Home / Young Adult / Kalau Cinta Kejar Aku! / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Kalau Cinta Kejar Aku!: Chapter 1 - Chapter 10

34 Chapters

Pagi Pertama Di Sekolah

Hari ini Elsa datang pagi seperti biasa setelah libur panjang kenaikan kelas. Aksa sebagai kakak yang baik bersemangat mengantar adik kesayangannya ke sekolah. Ini sebagai bukti jika dirinya sangat menyayanginya. Sebagai pria matang yang sukses, banyak sekali yang meliriknya saat ia turun dari mobil mewahnya. Pemandangan ini tak luput dari penglihatan Elsa sang adik. Gadis itu mendengus dengan lirikan tajam matanya menatap ke sekeliling halaman sekolah tempat mobil kakaknya terparkir."Kakak langsung pulang aja. Nanti di sini malah tebar pesona," kesal Elsa pada Aksa. Aksa tertawa. Sudah biasa dirinya mendapat lirikan tajam dari adiknya. Gadis itu mengusirnya sejak turun dari mobil tadi."Dijemput enggak?" Elsa menggelengkan kepalanya."Jemput saja deh. Nanti sore kita jalan ke toko buku. Kakak mau cari buku referensi." Elsa melambaikan tangannya hingga sosok kakaknya menghilang dari pagar sekolah. Elsa berjalan menunduk menuju kelasnya yang berada di lantai dua. Entah hari ini har
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Kesal Dengan Si Arogan

Elsa masih kesal dengan peristiwa rebutan cilok di kantin tadi siang. Tidak disangka olehnya, Bagas yang dikira akan memberikan cilok itu untuknya malah memberikannya pada Serly. "Pasti dia seneng banget dikasih cilok sama Bagas. Dasar cewek genit," gerutu Elsa. Untuk mengurangi rasa kesalnya, ia memilih duduk di ruang musik selepas jam pelajaran terakhir selesai. Ia malas pulang terburu-buru, hari ini ayah dan ibunya sedang berada di luar rumah dan kakaknya pasti masih berada di tempat kerjanya. Lebih baik dirinya disini, di ruang musik ditemani alat musik kesayangannya. "Wah, ada gitar." mata Elsa berbinar-binar melihat seonggok gitar yang tergeletak di sudut ruangan. Ia mengambilnya dan duduk di sofa tengah sambil memeluknya. Sebuah lagu pun terdengar. Elsa memetik gitarnya dengan apik. Namun tiba-tiba semua berhenti. "Woy, balikin." seseorang berteriak dari balik pintu. Ia berlari ke arah Elsa lalu mengambil paksa gitar itu. "Ih, apa-apaan sih. Main ambil aja." Elsa menarik
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Ada Rahasia

Elvano lelah. Ia baru saja pulang setelah melewati satu hari yang cukup sibuk di sekolah. Hari pertama di sekolah cukup membuatnya menguras energi. Menyebalkan tapi menyenangkan juga.Niat Elvano ingin segera merebahkan tubuhnya sejenak namun deringan telpon membuyarkan semuanya. Ia melirik sejenak. Tak lama kemudian ia mendecih tak suka tapi tetap saja ia menjawab panggilan tersebut."Ya, kenapa?" jawab Elvano ketus.Suara di seberang sana mendengus tak suka dengan jawaban yang diucapkan Elvano. Sejak lima bulan lalu, perangai pemuda itu tak pernah berubah. Selalu saja ketus dan berusaha menghindar.[Kenapa sih galak banget sama aku?]"Maya, aku lagi capek. Jangan ganggu aku dulu ya." Elvano mengusap wajahnya yang lelah. Sungguh, ia ingin segera tertidur agar nanti malam tak mengantuk saat bekerja.Banyak yang tak tahu apa yang dilakukan Elvano saat malam hari. Sudah lima bulan pemuda itu sering keluar masuk klub malam untuk bekerja sebagai DJ. Temannya yang juga anak seorang pengusa
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Perjodohan Dari Masa Lalu

