Semua Bab Cinta di Kursi Roda: Bab 11 - Bab 20

40 Bab

Bab 11: Di Ambang Frustrasi

Langit pagi yang biasanya terasa hangat kini tampak kelabu, seolah mencerminkan apa yang berkecamuk di dalam hati Laila. Sudah beberapa minggu berlalu, dan meskipun ia terus berusaha untuk tetap sabar, ada perasaan frustrasi yang perlahan-lahan mulai tumbuh. Raka, dengan segala ketidakpastian dan dinding emosionalnya, masih tetap berusaha menjaga jarak, dan hal itu membuat Laila semakin sulit untuk mendekat.Setiap kali Laila mencoba membuka diri, mengulurkan tangan melalui kata-kata yang lembut, atau sekadar dengan kehadirannya yang diam namun mendukung, Raka selalu berhasil menemukan cara untuk menghindar. Ia mengalihkan pandangan, menyibukkan diri dengan pekerjaan, atau sekadar membatasi percakapan mereka pada hal-hal yang sifatnya formal dan teknis. Laila bisa melihat perubahan kecil dalam sikapnya, momen-momen di mana Raka hampir saja membuka dirinya, tetapi kemudian menarik diri lagi secepat kilat, seolah takut dengan apa yang mungkin terjadi jika ia benar-benar membiarkan hatin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-21
Baca selengkapnya

Bab 12: Dialog yang Tertahan

Langit pagi tampak muram, seolah turut merasakan ketegangan yang memenuhi hati Laila. Udara di sekitar mereka terasa lembap, membawa aroma tanah basah yang bercampur dengan kesunyian di antara mereka berdua. Setelah berhari-hari mencoba memecahkan jarak yang kian melebar, Laila merasa sudah tiba saatnya untuk berbicara lebih terbuka dengan Raka. Ia tidak ingin terus berada dalam ketidakpastian, terjebak dalam bayang-bayang perasaan yang tak pernah tersampaikan dengan jelas.Laila menatap sosok Raka yang sedang duduk di meja kerja. Cahaya matahari yang menerobos dari jendela memantul pada wajahnya, memperlihatkan ekspresi tenang, tetapi tidak tenang di hati Laila. Ada dinding yang tinggi dan tebal antara mereka, dinding yang hanya bisa dihancurkan oleh kata-kata, jika saja Raka mau berbicara lebih jujur."Laila?" suara Raka memecah lamunan. Laila tersentak, menyadari bahwa ia sudah cukup lama terdiam."Raka, kita perlu bicara," jawabnya pelan, dengan nada yang terjaga, seolah tidak ing
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-22
Baca selengkapnya

Bab 13: Tetap Bertahan di Tengah Kepedihan

Hening merayap di sudut ruangan, membawa dingin yang merayap ke dalam hati Laila. Setelah percakapan terakhirnya dengan Raka, segala harapan yang perlahan ia bangun terasa runtuh. Raka telah menolaknya. Kata-kata itu, meskipun tersirat, terasa seperti palu yang menghantam hatinya. Ia bisa melihatnya jelas dalam cara Raka menjauh, dalam kebekuan yang tetap menggantung di udara meskipun mereka telah mencoba berbicara. Raka masih memilih untuk menghindar, menolak kehangatan yang ia tawarkan, seperti tembok tebal yang tetap kokoh meski sudah ia ketuk berulang kali.Laila berdiri di tengah keheningan, mengingat setiap detik dari percakapan mereka. Tatapan Raka yang redup, suaranya yang penuh ketegasan, seolah menggenggam tali yang mengikat hatinya erat-erat, membuatnya hampir sulit bernapas. Namun di balik setiap kepedihan yang mengguncang dadanya, Laila tahu bahwa ia tidak akan pergi. Ia tidak akan menyerah meskipun dirinya kini terluka lebih dalam dari sebelumnya. Cinta tidak pernah semu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-23
Baca selengkapnya

