ke sana? Aku terlalu terhany

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 112. Bukti Video

    "Bukannya video Ranesya tadi ke sebar ya?""Iya, ihh. Kayak udah handal banget sama cowok masa.""Nggak ada malu banget jadi cewek."Desas-desus suara terdengar, aku tidak berkata apa-apa selain terus berjalan menuju kelas. Sampai ada Tasya, Trisya dan Zara. Mereka bersama, saling senyum mengejekku. Please, jadi ini benar rencana mereka?"Wahh, liat nih yang udah handal mah beda banget," celetuk Trisya menyenggol Tasya. Tasya terkekeh kecil. "Iya ih, coba ulangin lagi jogetan loh itu kayak jalang," sindir Tasya tertawa. Kedua lainnya ikut tertawa mengejek, aku di depan mereka mengepalkan tangan kuat-kuat. "Sadar ya Ran, lo tuh emang kek hem jalang," kata Zara berbisik di telingaku. Aku menutup mata sebentar, melangkah maju mendorong bahu Zara. "Nggak usah ngatain gue ya, lo jebak gue sialan!" umpatku, emosi sudah di atas ubun-ubun. Ketiganya saling bertatapan, tertawa seolah diriku ini aneh. Asli, aku benar-benar jadi bahan ejekan. Ada 3 siswi berhenti, mengataiku hal seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 138. Tidak akan Terpisahkan

    Rayyen mendekat dengan senyum mengembang, tanpa peduli adanya Adelio. Heh, kok dia tidak berpikir ya?! Apa Rayyen tidak tau aku memiliki pacar, aduh bagaimana ini. Pasti Adelio berpikir aku berselingkuh. "Dengan siapa cantik?" tanya Rayyen sudah berada di samping meja. Aku menoleh dengan tatapan datar, apa yang Rayyen mau sampai sengaja memanggilku sayang di depan Adelio. "Gue pacarnya," jawab Adelio berdiri. Dapat aku perhatikan lirikan mata mereka sama-sama sinis, seakan menembus jantung. Aku tidak percaya ini akan terjadi, apalagi pengirim surat cap berdarah itu, aku tidak tau siapa orangnya. "Pacar doang, belum jadi suami. Bisalah rebut Ranesya dari lo." Rayyen berkata begitu percaya diri. Seketika aku menahan tawa mendengarnya, andai dia tau jika aku sudah menikah. Apakah Rayyen masih ingin berkata seperti itu? Kalo masih, berarti Rayyen sudah gila. "Ada keberanian apa lo, bilang kayak gitu di depan gue?" kata Adelio menyuruhku bergeser dengan kode tangannya. Kini mer

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 138. Siapa Pengirim Suratnya?

    Aku melangkah di lorong sekolah, karena pagi sekali Adelio sudah rajin membangunkan aku. Hanya tidak aku sangka, terdapat ketiga cabe-cabean di depanku. Tidak lain Tasya, Trisya dan Zara. "Minggir bisa nggak?" hardikku menatap ketiganya malas. Bukannya mikir, tidak ada akalnya mereka menghadang diriku. Lebih gilanya Zara masih sanggup berjalan?Sudah tidak waras Zara itu, aku berdecak mendorong Trisya. Apa mereka tidak mengerti aku sedang malas bertengkar. "Berani banget lo!" kesal Tasya menarik tanganku. Aku tidak bisa bergerak kemana-mana, aku menoleh kebelakang. Bahkan Zara masih bisa tersenyum, apa dia tidak merasa bersalah?"Iyalah, lo juga bukan siapa-siapa di sini jangan ngatur gue," kataku menarik paksa tanganku dari cengkalnya. "Takut ya lo sama kita?" kata Trisya tiba-tiba tersenyum miring. Aku melihat senyum itu, ingin ngamuk rasanya. Siapa yang takut dengannya? Aku bisa lawan mereka sekaligus. "Kenapa mata lo, mau keluar ya?" ejek Zara tertawa kecil. Trisya maupun