Perjalanan berlangsung selama setengah jam. Mereka sampai di depan rumah mewah keluarga Wiguna yang ternyata telah menunggu di depan pintu rumahnya. Dharma terasa diistimewakan oleh si tuan rumah. Setahu dirinya, keluarga Wiguna jarang kedatangan tamu selain keluarganya apalagi disambut dengan hangat."Selamat datang pak Dharma. Silakan masuk." Adi Wiguna mengajak Dharma masuk ke dalam rumah lebih dulu. Diikuti oleh sang istri dan Hani serta anak-anaknya.Sesampainya di ruang makan, mereka duduk di tempat yang telah ditentukan. Tak lama kemudian seorang pria tampan tinggi besar datang membawa anak dan istrinya. Itu adalah Haris Wiguna, putra pertama Adi Wiguna yang telah menikah dan memiliki satu putri yang cantik."Selamat malam," sapa Haris sambil menyalami satu persatu tamu di ruang makan. "Wah, sudah kumpul semua. Maaf terlambat. Loh, Aksa dan Lita mana?" tanya Haris yang kebingungan mencari dua adiknya lagi."Biasa, lagi dandan. Aksa ada operasi katanya sekaligus diskusi sama dir
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bukannya Terima Kasih!

Pukul setengah sepuluh malam Elvano diam-diam keluar dari dalam rumahnya lewat pintu belakang. Setengah jam yang lalu dirinya telah memesan taksi online dan disuruhnya untuk menunggu di perempatan dekat gapura pintu masuk kompleks rumahnya.Tak sampai satu jam perjalanan, Elvano telah sampai di klub tempatnya mencari hiburan tiap ada panggilan. Hobinya yang mengutak-atik lagu membuatnya terkenal sebagai DJ profesional termuda di klub malam itu. Wajah tampannya jadi salah satu jimat Elvano untuk menarik pelanggan. "Woy, dateng juga lo. Hari ini main sebentar aja. Soalnya ada yang ulang tahun tuh," sapa Ray, teman Elvano yang memperkenalkannya pada dunia malam. "Main atau enggak nih? Sebenarnya lagi suntuk juga sih." Elvano memilih duduk di sofa paling ujung. Ia menggelengkan kepalanya saat ditawari minuman dan rokok. Cukup cola saja karena ia masih ingin hidup jika tak ingin dipukuli ibunya saat pulang dalam keadaan mabuk. "Terserah aja. Eh, Maya tadi nyariin lo. Doi kangen kayakny
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Jangan Atur

Elsa melangkah gontai masuk ke dalam kelas. Tatapannya kabur karena air mata yang menggenang di pelupuk mata. Ia pun duduk di kursinya dengan tangan yang masih gemetar, kepalanya tertunduk lesu menelungkup di atas meja. Ia ingin menangis tapi air matanya tak bisa terjatuh. Seperti ada yang menahannya. Bagas yang berdiri di depan kelas, mengamati Elsa lalu ikut masuk dan duduk di kursi depan Elsa. Tangannya terulur mengusap kepala Elsa dengan lembut. Lalu berbisik di telinganya. "Elsa, kenapa?" Elsa menggelengkan kepalanya. "Kalau ada masalah, beritahu aku." Elsa lagi-lagi menggeleng. Ia semakin menundukkan wajahnya lalu menjauh dari jangkauan Bagas. Ia malu, wajahnya merah karena menahan tangis. Bagas berdiri lalu berjalan mengambil sesuatu di dalam tasnya. Ada roti isi dan susu yang biasa ia bawa untuk bekal. Harusnya dimakan saat pagi, tapi sengaja disisihkannya untuk Elsa. "Elsa, tadi kamu belum sempat makan. Ini aku bawa roti isi buatan mama. Dimakan ya," ujar Bagas sambil m
last updateLast Updated : 2024-11-22
Read more

Kalian Serasi

Maya tak betah diabaikan oleh Elvano. Sejak kesalahan yang diperbuatnya di lantai dansa lima bulan yang lalu, seluruh media sosial miliknya diblokir, panggilannya tak pernah dijawab, chatnya juga diabaikan oleh pria muda yang telah mencatut hatinya itu. Satu hal yang paling menyakitkan, ia ditolak habis-habisan saat mengajaknya ke luar.Gadis berambut ikal itu mendengus kasar dari balik kaca jendela mobilnya. Hampir dua jam ia duduk di kursi kemudi sambil menunggu Elvano ke luar dari dalam gedung sekolah megah yang terpampang di depannya saat ini.Ia harus bertemu dengan Elvano!"Lama sekali sih," gerutunya.Setelah menunggu cukup lama, sosok yang ditunggunya ke luar dari dalam gedung menuju parkiran sekolah dekat dengan lapangan bola.Maya turun dari mobilnya lalu berlari ke arah Elvano yang nampak sibuk memakai helm dan sarung tangannya."El!" Elvano menoleh. "Ikut aku ke kafe biasa yuk. Ada yang ingin aku bicarakan sama kamu."
last updateLast Updated : 2024-11-23
Read more