Bab 14: Di Antara Tugas dan Harapan

Matahari yang menggantung di langit pagi menyambut hari dengan kehangatan yang lembut, seperti janji baru yang belum terucapkan. Di dalam kantor yang mulai ramai oleh karyawan yang berdatangan, suasana tetap dipenuhi hiruk pikuk deadline dan tuntutan. Tapi bagi Laila dan Raka, hari ini membawa sesuatu yang berbeda—sebuah proyek besar yang harus mereka tangani bersama.Proyek ini, meskipun baru diumumkan, langsung membawa mereka ke dalam interaksi yang lebih intens. Raka, sebagai pemimpin tim, jelas memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan semuanya berjalan sesuai rencana, sementara Laila, sebagai tangan kanan yang diandalkan, memegang peranan penting dalam mengeksekusi ide-ide Raka. Sejak pagi, keduanya sibuk menyusun strategi, mengatur timeline, dan memeriksa berbagai detail yang tampaknya tak ada habisnya.Di antara semua kesibukan itu, Laila merasa ada perubahan yang perlahan mulai tumbuh. Meskipun percakapan mereka tetap terbatas pada hal-hal profesional, Laila merasakan ada
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-24
Baca selengkapnya

Bab 15: Saat yang Tak Terduga

Laila berjalan perlahan di sepanjang trotoar, menikmati sejenak kebebasan dari hiruk pikuk pekerjaan yang biasanya mendominasi hari-harinya. Langit senja menghias cakrawala dengan warna oranye dan ungu yang memudar, memberikan nuansa damai pada suasana sore itu. Angin lembut berhembus, menyapu rambutnya yang tergerai, dan untuk beberapa saat, dia merasa dunia ini begitu tenang, seolah segala permasalahan tak lagi ada.Tapi jauh di lubuk hatinya, Laila tahu, ada sesuatu yang masih mengganjal. Raka. Namanya terus terngiang di pikirannya, seperti bisikan yang tak pernah pergi. Percakapan mereka yang terakhir—meski singkat—meninggalkan jejak yang dalam di hati Laila. Ada rasa syukur karena Raka mulai membuka diri, namun juga perasaan pedih karena Raka masih menahan hatinya dengan begitu kuat. Ia merasakan kedekatan yang ambigu, seperti berjalan di atas tali tipis antara harapan dan ketidakpastian.Ketika ia melewati sebuah kafe kecil di sudut jalan, langkahnya terhenti sejenak. Ia melihat
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-25
Baca selengkapnya

Bab 16: Mencari Jalan dalam Kegamangan

Pagi itu, Laila duduk di sudut kamarnya, ditemani secangkir teh hangat yang perlahan-lahan kehilangan kehangatannya. Pandangannya menerawang, menembus jendela yang dipenuhi embun, seolah berusaha menemukan jawaban dari kekosongan yang dirasakannya sejak malam sebelumnya. Angin pagi yang lembut merasuk ke sela-sela jendela, memberikan kesegaran, namun tak cukup untuk mengusir rasa bingung yang bersarang di hatinya.Di antara keraguan dan kebingungan itu, ada setitik cahaya harapan. Sebuah keyakinan samar bahwa dinding yang dibangun Raka sedikit demi sedikit mulai retak. Tapi di balik harapan itu, Laila sadar bahwa dia tidak tahu harus melangkah ke arah mana. Setiap kali dia mencoba mendekati Raka, pria itu menarik diri lagi, seolah takut menghadapi sesuatu yang lebih dalam dari sekadar percakapan ringan.Laila menghela napas panjang, lalu menyandarkan tubuhnya ke kursi. Di sudut hatinya, ia mulai bertanya-tanya apakah ia terlalu keras kepala, terlalu gigih untuk mencoba meruntuhkan din
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-26
Baca selengkapnya

Bab 17: Perang Batin Raka

Langit sore itu perlahan berubah warna. Awan yang tadinya putih mulai diselimuti oleh nuansa oranye keemasan, menandakan hari yang segera bergulir menuju malam. Di sebuah sudut kota yang tenang, Raka berjalan tanpa arah. Langkahnya berat, seolah setiap derap kakinya membawa beban yang tidak terlihat. Hatinya terus digerogoti oleh rasa bersalah yang makin lama makin tak tertahankan.Selama beberapa hari terakhir, Laila telah menunjukkan ketulusan yang membuat Raka tertegun. Ia bisa merasakan kehadiran Laila di setiap langkah, meskipun tanpa paksaan atau tekanan. Laila hadir seperti angin sepoi-sepoi—lembut namun selalu ada. Namun, justru ketulusan itu yang semakin menekan Raka. Semakin Laila mendekatinya, semakin besar rasa bersalah yang bersarang di hatinya.Raka menatap ke kejauhan, memandang matahari yang perlahan tenggelam di cakrawala. Cahaya keemasan yang memudar di langit mengingatkannya pada perasaannya sendiri yang semakin samar. Dalam diam, Raka merenungi segala yang telah ia
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