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 136. Kecupan dari Suamiku

    "Haha, nggak bakal ada Adelio," kata Ghifari mengejekku. Tatapannya sangat mengerikan, tubuhku menegang dengan hawa panas dingin. Padahal ruangan begitu dingin, hanya aku merasakan hal berbeda. Apalagi Ghifari makin mendekat. "Gue udah lama ingin dapatin lo." Ghifari berkata sambil menarik tanganku. Gilanya, dia menarik hanya untuk memelukku. Jujur, ini hal menyiksa bagiku. Rasa takut mendalam di mana Ghifari mengelus helai rambutku secara perlahan. "Apa gue harus lakuin sesuatu, biar lo jadi sepenuh milik gue, Ranesya?" Ghifari mengecup puncak kepalaku. Tidak menjawab, aku mendorong dadanya untuk menjauh tapi ditahan oleh Ghifari. "Lo mau kemana, lo nggak ada niatan sama gue aja?" tanya Ghifari memelas. Aku melonggarkan pelukan, mendongak menatapnya intens. "Nggak, soalnya Adelio itu cowok gue dan orang spesial gue punya," jawabku begitu menusuk. Tiba-tiba saja pipiku di tekan hingga seperti ikan buntal, Ghifari seolah tidak terima apa yang aku katakan. "Spesial kata lo,

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 135. Tatapan Menerkam

    Kami berada di rumah setelah beberapa jam di RS, mengingat perkataan Bunda Delyna aku sedikit terkejut. Orang sekalem Bunda Delyna berkata seperti itu? Siapa tidak terkejut coba, aku saja di sana langsung menganga dengan mata melotot. "Lo kenapa?" tanya Adelio menepuk bahuku. Sekarang kami berada di ruang makan, tidak sempat memasak jadi sebelum pulang kami mampir membeli pizza. Aku tersenyum kecil. "Cuma keinget Bunda aja sih, gue kaget loh pas Bunda bilang gitu.""Bilang apa emangnya?" tanya Adelio mendongak ke arahku. "Masukin orang ke penjara terlihat sadis tau, kan Bunda lo kalem tuh," balasku menyuapi Adelio. Adelio dengan senang hati menerima sodoran pizza dariku, dan hanya terkekeh. "Namanya juga orang tersayang, semisal gue digituin kayak Ayah. Apa lo lakuin diem aja atau cari tau sebenernya?" papar Adelio menatapku begitu lekat. Tatapan kami bertemu, dih mana ada aku biarkan. Jika Adelio terjadi sesuatu, kan dia suamiku. "Cari tau sebenernya, dan gue masukin ke penj

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 134. Kabar Buruk

    Mataku melototi mendengar suara tersebut, kami berdua menoleh secara bersamaan. Di mana Ibu Aini sudah berkacak pinggang. "Gimana rasanya?" tanya Ibu Aini tersenyum kecil. "Ibu mau?" tawar Adelio menyodorkan susu kotak. Aku meneguk ludah, memilih memakan kembali bakso tersebut. Dan pura-pura tidak terjadi sesuatu. "Nggak!" sentak Ibu Aini kepada Adelio. Dengan mengelus dada, aku kembali menoleh dan mengedipkan mata beberapa kali. "Kenapa kalian berdua ke kantin di jam segini?!" Bingung ingin menjawab apa, aku melirik Adelio tersenyum tidak merasa bersalah. "Jam berapa ya?" tanya Adelio kepadaku. "Nggak tau," jawabku menggigit bibir bawah. Ibu Aini seketika emosi dengan jawaban kami berdua, aku bisa merasakan aura gelap yang keluar dari tubuhnya. "Jam aja nggak tau! Ini jam pelajaran, seharusnya kalian berdua di dalam kelas," jelas Ibu Aini menghela napas berat. Kami berdua saling menoleh, aku sedikit khawatir akan dihukum kembali. Sehingga aku berbisik ke telinga Adelio b

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 133. Penggemar Rahasia

    Di hari yang cerah, aku memilih pergi sekolah sendiri padahal Adelio memaksa meminta pergi bersama. Aku enggan karena ingin sendiri dulu, mengingat kejadian kemarin huh! Hal tidak terduga, saat aku masih dalam mobil melihat Zara turun dari mobil seseorang. "Ngapain dia?" kataku menyipitkan mata memperhatikan gerak-geriknya.Cara jalannya sangat berbeda, sedikit mengangkang. Aku menganga tidak percaya, jadi itu seriusan di aborsi?Astaga, Zara tidak punya hati please! Tapi dari wajahnya juga sangat pucat. "Dih, manusia paling jahat sih," ucapku merinding dengan tingkah Zara. Aku turun dari mobil berjalan dibelakang Zara, tidak ada yang mengibah dirinya. Padahal masalah Zara sangat besar, apa ada sesuatu membungkam mereka semua?"Kalo gue aja, di gosipin sampe seminggu lebih dih," gumamku kesal. Karena tidak ingin Zara terlihat tenang, akupun berjalan cepat dan menyenggol bahunya. "Aduh, sakit banget," keluh Zara meringis kecil melirikku tajam. Zara bergeser beberapa langkah, ak