Tidak Mau Dipaksa

Sambil mengunyah makan malamnya, Elvano bertanya pada ibunya yang tengah duduk sambil membaca berita terbaru artis ibukota. Bibirnya mengerucut, mulutnya penuh makanan. "Mama ada tujuan apa sih mau jodohkan aku sama Elsa?"Farah menutup ponselnya. Ia menoleh ke belakang tepat ke arah meja makan tempat anaknya duduk mengunyah makanan."Mau tahu aja apa mau tahu banget?" ledek Farah lalu terkekeh. Elvano mendecih tak suka."Cih. Enggak usah bercanda, Ma. El enggak mau ngelawan karena malas debat sama mama papa," ucap Elvano yang kini telah menghabiskan seluruh lauk di piringnya."Kamu kenapa mau? Selain karena males debat, pasti karena dia cantik. Ya kan?" Elvano memutar bola matanya malas. Ia berjalan ke tempat cuci lalu menyusul ibunya duduk di sofa tengah."Ma, yang serius!""Ok. Ini kata papa kamu ya. Dia bilang, kakek kamu berwasiat menjodohkan anak atau cucu keturunan keluarga Wiguna dan Erlangga. Nah, karena tidak berjodoh d
last updateLast Updated : 2024-11-24
Read more

Siapa Yang Lempar?

Huft.Masih pukul setengah tujuh pagi. Ruang kelas masih kosong dan belum banyak siswa yang datang. Elsa mengendap-endap masuk ke dalam kelas membawa sebuah buku tebal di dalam pelukannya. Ia melirik ke kiri dan kanan lalu duduk di bangkunya.Setelah menaruh tas sekolahnya, Elsa membuka buku yang tadi dibawanya. Senyum manis melintang di bibirnya, membaca lembar demi lembar tulisan di dalamnya. Tiba-tiba saja wajahnya memanas. Ada rasa tersirat dalam setiap tulisan yang ia baca."Sibuk banget," ujar Bagas yang membuat Elsa terkejut sampai hampir menjatuhkan botol minum di sampingnya."B-bagas? Sejak kapan ada di sini?" tanya Elsa gugup. Ia terburu-buru menutup buku yang dibawanya dan memasukkannya ke dalam tas."Dari dua menit yang lalu. Kamu sibuk baca sih. Jadi enggak lihat aku datang." Bagas berlalu dan langsung duduk di bangkunya tepat di belakang Elsa."Kamu enggak lihat apa tulisannya kan?" Elsa menunduk memainkan jarinya. Ia takut jika Bagas membaca isi buku itu. Lebih tepatnya
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more

Mencari Perhatian

Elvano mengendap-endap mencari keberadaan Elsa setelah bubar kelas bahasa Inggris setengah jam yang lalu. Saatnya istirahat, pasti Elsa akan duduk di kantin bersama sahabatnya dan pujaan hatinya itu. Cih, rasanya Elvano ingin menjitak kepala Elsa jika sudah memamerkan Bagas di hadapannya. Kurang apa memangnya dia? Bagas dan dirinya sama-sama cerdas. Pernah jadi juara kelas, ikut lomba antar sekolah, ikut kejuaraan basket dan taekwondo. Minusnya hanya tidak mengikuti kegiatan OSIS saja. Alasannya, Elvano malas berlama-lama di ruang kelas mengikuti rapat yang menurutnya hanya gimmick saja. "Elsa!" teriakan keras menggema di lorong dekat kantin. Kaki yang berlari cukup kencang menghempas angin di sekitar disertai debu halus beterbangan. Elsa menoleh. Dilihatnya si pelaku yang berteriak cukup keras itu berdiri di belakangnya dengan raut wajah yang menampilkan sisi emosi yang cukup jelas terlihat. "Lo pura-pura kan?" tiba-tiba dia menuduh. Elvano s
last updateLast Updated : 2024-11-25
Read more
PREV
1234
DMCA.com Protection Status