Bab 18 : Tanda-Tanda yang Mulai Terkuak

Laila duduk di dekat jendela kamarnya, membiarkan cahaya bulan yang lembut menyelinap masuk dan membentuk bayangan di lantai. Pikirannya melayang-layang, terperangkap dalam kerumitan perasaannya terhadap Raka. Ada sesuatu yang terus-menerus menghantui pikirannya—seperti benang tak kasatmata yang mencoba menghubungkan potongan-potongan teka-teki tentang perubahan sikap Raka.Angin malam berhembus pelan, membelai pipinya seolah ikut mencoba meredakan keresahan yang merayap di dalam hatinya. Sudah beberapa hari sejak perbincangan terakhir mereka, dan meskipun ada momen-momen singkat di mana Raka tampak lebih terbuka, selalu ada sesuatu yang seolah tertahan di balik sikapnya. Sesuatu yang membuat Raka menarik diri kembali setiap kali mereka mulai merasa lebih dekat.Laila mengingat percakapan mereka di luar kantor, di mana untuk pertama kalinya ia merasakan adanya kehangatan dalam kata-kata Raka. Namun, di balik kehangatan itu, ia merasakan sebuah tembok—sebuah penghalang yang sulit ditem
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Bab 19 : Di Tengah Krisis, Ada Jalan yang Terbuka

Langit di luar tampak murung, memancarkan nuansa kelabu yang seolah mencerminkan suasana di dalam ruangan. Meja-meja di kantor penuh dengan dokumen yang berserakan, laptop-laptop yang terus menyala dengan layar-layar penuh grafik dan angka, serta suara ketukan jari di keyboard yang terdengar seperti orkestra yang kacau. Setiap orang di tim mereka bergerak dengan cepat, mencoba menahan krisis yang tak terduga ini. Laila duduk di sudut ruangan, matanya penuh perhatian memandangi laporan yang baru saja ia terima.Proyek besar yang mereka kerjakan selama beberapa bulan terakhir tiba-tiba mengalami masalah yang begitu serius. Salah satu server utama mereka mengalami gangguan, menyebabkan hilangnya sebagian data yang krusial. Semua laporan keuangan, data pelanggan, hingga catatan proyek yang sedang berlangsung tersendat—semuanya hilang begitu saja dalam sekejap.Laila merasa seluruh ruangan ini terjebak dalam ketegangan yang pekat. Setiap langkah yang diambil harus hati-hati, seolah-olah me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Bab 20 : Celah di Balik Kesibukan

Pagi itu di kantor, suasana terasa lebih berat dari biasanya. Proyek yang tengah mereka garap semakin menuntut, menyita setiap detik dan tenaga. Laila duduk di meja kerjanya, matanya terus menatap layar komputer, namun pikirannya terbang jauh. Di sela-sela ketegangan pekerjaan, ada percakapan-percakapan kecil yang tak terucap, percakapan yang tertahan di antara dirinya dan Raka. Meskipun malam sebelumnya mereka sudah mulai saling membuka diri, ada banyak hal yang masih belum selesai.Raka, di sisi lain, duduk tak jauh dari Laila. Wajahnya terlihat lelah, namun sorot matanya mengisyaratkan lebih dari sekadar kelelahan fisik. Ada sesuatu yang tertahan dalam dirinya—sebuah pertempuran batin yang tak terlihat oleh orang lain. Dia tahu bahwa pada akhirnya, dia harus membuka dirinya lebih dalam kepada Laila. Ketakutan dan rasa bersalah yang telah lama menghantuinya tak bisa lagi ia pendam.Di tengah kesibukan kantor, Raka memutuskan untuk mengambil langkah kecil. Saat rekan-rekan kerja mere
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status