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 132. Menuduh

    Aku menoleh kebelakang terdapat Ibu sosialita, bahkan emasnya bertumpuk banyak di pergelangan tangan. "Nggak Bu, aku hanya bawa dia jalan-jalan aja. Soalnya anak Ibu tadi jalan sendiri samperin aku," paparku terlihat Ibu itu tidak percaya. "Bohong kamu," ucap Ibu tersebut melirik sekeliling. "Tolong ada yang mau culik anak saya."Aku menggeleng, apa banget sih. Mana mungkin aku menculik anak kecil ini, aduh gimana kalo aku ditangkap?Mana Adelio ya, aku menurunkan anak kecil itu lalu membekap mulut Ibu tersebut. "Bu, aku nggak culik anak Ibu. Kenapa sih nuduh terus?" kesalku menekan bekapan itu. Ibu itu meronta, melepaskan tanganku dari mulutnya. Ada beberapa orang mendekat memperhatikan kami. "Ini Pak, dia tadi culik anak saya," tuduh Ibu itu menunjuk ke arahku. Aku menggeleng cepat. "Kenapa Ibu nuduh aku? Coba tanya anaknya, ini tuh hanya salah paham," kataku begitu emosi. Jujur ini hal merugikan untukku, mana dituduh segala. Apa pikirannya tidak ada?"Bohong kamu, mana ada s

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 131. Masalah di Pasar Malam

    Malam harinya, Adelio mengajakku suatu tempat entah di mana. Yasudahlah, aku hanya mengikuti apa yang Adelio mau. Dengan jaket couple, bahkan kacamata ikut serta dari bagian kami pakai. Terlihat alay, hanya aku mengingat jika Adelio berbeda dari cowok yang lain. "Kek alay ya," celetukku di mana Adelio berpose sok keren. Adelio hanya terkekeh merangkul diriku. "Mana ada alay, lo liat nih keren banget kita," kata Adelio memutarkan diriku yang berdecak kesal. Kali ini Adelio memotret diriku yang tidak memiliki ekspresi, sampai Adelio menarik kedua sudut bibirku biar terlihat tersenyum. "Nah, ginikan cantik," lanjut Adelio kesana-kemari hanya memfotoiku saja. Sangat tidak bisa diam ya ini anak? Sifatnya sudah keluar jametnya, aku sampai tidak habis pikir bisa menikah dengan Adelio. "Bacot lo, yaudah ayo," ajakku menarik pergelangan tangannya. Adelio tidak menjawab hanya terkekeh kecil mengikutiku dari belakang. "Lo pendek ya," ledek Adelio. Aku berhenti tiba-tiba, terjadilah Ad

  • Suamiku Berandalan Sekolah    Bab 130. Piknik Keluarga

    Pulang sekolah, bukannya balik ke rumah kami. Adelio mengajakku ke rumah keluarganya. Ternyata di sana sudah ada keluargaku juga, dan tidak aku ketahui. Sore ini akan piknik ke taman. "Lo masih pakai baju sekolah?" tanya Jean melirikku dari bawah ke atas. Di ruang tamu hanya kami berdua, karena yang lain asik mempersiapkan apa yang akan dibawa.Adelio juga katanya ingin memilihkan baju yang bagus untukku, jadi aku mengangguk saja. "Kenapa emangnya, nggak suka?" balasku memajukan diri sok songong. "Dih, gue nanya doang," sahut Jean mendorong kepalaku. Tidak sadar, jika Adelio datang menenteng baju untukku. Mana bajunya sengaja banget dilebarkan. "Adelio?! Bajunya kenapa kayak gitu?" pekikku mendekat menggulung biar Jean tidak melihatnya. Gila bajunya terlalu seksi. Mana mungkin aku memakainya untuk piknik, apa dia tidak berpikir dahulu?"Lah kenapa?" tanya Adelio bingung menatapku polos. Aku menabok tangannya, kali ini Adelio meringis sedikit menjauh. "Pake nanya lagi, ini tu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status